PAMEKASAN – Nasib nahas dialami Minten, warga Dusun Du’alas, Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan. Rumah perempuan 95 tahun itu ambruk setelah diterjang angin dan hujan Jumat (30/11).
Separo rumah peninggalan suami tercintanya itu hancur. Beruntung, peristiwa nahas itu tidak menjatuhkan korban. Pada saat kejadian, Minten tidur di kamar bagian depan. Sementara bagian rumah yang ambruk itu di samping.
Minten mengatakan, hujan terjadi sejak dini hari. Angin kencang juga menyertai. Hingga Subuh, hujan tidak kunjung reda. Bahkan, intensitasnya semakin kencang. ”Hujan sangat lebat,” katanya.
Sekitar pukul 04.30, terdengar suara bangunan ambruk. Namun, perempuan yang hanya tinggal bersama saudara perempuannya itu tidak menyangka bangunan yang ambruk adalah rumah miliknya.
Sebab, dia berada di kamar bagian depan yang kondisinya masih utuh. Dia merasa terkejut ketika mengetahui hampir separo rumah peninggalan suaminya itu roboh. Secara spontan, Minten berteriak histeris.
Tak ayal, tetangga dan kerabat yang tidak jauh dari rumah menghadap selatan itu berdatangan. Mereka kemudian membantu membersihkan puing-puing rumah yang ambruk pasca diterjang angin kencang dan hujan itu.
Minten mengaku tidak mengetahui berapa nominal kerugian yang ditanggung akibat musibah itu. Namun, menurut hitung-hitungan tetangga yang bekerja sebagai kuli bangunan, kerugiannya sekitar Rp 20 juta.
Nenek yang kemarin mengenakan kerudung warna kuning itu sangat sedih atas musibah yang dialaminya. Sebab, dia tidak memiliki biaya untuk memperbaiki. Sementara, musim hujan baru mulai. Diyakini, ke depan bakal terjadi hujan dengan intensitas semakin tinggi.
Dia khawatir rumah yang ditempati itu semakin rusak. Bahkan, dia juga merasa takut tidur di rumah itu pada malam hari. Sebab, jika roboh, takut membahayakan keselamatannya. ”Saya tidak tahu dapat uang dari mana untuk memperbaiki,” katanya.
Satu-satunya harapan yakni kepedulian pemerintah. Sebab, robohnya rumah itu lantaran bencana. Apalagi, selama ini Minten belum pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah.
Pemerintah diharapkan hadir pada saat musibah itu terjadi. Tanpa kepedulian pemerintah, rumah itu sulit diperbaiki. ”Mau dapat (uang) dari mana, famili sama-sama orang tidak punya,” katanya.
Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pamekasan Budi Cahyono mengaku belum menerima laporan adanya rumah roboh akibat diterjang hujan. Dengan demikian, dia bakal mengkroscek langsung ke lapangan.
Mengenai prosedur permohonan bantuan, tim dari pemerintah bakal mengkaji terlebih dahulu penyebab rumah roboh itu. Jika karena kondisi rumah memang tidak layak, akan disampaikan ke dinsos untuk ditindaklanjuti. ”Kami kroscek dulu ke lapangan,” janjinya.