24 C
Madura
Wednesday, June 7, 2023

Terancam Punah, Bahasa Madura Masuk Program Revitalisasi Bahasa Daerah

PAMEKASAN – Sebagian bahasa daerah di Indonesia kritis dan terancam punah. Indikasinya, penutur asli daerah yang menggunakan bahasa tersebut minim. Imbasnya, pengetahuan bahasa tak bisa diwariskan pada generasi penerus.

Kondisi tersebut menjadi sorotan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Karena itu, Merdeka Belajar episode ke-17 diluncurkan untuk menyikapi kekhawatiran tersebut. Isi di dalamnya berkenaan dengan revitalisasi bahasa daerah.

Perevitalisasi Bahasa dan Sastra Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Syaiful Bahri Lubis menyatakan, kondisi tersebut tak bisa dianggap remeh. Setidaknya, terdapat empat faktor penting yang menjadi tantangan dalam perlindungan bahasa daerah.

”Pertama, sikap bahasa penutur jati. Kondisi ini bersinggungan dengan bagaimana para penutur bahasa asli yang menganggap apakah bahasa yang mereka gunakan tersebut masih penting atau tidak. Seberapa sering mereka menggunakannya untuk komunikasi,” terangnya.

Kedua, migrasi dan mobilitas. Ini berkaitan dengan perpindahan orang dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam situasi ini, sangat jarang bahasa asal digunakan oleh penutur. Ketiga, perkawinan antaretnis. Memiliki latar belakang berbeda menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga :  BRI Peduli Salurkan Bantuan ke Masyarakat Terdampak Banjir Semarang & Demak 

Terakhir adalah globalisasi yang mengarah pada monolingualisme. Bahasa yang kuat akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasa-bahasa lain yang eksistensinya lemah. ”Sebut saja penggunaan bahasa Inggris yang hampir dipahami oleh seluruh masyarakat,” ucapnya.

Syaiful menambahkan, ada 718 bahasa di Indonesia. Jumlah tersebut berdasarkan identifikasi dan validasi dalam pemetaan bahasa dari 2.560 daerah pengamatan. ”Ini menjadi tugas kita untuk menjaga eksistensi masing-masing agar tidak punah,” terangnya.

Sementara itu, Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) menunjuk tujuh maestro atau pelatih bahasa Madura. Seorang di antaranya Pemimpin Redaksi (Pemred) Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Luqman Hakim. Dia mendapat tanggung jawab melatih guru di Madura. Materinya tentang puisi berbahasa Madura.

Kepala BBJT Umi Kulsum mengatakan, kecenderungan penggunaan bahasa daerah semakin berkurang. Menurut dia, program revitalisasi tersebut merupakan upaya untuk membangkitkan kembali minat para generasi muda untuk menggunakan bahasa daerah.

”Kita tidak ingin bahasa Madura yang kita cintai lama-lama hilang karena memang generasi mudanya tidak bertutur lagi dalam bahasa tersebut. Karena itu, penting bagi kita untuk mendukung program ini agar bisa berjalan maksimal,” terang Umi.

Baca Juga :  Rekom Demokrat di Tangan Indra Untuk Duduk di Kursi Wakil Ketua DPRD

Umi menjelaskan, tahapan revitalisasi sudah dilaksanakan sejak Februari 2023. Pada Mei akan dilangsungkan  pelatihan untuk 240 guru. Guru yang sudah dilatih bertugas menularkan ilmunya kepada guru yang lain dan siswa.

”Materi yang disampaikan menggunakan bahasa Madura. Mulai dari pembacaan dan pembuatan puisi, menulis cerpen, hingga membuat tembang berbahasa Madura. Selain itu, membaca dan menulis aksara daerah, membuat naskah pidato, hingga stand up comedy,” urainya.

Sementara itu, Bupati Pamekasan Baddrut Tamam menyambut baik rencana revitalisasi bahasa Madura tersebut. Dia menyatakan, upaya tersebut sebaiknya juga didukung dan dimulai dari keluarga. Artinya, orang tua tetap mengajarkan bahasa daerah terhadap anaknya.

”Bahasa ini berfondasi nilai kebudayaan dan tradisi yang kita miliki. Maka, sudah sepantasnya kita pertahankan bahasa Madura. Jangan sampai apa yang sudah menjadi entitas kita ini hilang dan punah karena sudah tidak digunakan lagi,” pungkasnya. (afg/han)

PAMEKASAN – Sebagian bahasa daerah di Indonesia kritis dan terancam punah. Indikasinya, penutur asli daerah yang menggunakan bahasa tersebut minim. Imbasnya, pengetahuan bahasa tak bisa diwariskan pada generasi penerus.

Kondisi tersebut menjadi sorotan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Karena itu, Merdeka Belajar episode ke-17 diluncurkan untuk menyikapi kekhawatiran tersebut. Isi di dalamnya berkenaan dengan revitalisasi bahasa daerah.

Perevitalisasi Bahasa dan Sastra Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Syaiful Bahri Lubis menyatakan, kondisi tersebut tak bisa dianggap remeh. Setidaknya, terdapat empat faktor penting yang menjadi tantangan dalam perlindungan bahasa daerah.


”Pertama, sikap bahasa penutur jati. Kondisi ini bersinggungan dengan bagaimana para penutur bahasa asli yang menganggap apakah bahasa yang mereka gunakan tersebut masih penting atau tidak. Seberapa sering mereka menggunakannya untuk komunikasi,” terangnya.

Kedua, migrasi dan mobilitas. Ini berkaitan dengan perpindahan orang dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam situasi ini, sangat jarang bahasa asal digunakan oleh penutur. Ketiga, perkawinan antaretnis. Memiliki latar belakang berbeda menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga :  Pegiat Bahasa Indonesia di Jerman Optimistis Go Internasional

Terakhir adalah globalisasi yang mengarah pada monolingualisme. Bahasa yang kuat akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasa-bahasa lain yang eksistensinya lemah. ”Sebut saja penggunaan bahasa Inggris yang hampir dipahami oleh seluruh masyarakat,” ucapnya.

Syaiful menambahkan, ada 718 bahasa di Indonesia. Jumlah tersebut berdasarkan identifikasi dan validasi dalam pemetaan bahasa dari 2.560 daerah pengamatan. ”Ini menjadi tugas kita untuk menjaga eksistensi masing-masing agar tidak punah,” terangnya.

- Advertisement -

Sementara itu, Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) menunjuk tujuh maestro atau pelatih bahasa Madura. Seorang di antaranya Pemimpin Redaksi (Pemred) Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Luqman Hakim. Dia mendapat tanggung jawab melatih guru di Madura. Materinya tentang puisi berbahasa Madura.

Kepala BBJT Umi Kulsum mengatakan, kecenderungan penggunaan bahasa daerah semakin berkurang. Menurut dia, program revitalisasi tersebut merupakan upaya untuk membangkitkan kembali minat para generasi muda untuk menggunakan bahasa daerah.

”Kita tidak ingin bahasa Madura yang kita cintai lama-lama hilang karena memang generasi mudanya tidak bertutur lagi dalam bahasa tersebut. Karena itu, penting bagi kita untuk mendukung program ini agar bisa berjalan maksimal,” terang Umi.

Baca Juga :  Hasil ANBK Diprediksi Diumumkan Tahun Depan

Umi menjelaskan, tahapan revitalisasi sudah dilaksanakan sejak Februari 2023. Pada Mei akan dilangsungkan  pelatihan untuk 240 guru. Guru yang sudah dilatih bertugas menularkan ilmunya kepada guru yang lain dan siswa.

”Materi yang disampaikan menggunakan bahasa Madura. Mulai dari pembacaan dan pembuatan puisi, menulis cerpen, hingga membuat tembang berbahasa Madura. Selain itu, membaca dan menulis aksara daerah, membuat naskah pidato, hingga stand up comedy,” urainya.

Sementara itu, Bupati Pamekasan Baddrut Tamam menyambut baik rencana revitalisasi bahasa Madura tersebut. Dia menyatakan, upaya tersebut sebaiknya juga didukung dan dimulai dari keluarga. Artinya, orang tua tetap mengajarkan bahasa daerah terhadap anaknya.

”Bahasa ini berfondasi nilai kebudayaan dan tradisi yang kita miliki. Maka, sudah sepantasnya kita pertahankan bahasa Madura. Jangan sampai apa yang sudah menjadi entitas kita ini hilang dan punah karena sudah tidak digunakan lagi,” pungkasnya. (afg/han)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/