SUMENEP, RadarMadura.id – Selama masa reses Maret 2023, Said Abdullah bersama para pengurus cabang (PC) PDI Perjuangan se–Madura membagikan sembako sebanyak 175 ribu paket kepada warga miskin dan yatim piatu. Sebagian yang lain dalam bentuk uang tunai.
Namun, kegiatan serap aspirasi itu malah mendapat stigma negatif. Bahkan, terkesan menyudutkan kegiatan tersebut.
Salah satunya dari akun anonim @PartaiSocmed. Akun anonim tersebut membuat framing bahwa Said Abdullah seolah-olah melakukan money politics. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
”Bantuan 175 ribu paket sembako ini jelas masih kurang jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah rumah tangga miskin se–Madura. Pada kesempatan ini, saya juga perlu menjelaskan ke media massa seperti di framing sebuah akun anonim di media sosial, kami membagikan uang kepada warga Madura,” ujarnya.
”Saya bersama para pengurus cabang PDI Perjuangan se–Madura memang rutin membagikan sembako dan uang kepada warga fakir miskin. Uang itu saya niatkan sebagai zakat mal. Hal itu rutin saya lakukan setiap tahun sejak 2006. Bahkan jika ada rezeki berlebih, malah ingin rasanya kami berzakat lebih banyak menjangkau kaum fakir miskin” lanjut Said.
Framing yang dinarasikan oleh akun @PartaiSocmed langsung diserbu oleh netizen, terutama yang berasal dari Madura. Banyak di antara mereka yang menjelaskan dan membela bahwa pembagian zakat mal tersebut ditempatkan di Masjid Abdullah Sychan Baghraf, masjid yang didirikan secara gotong royong oleh Said Abdullah.
”Jadi, kalau itu dikesankan money politics, tentu salah alamat. Saya perlu sampaikan seterang-terangnya, setiap reses saya menerima uang reses selaku anggota DPR. Uang itu saya bagikan sepenuhnya kepada rakyat dalam bentuk bantuan sembako dan itu bagian dari akuntabilitas publik yang harus saya lakukan. Dengan begitu saya kabarkan ke media juga. Diluar itu, saya ini muslim, saya diwajibkan untuk zakat,” tegasnya.
Menurut dia, menunaikan zakat itu dilaksanakan bersama kader-kader PDI Perjuangan se–Madura sekaligus mengajak para kepala desa yang mengetahui sentra kemiskinan ekstrem warganya.
Mengapa ada logo PDI Perjuangan? Sebab, sebagian merupakan kader PDIP. Selain itu, diniatkan sebagai zakat mal. Karena itu, sekalian dibarengkan dengan pembagian sembako. ”Dan kagiatan ini kami lakukan di luar masa kampanye yang diatur oleh KPU. Jadi, jangan digiring ke arah sana. Saya sangat paham apa yang harus kami patuhi sebagai caleg di masa kampanye. Jangankan masa kampanye, caleg saja saat ini belum ditetapkan oleh KPU,” kata Said dengan tegas.
Menurut Said, akun anonim itu menggiring framing tidak berdasar. Seolah kegiatan bagi-bagi sembako melanggar hukum. Atas hal tersebut, pihaknya akan mempertimbangkan langkah hukum terhadap akun yang tidak bertanggung jawab itu. ”Akun itubersembunyi di balik anonimitas, tetapi melempar kotoran kepada orang lain. Ini bulan puasa, harusnya saling memberi berkah kepada sesama, bukan menebar fitnah,” tandasnya. (*/daf)