21.6 C
Madura
Friday, June 9, 2023

Tergiur Rayuan Jadi PNS, Peserta CPNS Jadi Korban Penipuan

PAMEKASAN – Maksud hati ingin lolos jadi calon pegawai negeri sipil (CPNS), tapi malah jadi korban penipuan. Pengalaman pahit ini dialami Ach. Mawardi, 27, salah seorang peserta CPNS di lingkungan Pemkab Pamekasan.

Pemuda asal Desa/Kecamatan Pangarengan, Sampang, itu nekat memberikan uang hingga Rp 2.705.000 kepada orang yang mengaku bisa meloloskan peserta CPNS. Nahas, uang ludes, nilai seleksi kompetisi dasar (SKD) Mawardi juga tidak memenuhi passing grade atau ambang batas.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Madura, dua hari sebelum tes SKD, ada laki-laki yang mengaku pegawai Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM (BKPSDM) Pamekasan menghubungi Mawardi. Pria itu menyampaikan bahwa nomor induk kependudukan (NIK) Mawardi bermasalah.

Akibatnya, Mawardi tidak bisa ikut SKD. Kemudian, si laki-laki itu mengaku bisa mengatasi masalah NIK asal dikirimi uang. Tanpa pertimbangan banyak, pria yang mendaftar sebagai tenaga penyuluh pertanian itu mentransfer uang Rp 725 ribu.

Uang tersebut ditransfer ke rekening atas nama Eriyani. Keesokan harinya, pria yang mengaku pegawai pemerintah itu kembali meminta uang. Alasannya, persoalan NIK belum selesai. Mawardi kembali menuruti dengan mengirim uang senilai Rp 725 ribu.

Baca Juga :  TPS 3R Lawangan Daya Belum Bisa Dilelang

Senin, 17 Februari, Mawardi mengkuti tes SKD. Usai tes, pria misterius itu kembali meminta uang. Alasannya, agar nilai tes pria asal Sampang itu terbantu. Tanpa kecurigaan, uang yang diminta diberikan melalui transfer.

Total uang yang dikirim kepada pria itu senilai Rp 2.705.000. Uang tersebut dikirim ke dua nomor rekening. Yakni, atas nama Eriyani dan Siswo. ”Adik saya seperti terhipnotis, uang yang diminta selalu dikasih,” ungkap Zahid, 40, sepupu Mawardi, kemarin (2/3).

Pria yang menghubungi Mawardi itu menggunakan tiga nomor telepon. Yakni, 083140113792, 089507412113, dan 081348426654. Nomor tersebut masih aktif. Tetapi, saat dicoba dihubungi, yang menerima perempuan dan langsung menutup sambungan telepon.

Atas kasus tersebut, Mawardi melapor ke Mapolres Pamekasan. Dia juga meminta nomor rekening yang dijadikan alat penipuan itu diblokir. ”Saya berharap masalah ini secepatnya diusut,” desaknya.

Sementara itu, Kabid Data, Pengadaan, dan Pembinaan Aparatur BKPSDM Pamekasan Suharto menegaskan, persoalan tersebut ditangani polisi. Pemerintah pasrah terhadap penanganan polisi.

Baca Juga :  Kecam Tindakan Represif  Polisi

Mengenai penipuan itu, Suharto sangat menyayangkan. Sebab, jauh sebelum seleksi CPNS, pemerintah gencar melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak terpengaruh rayuan yang mengimingi bisa meloloskan seleksi.

Sebab, seleksi CPNS murni hasil kemampuan peserta. Dengan demikian, tidak ada satu pun orang yang bisa menjamin kelulusan peserta tes abdi negara itu. ”Sejak awal sudah kami sampaikan agar tidak terpengaruh iming-iming seperti itu,” tegasnya.

Suharto meminta kasus tersebut menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Diharapkan, tidak ada lagi korban penipuan serupa. ”Sudah kami sampaikan, jangan percaya dengan tawaran orang yang mengaku bisa meluluskan karena memang tidak bisa,” sambungnya.

Kasubbaghumas Polres Pamekasan AKP Ninig Dyah S. mengatakan, Mawardi belum melaporkan dugaan penipuan tes CPNS kepada polisi. Pria asal Sampang itu justru mengadu bahwa diduga tertipu persoalan booking hotel. ”Saya minta yang bersangkutan ke polres lagi untuk buat laporan,” katanya.

Merespons pernyataan AKP Nining, Zahid mengaku memaklumi. Sebab, saat membuat melapor, Mawardi, peserta tes CPNS itu, syok. ”Namanya juga orang syok,” tandasnya.

PAMEKASAN – Maksud hati ingin lolos jadi calon pegawai negeri sipil (CPNS), tapi malah jadi korban penipuan. Pengalaman pahit ini dialami Ach. Mawardi, 27, salah seorang peserta CPNS di lingkungan Pemkab Pamekasan.

Pemuda asal Desa/Kecamatan Pangarengan, Sampang, itu nekat memberikan uang hingga Rp 2.705.000 kepada orang yang mengaku bisa meloloskan peserta CPNS. Nahas, uang ludes, nilai seleksi kompetisi dasar (SKD) Mawardi juga tidak memenuhi passing grade atau ambang batas.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Madura, dua hari sebelum tes SKD, ada laki-laki yang mengaku pegawai Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM (BKPSDM) Pamekasan menghubungi Mawardi. Pria itu menyampaikan bahwa nomor induk kependudukan (NIK) Mawardi bermasalah.


Akibatnya, Mawardi tidak bisa ikut SKD. Kemudian, si laki-laki itu mengaku bisa mengatasi masalah NIK asal dikirimi uang. Tanpa pertimbangan banyak, pria yang mendaftar sebagai tenaga penyuluh pertanian itu mentransfer uang Rp 725 ribu.

Uang tersebut ditransfer ke rekening atas nama Eriyani. Keesokan harinya, pria yang mengaku pegawai pemerintah itu kembali meminta uang. Alasannya, persoalan NIK belum selesai. Mawardi kembali menuruti dengan mengirim uang senilai Rp 725 ribu.

Baca Juga :  Pamerkan Berbagai Layanan Keimigrasian

Senin, 17 Februari, Mawardi mengkuti tes SKD. Usai tes, pria misterius itu kembali meminta uang. Alasannya, agar nilai tes pria asal Sampang itu terbantu. Tanpa kecurigaan, uang yang diminta diberikan melalui transfer.

Total uang yang dikirim kepada pria itu senilai Rp 2.705.000. Uang tersebut dikirim ke dua nomor rekening. Yakni, atas nama Eriyani dan Siswo. ”Adik saya seperti terhipnotis, uang yang diminta selalu dikasih,” ungkap Zahid, 40, sepupu Mawardi, kemarin (2/3).

- Advertisement -

Pria yang menghubungi Mawardi itu menggunakan tiga nomor telepon. Yakni, 083140113792, 089507412113, dan 081348426654. Nomor tersebut masih aktif. Tetapi, saat dicoba dihubungi, yang menerima perempuan dan langsung menutup sambungan telepon.

Atas kasus tersebut, Mawardi melapor ke Mapolres Pamekasan. Dia juga meminta nomor rekening yang dijadikan alat penipuan itu diblokir. ”Saya berharap masalah ini secepatnya diusut,” desaknya.

Sementara itu, Kabid Data, Pengadaan, dan Pembinaan Aparatur BKPSDM Pamekasan Suharto menegaskan, persoalan tersebut ditangani polisi. Pemerintah pasrah terhadap penanganan polisi.

Baca Juga :  Luar Biasa! Opening Ceremony Pekan Ngaji 5 Ponpes Muba Putri Meriah

Mengenai penipuan itu, Suharto sangat menyayangkan. Sebab, jauh sebelum seleksi CPNS, pemerintah gencar melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak terpengaruh rayuan yang mengimingi bisa meloloskan seleksi.

Sebab, seleksi CPNS murni hasil kemampuan peserta. Dengan demikian, tidak ada satu pun orang yang bisa menjamin kelulusan peserta tes abdi negara itu. ”Sejak awal sudah kami sampaikan agar tidak terpengaruh iming-iming seperti itu,” tegasnya.

Suharto meminta kasus tersebut menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Diharapkan, tidak ada lagi korban penipuan serupa. ”Sudah kami sampaikan, jangan percaya dengan tawaran orang yang mengaku bisa meluluskan karena memang tidak bisa,” sambungnya.

Kasubbaghumas Polres Pamekasan AKP Ninig Dyah S. mengatakan, Mawardi belum melaporkan dugaan penipuan tes CPNS kepada polisi. Pria asal Sampang itu justru mengadu bahwa diduga tertipu persoalan booking hotel. ”Saya minta yang bersangkutan ke polres lagi untuk buat laporan,” katanya.

Merespons pernyataan AKP Nining, Zahid mengaku memaklumi. Sebab, saat membuat melapor, Mawardi, peserta tes CPNS itu, syok. ”Namanya juga orang syok,” tandasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Target Luas Lahan Padi Menyusut

Panjang Umur Perjuangan

PTUN Batalkan SK Bupati

Artikel Terbaru

/