21.2 C
Madura
Monday, May 29, 2023

Desak Presiden Terbitkan Perppu dan Usut Pelanggaran HAM Papua

PAMEKASAN – Sejumlah pemuda yang mengatasnamakan Aliansi Pamekasan Bergerak menggelar aksi simpatik Senin (30/9). Aksi simpatik yang dihadiri oleh ratusan peserta itu tidak lain untuk ikut menyuarakan tuntutan kepada pemerintah pusat.

Tuntutan mereka meliputi penegakan hukum tanpa diskriminasi. Meminta pemerintah pusat untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat di Papua. Mereka juga menginginkan agar presiden menerbitkan Perppu KPK untuk memperkuat agenda pemberantasan korupsi.

Selain itu, mereka menolak kenaikan cukai rokok. Kemudian, mendesak agar pemerintah membatalkan UU yang bertentangan dengan agenda pemberantasan korupsi, HAM, dan demokrasi. Termasuk, RUU yang melindungi kepentingan oligarki.

”Kami membuat aksi simpatik dan aksi damai dengan menampilkan musik tradisional, dancing, teatrikal puisi, orasi, dan nyanyian untuk menyuarakan keresahan kami,” terang Rahma Eliya, penggerak Gusdurian Pamekasan yang ikut menggerakkan agenda aksi simpatik tersebut.

Baca Juga :  Kades Blumbungan Salurkan BLT DD

Aksi yang digelar di Taman Arek Lancor tersebut dimotori oleh sembilan komunitas yang ada di Pamekasan. Yakni, Sivitas Kotheka, Manifesco, Toilet, Ganderung Syafaat, Artzheimer, Wallsquad, One Last Dance, Pamekasan Breaking, dan Ataretan.

”Kami mengharap teman-teman komunitas tetap solid untuk bersuara terkait isu-isu nasional maupun lokal. Dan bersuara tidak hanya dengan demo, tetapi bisa melewati aksi simpatik,” imbuh perempuan yang akrab dipanggil Rahma.

Selain itu, penggerak Sivitas Kotheka Royyan Julian yang ikut berpartisipasi menuturkan, aksi simpatik yang digelar sejak pukul 19.00 dampaknya tidak seperti demo mahasiswa yang konfrontatif. ”Kalau aksi kami itu lebih ke upaya memberikan penyadaran ke masyarakat bahwa saat ini bangsa kita sedang tidak beres,” terangnya.

Baca Juga :  Napi Buat Disinfection Chamber

Roy menambahkan, aksi simpatik itu untuk menyampaikan aspirasi. Sama halnya dengan aksi demonstrasi. ”Melalui media massa, masyarakat luas nanti juga akan tahu bahwa kami hendak menyampaikan aspirasi,” tutup dosen muda Unira tersebut. (c2)

PAMEKASAN – Sejumlah pemuda yang mengatasnamakan Aliansi Pamekasan Bergerak menggelar aksi simpatik Senin (30/9). Aksi simpatik yang dihadiri oleh ratusan peserta itu tidak lain untuk ikut menyuarakan tuntutan kepada pemerintah pusat.

Tuntutan mereka meliputi penegakan hukum tanpa diskriminasi. Meminta pemerintah pusat untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat di Papua. Mereka juga menginginkan agar presiden menerbitkan Perppu KPK untuk memperkuat agenda pemberantasan korupsi.

Selain itu, mereka menolak kenaikan cukai rokok. Kemudian, mendesak agar pemerintah membatalkan UU yang bertentangan dengan agenda pemberantasan korupsi, HAM, dan demokrasi. Termasuk, RUU yang melindungi kepentingan oligarki.


”Kami membuat aksi simpatik dan aksi damai dengan menampilkan musik tradisional, dancing, teatrikal puisi, orasi, dan nyanyian untuk menyuarakan keresahan kami,” terang Rahma Eliya, penggerak Gusdurian Pamekasan yang ikut menggerakkan agenda aksi simpatik tersebut.

Baca Juga :  Koleksi Buku di Gazebo Literasi Kejujuran Taman Gladak Anyar Minim

Aksi yang digelar di Taman Arek Lancor tersebut dimotori oleh sembilan komunitas yang ada di Pamekasan. Yakni, Sivitas Kotheka, Manifesco, Toilet, Ganderung Syafaat, Artzheimer, Wallsquad, One Last Dance, Pamekasan Breaking, dan Ataretan.

”Kami mengharap teman-teman komunitas tetap solid untuk bersuara terkait isu-isu nasional maupun lokal. Dan bersuara tidak hanya dengan demo, tetapi bisa melewati aksi simpatik,” imbuh perempuan yang akrab dipanggil Rahma.

Selain itu, penggerak Sivitas Kotheka Royyan Julian yang ikut berpartisipasi menuturkan, aksi simpatik yang digelar sejak pukul 19.00 dampaknya tidak seperti demo mahasiswa yang konfrontatif. ”Kalau aksi kami itu lebih ke upaya memberikan penyadaran ke masyarakat bahwa saat ini bangsa kita sedang tidak beres,” terangnya.

- Advertisement -
Baca Juga :  Napi Buat Disinfection Chamber

Roy menambahkan, aksi simpatik itu untuk menyampaikan aspirasi. Sama halnya dengan aksi demonstrasi. ”Melalui media massa, masyarakat luas nanti juga akan tahu bahwa kami hendak menyampaikan aspirasi,” tutup dosen muda Unira tersebut. (c2)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/