21.6 C
Madura
Sunday, April 2, 2023

Batu Bara Bikin Harga Listrik Indonesia Murah

JAKARTA – Batu bara menjadi komoditas utama energi nasional dengan kontribusi paling besar dibandingkan energi lain. Sumber daya ini juga menyebabkan harga tarif dasar listrik di Indonesia cenderung murah.

Indonesia sebagai negara penghasil batu bara terbesar di dunia. Komoditas ini ikut memberikan dampak signifikan bagi masyarakat. Salah satunya berdampak pada tarif dasar listrik nasional.
Selama ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara masih menjadi pembangkit listrik paling kompetitif dibandingkan dengan pembangkit lain. Pemerintah dalam beberapa kesempatan menjabarkan bahwa saat ini harga listik dari PLTU hanya sekitar US$6 – 8 sen per kWh.

Harga tersebut sangat jauh berbeda dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga surya + baterai. PT PLN (Persero) menjelaskan bahwa biaya produksi listrik untuk PLTS + baterai dapat mencapai US$12 sen per kWh. Namun begitu, harga EBT diharapkan dapat terus turun di masa depan seiring pelaksanaan transisi energi.
Dari jenis pembangkitnya, hingga kini PLTU masih menguasai pembangkit secara nasional dengan porsi 36,9 gigawatt (GW) listrik. Jumlah ini setara 50 persen dari total kapasitas terpasang energi nasional yakni sekitar 73,73 GW sampai Desember 2021. Selain itu disusul oleh PLTGU 12,4 GW, PLTG/MG 8,5 GW, PLTD 4,9 GW hingga PLTA 6,4 GW.

Baca Juga :  Koceng Lorek Bulu Tello’

”Listrik merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat modern. Saya pikir kita semua sepakat, bahwa kita bisa bayangkan kehidupan kita kalau tidak ada listrik,” jelas Ketua Umum Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) Puji Muhardi.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menjelaskan, kelistrikan di Tanah Air didominasi pengelolaannya oleh PLN sebesar 59 persen. Kemudian independent power producer (IPP) 28 persen dan sejumlah instansi lain.
”Energy mix yang disebut bauran energi, listrik yang kita nikmati sampai saat ini, nyaris 66 persennya datang dari PLTU. Itu suatu kebanggaan, juga suatu tantangan,” katanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebutkan, batu bara akan dioptimalkan selama masa transisi energi. Dia memperkirakan baru bara masih cukup menjanjikan sebagai sumber energi dalam satu hingga dua decade ke depan.

Baca Juga :  PLN Lakukan Penanaman Pohon

”Sejauh ini batu bara terbukti masih sebagai sumber energi yang paling murah (affordable). Selain itu, batu bara juga memenuhi beberapa unsur untuk ketahanan energi yaitu, availability (ketersediaan yang relatif masih cukup banyak), acceptability (dapat diterima apalagi dengan perkembangan teknologi pembangkit listrik yang rendah emisi – clean coal technology), dan accessibility (mudah di akses),” terangnya. (*/luq/par)

JAKARTA – Batu bara menjadi komoditas utama energi nasional dengan kontribusi paling besar dibandingkan energi lain. Sumber daya ini juga menyebabkan harga tarif dasar listrik di Indonesia cenderung murah.

Indonesia sebagai negara penghasil batu bara terbesar di dunia. Komoditas ini ikut memberikan dampak signifikan bagi masyarakat. Salah satunya berdampak pada tarif dasar listrik nasional.
Selama ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara masih menjadi pembangkit listrik paling kompetitif dibandingkan dengan pembangkit lain. Pemerintah dalam beberapa kesempatan menjabarkan bahwa saat ini harga listik dari PLTU hanya sekitar US$6 – 8 sen per kWh.

Harga tersebut sangat jauh berbeda dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga surya + baterai. PT PLN (Persero) menjelaskan bahwa biaya produksi listrik untuk PLTS + baterai dapat mencapai US$12 sen per kWh. Namun begitu, harga EBT diharapkan dapat terus turun di masa depan seiring pelaksanaan transisi energi.
Dari jenis pembangkitnya, hingga kini PLTU masih menguasai pembangkit secara nasional dengan porsi 36,9 gigawatt (GW) listrik. Jumlah ini setara 50 persen dari total kapasitas terpasang energi nasional yakni sekitar 73,73 GW sampai Desember 2021. Selain itu disusul oleh PLTGU 12,4 GW, PLTG/MG 8,5 GW, PLTD 4,9 GW hingga PLTA 6,4 GW.

Baca Juga :  Empat OPD dan Lima Kecamatan Mangkir

”Listrik merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat modern. Saya pikir kita semua sepakat, bahwa kita bisa bayangkan kehidupan kita kalau tidak ada listrik,” jelas Ketua Umum Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) Puji Muhardi.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menjelaskan, kelistrikan di Tanah Air didominasi pengelolaannya oleh PLN sebesar 59 persen. Kemudian independent power producer (IPP) 28 persen dan sejumlah instansi lain.
”Energy mix yang disebut bauran energi, listrik yang kita nikmati sampai saat ini, nyaris 66 persennya datang dari PLTU. Itu suatu kebanggaan, juga suatu tantangan,” katanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebutkan, batu bara akan dioptimalkan selama masa transisi energi. Dia memperkirakan baru bara masih cukup menjanjikan sebagai sumber energi dalam satu hingga dua decade ke depan.

Baca Juga :  Pj Bupati Instruksikan Netralitas ASN

”Sejauh ini batu bara terbukti masih sebagai sumber energi yang paling murah (affordable). Selain itu, batu bara juga memenuhi beberapa unsur untuk ketahanan energi yaitu, availability (ketersediaan yang relatif masih cukup banyak), acceptability (dapat diterima apalagi dengan perkembangan teknologi pembangkit listrik yang rendah emisi – clean coal technology), dan accessibility (mudah di akses),” terangnya. (*/luq/par)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/