23.9 C
Madura
Sunday, April 2, 2023

M. Tabrani ”Pulang Kampung”, Sederhana, Berwawasan Luas, dan Visioner

PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Pengajuan M. Tabrani sebagai pahlawan nasional seperti peristiwa si Anak Nakal Banyak Akal itu pulang kampung. Sebab, selama ini sosok pencetus nama bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan itu seolah menjadi pahlawan terlupakan di tanah kelahiran setelah lama melanglang buana.

Kepala Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) Asrif mengungkapkan, M. Tabrani merupakan sosok luar biasa. Asrif sangat mengagumi sosok Tabrani setelah membaca biogragfinya.

Menurut dia, Tabrani yang lahir di Pamekasan pada 10 Oktober 1904 punya semangat luar biasa. Dia bekerja tidak hanya untuk daerah. Pada usia mudanya, M. Tabrani sudah berpikir dan bekerja untuk bangsa besar Indonesia.

Asrif menjelaskan, selama ini Tabrani tidak disebut sebagai apa-apa. Padahal, peran serta pria yang wafat di Jakarta, 12 Januari 1984, itu punya andil besar dalam perjalanan sejarah Indonesia. Pada masanya, dia pernah menjadi ketua Kongres Pemuda I pada 30 April–2 Mei 1926. Dia juga berpengalaman memimpin sejumlah media massa.

Baca Juga :  45 Polwan-Polki Jadi Pengemudi Ojek Dadakan

Asrif menambahkan, Tabrani merupakan sosok perantau. Spirit orang Madura itu yang mengantarkannya mengenyam pendidikan ke Universitas Berlin dan Universitas Koln, Jerman. Perpaduan semangat dan pekerja keras orang Madura dengan pendidikan yang mumpuni menjadikan pribadi Tabrani sebagai sosok yang menginspirasi.

”Tahun 2021 kembali. Seperti orang ’pulang kampung’ yang sedang ditunggu,” katanya dalam sambutan sosialisasi pengajuan M. Tabrani sebagai pahlawan nasional di Pamekasan, Selasa (30/3). Diksi ”pulang kampung” dipilih Asrif karena baru tahun ini dilaksanakan sosialisasi itu setelah 37 tahun Tabrani meninggal dunia.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikbud M. Abdul Khak mengungkapkan, M. Tabrani merupakan salah satu tokoh terpenting yang menginisiasi Muktamar Pemuda Indonesia. Itu terbukti dari posisinya sebagai ketua panitia Kongres Pemuda 1. Muktamar Pemuda Indonesia yang kemudian disebut Kongres Pemuda Pertama ini membahas berbagai segi untuk merintis usaha ke arah persatuan nasional.

Dalam materi yang disampaikan Khak tertulis, tujuan kongres ini adalah menggugah semangat kerja sama antarorganisasi pemuda di tanah air. Peran penting lain M. Tabrani dalam perencanaan Kongres Pemuda Pertama yang merupakan tonggak persatuan nasional Indonesia adalah keberhasilannya mendapatkan izin pelaksanaan kongres tersebut dari pemerintah kolonial Belanda yang dalam hal ini adalah izin dari Kepolisian Hindia Belanda.

Baca Juga :  Hampir Seribu Bidang Tanah Belum Bersertifikat

Sementara itu, putri bungsu M. Tabrani, Amie Primarni Tabrani, bersyukur apa yang selama ini menjadi karya almarhum ayahanda bermanfaat bagi banyak orang dan diapresiasi oleh pemerintah. Baginya, sebuah gelar memiliki konsekuensi logis untuk keluarga. Sebab, menjaga amanah sebuah pengakuan kebaikan bukanlah yang sederhana dan mudah.

Menurut dosen di Universitas Pancasila Jakarta itu, M. Tabrani adalah sosok yang sederhana, berwawasan luas, dan berpikir jauh. Sangat visioner. Dia dan keluarga mendapat tanggung jawab besar menjaga apa yang telah dirintis dan dilakukan M. Tabrani.

”Terima kasih atas apresiasinya. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal jariah,” ucapnya melalui pesan WhatsApp kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) kemarin (31/3).

 

PAMEKASAN, Jawa Pos Radar Madura – Pengajuan M. Tabrani sebagai pahlawan nasional seperti peristiwa si Anak Nakal Banyak Akal itu pulang kampung. Sebab, selama ini sosok pencetus nama bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan itu seolah menjadi pahlawan terlupakan di tanah kelahiran setelah lama melanglang buana.

Kepala Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) Asrif mengungkapkan, M. Tabrani merupakan sosok luar biasa. Asrif sangat mengagumi sosok Tabrani setelah membaca biogragfinya.

Menurut dia, Tabrani yang lahir di Pamekasan pada 10 Oktober 1904 punya semangat luar biasa. Dia bekerja tidak hanya untuk daerah. Pada usia mudanya, M. Tabrani sudah berpikir dan bekerja untuk bangsa besar Indonesia.


Asrif menjelaskan, selama ini Tabrani tidak disebut sebagai apa-apa. Padahal, peran serta pria yang wafat di Jakarta, 12 Januari 1984, itu punya andil besar dalam perjalanan sejarah Indonesia. Pada masanya, dia pernah menjadi ketua Kongres Pemuda I pada 30 April–2 Mei 1926. Dia juga berpengalaman memimpin sejumlah media massa.

Baca Juga :  Pemalsuan Teken di DPRD Pamekasan, Mengarah pada Pimpinan Dewan

Asrif menambahkan, Tabrani merupakan sosok perantau. Spirit orang Madura itu yang mengantarkannya mengenyam pendidikan ke Universitas Berlin dan Universitas Koln, Jerman. Perpaduan semangat dan pekerja keras orang Madura dengan pendidikan yang mumpuni menjadikan pribadi Tabrani sebagai sosok yang menginspirasi.

”Tahun 2021 kembali. Seperti orang ’pulang kampung’ yang sedang ditunggu,” katanya dalam sambutan sosialisasi pengajuan M. Tabrani sebagai pahlawan nasional di Pamekasan, Selasa (30/3). Diksi ”pulang kampung” dipilih Asrif karena baru tahun ini dilaksanakan sosialisasi itu setelah 37 tahun Tabrani meninggal dunia.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikbud M. Abdul Khak mengungkapkan, M. Tabrani merupakan salah satu tokoh terpenting yang menginisiasi Muktamar Pemuda Indonesia. Itu terbukti dari posisinya sebagai ketua panitia Kongres Pemuda 1. Muktamar Pemuda Indonesia yang kemudian disebut Kongres Pemuda Pertama ini membahas berbagai segi untuk merintis usaha ke arah persatuan nasional.

- Advertisement -

Dalam materi yang disampaikan Khak tertulis, tujuan kongres ini adalah menggugah semangat kerja sama antarorganisasi pemuda di tanah air. Peran penting lain M. Tabrani dalam perencanaan Kongres Pemuda Pertama yang merupakan tonggak persatuan nasional Indonesia adalah keberhasilannya mendapatkan izin pelaksanaan kongres tersebut dari pemerintah kolonial Belanda yang dalam hal ini adalah izin dari Kepolisian Hindia Belanda.

Baca Juga :  Kepesertaan BPJSKes Belum Capai Target

Sementara itu, putri bungsu M. Tabrani, Amie Primarni Tabrani, bersyukur apa yang selama ini menjadi karya almarhum ayahanda bermanfaat bagi banyak orang dan diapresiasi oleh pemerintah. Baginya, sebuah gelar memiliki konsekuensi logis untuk keluarga. Sebab, menjaga amanah sebuah pengakuan kebaikan bukanlah yang sederhana dan mudah.

Menurut dosen di Universitas Pancasila Jakarta itu, M. Tabrani adalah sosok yang sederhana, berwawasan luas, dan berpikir jauh. Sangat visioner. Dia dan keluarga mendapat tanggung jawab besar menjaga apa yang telah dirintis dan dilakukan M. Tabrani.

”Terima kasih atas apresiasinya. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal jariah,” ucapnya melalui pesan WhatsApp kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) kemarin (31/3).

 

Artikel Terkait

Most Read

Wakil Rakyat Masih Menganggur

Bakal Polisikan Komisioner KPU

RAPBD 2020 Terancam Terbengkalai

Pemerintah Sulit Penuhi RTH 30 Persen

Artikel Terbaru

/