SUMENEP – Istirahat malam warga Pulau Karamian, Kecamatan Masalembu, Sumenep, mendadak terganggu. Sebuah ledakan keras terdengar dari Dusun Sumber Hidup, Jumat malam (9/2) sekitar pukul 23.10. Bangunan rumah milik kepala dusun (Kadus) berantakan.
Bagian belakang rumah milik Kadus Aswandi rusak berat. Dinding bangunan yang terbuat dari kayu dan asbes banyak yang jebol. Perabotan dapur terbang ke luar rumah. Sebagian hancur berkeping-keping.
Penghuni rumah tak kalah kaget. Ledakan terjadi saat mereka hendak tidur. Sontak semua segera keluar dari rumah berukuran 9×8 meter itu untuk mencari tempat aman. ”Tiba-tiba ada ledakan di belakang rumah dan atap rumah berantakan,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Sabtu (10/2).
Pria 37 tahun itu mengungkapkan, ledakan malam itu sangat keras. Bahkan, dia memperkirakan dampak dari ledakan tersebut hingga radius seratus meter. Banyak atap rumah warga sekitar yang retak diduga terkena dampak. ”Isi rumah dan dapur hancur,” katanya.
Dia menduga ledakan itu berasal dari bom ikan. ”Diduga dalam bentuk botol potas yang dilempar. Masih belum ada polisi yang olah TKP,” terangnya.
Sebelum kejadian, malam itu Aswandi sempat menegur sekelompok pemuda yang sedang mabuk. Dia menjabat sebagai Kadus sejak 2014. Di rumah yang menghadap ke barat itu dia tinggal bersama ibu, adik, dan anaknya.
Peristiwa tersebut menjadi atensi Polres Sumenep. Namun, berdasar keterangan Kasubbaghumas Polres Sumenep AKP Abd. Mukit, belum ada petugas yang ke tempat kejadian perkara (TKP). Mantan Kapolsek Lenteng itu mengungkapkan, potas itu meledak di belakang rumah Aswandi.
Kepolisian belum ke lokasi karena terkendala kapal. Perjalanan laut menuju Pulau Karamian membutuhkan waktu lima jam dari Pulau Masalembu. ”Petugas masih akan kroscek ke lokasi,” terang Mukit.
Pulau Karamian berada di Laut Jawa. Pulau ini berada di sebelah utara Pulau Masalembu. Secara geografis, pulau ini lebih dekat ke Kalimantan daripada ke Pulau Madura.
Ledakan keras itu mengakibatkan kerusakan rumah bagian belakang. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang menyita perhatian warga sekitar itu. Menurut Mukit, tidak ada saksi mata saat kejadian. ”Diduga karena faktor konflik kepala dusun dengan salah satu warganya,” katanya.