TAK semua figur yang didaftarkan menjadi bakal calon anggota legislatif (bacaleg) memiliki niat bulat seratus persen. Menjelang proses penetapan daftar calon tetap (DCT), dua bacaleg perempuan mengundurkan diri. Dua bacaleg itu dari dua partai dan daerah pemilihan (dapil) berbeda.
Komisioner KPU Sumenep Malik Mustafa mengatakan, hingga kemarin (6/9) pihaknya sudah menerima dua surat pengunduran diri. Pertama dari Nazilatur Rahmah, bacaleg dapil 2 yang diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Surat kedua dari Suprapti, bacaleg Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk dapil 1.
Pengunduran dua bacaleg ini otomatis berpengaruh pada kuota 30 persen unsur perempuan. Sebagaimana regulasi yang berlaku, setiap parpol wajib melibatkan 30 persen unsur perempuan di setiap dapil. Karenanya, jika ada yang mengundurkan diri bisa diganti oleh nama lain.
”Kalau berpengaruh kepada kuota 30 persen unsur perempuan, partai harus melakukan pergantian,” kata Malik.
Di dapil 1 PKB menyetorkan sembilan bacaleg. Dari jumlah itu, tiga orang dari unsur perempuan. Suprapti berada di urutan nomor enam. Jika Suprapti ini mundur, otomatis kuota perempuan PKB di dapil 1 tidak mencapai batas minimal 30 persen.
Untuk di dapil 2, PPP mendaftarkan lima bacaleg. Tiga laki-laki, dua perempuan. Sebelum Nazilatur Rahmah mundur, kuota perempuan mencapai 40 persen. Tapi setelah bacaleg nomor urut 5 itu mundur, keterwakilan perempuan tinggal 20 persen. ”Karenanya, kedua parpol ini harus mengganti dengan nama baru. Kalau tidak, bisa kena sanksi,” tegas Malik.
Pergantian ini hanya berlaku bagi bacaleg perempuan yang mundur. Manakala yang mengundurkan diri dari bacaleg laki-laki, parpol tidak perlu mengganti. Sebab, tidak berpengaruh kepada kuota 30 persen dari unsur perempuan.
Sekretaris DPC PKB Sumenep Dulsiam mengakui salah satu bacalegnya mengundurkan diri. Sebab, Suprapti ingin fokus pada urusan rumah tangga. Meski demikian, pihaknya langsung mencarikan penggantinya. ”Penggantinya sudah ada di kantor. Tinggal disetorkan ke KPU,” kata ketua Komisi III DPRD Sumenep itu.
Dua Perempuan Pilih Mundur