24 C
Madura
Wednesday, June 7, 2023

Hilirisasi Komoditas Perkebunan Picu Daya Saing dan Topang Peningkatan Ekonomi

JAKARTA – Di tengah risiko pelemahan ekonomi global, tren penguatan kinerja terus ditunjukkan berbagai indikator perekonomian nasional. Hal itu tercermin dari capaian pertumbuhan ekonomi Q2-2022 yang tercatat mencapai 5,44 %.

Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, pendapatan negara, hingga kinerja ekspor tersebut turut mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk dalam Seven Economic Wonders of Worried World. Hal itu sebagaimana dirilis majalah Financial Time.

Berbagai capaian impresif tersebut tidak terlepas dari peran sektor pertanian yang menjadi pengungkit kinerja ekonomi nasional dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 12,98 %. Peran penting sektor pertanian tersebut salah satunya ditopang oleh kinerja subsektor perkebunan sebagai kontributor utama dengan share terhadap PDB pertanian hingga 27 %.

Karena itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan subsektor perkebunan melalui berbagai langkah. Tujuannya, untuk mendorong kinerja pertanian yang berdampak pada perekonomian nasional.

Salah satu langkah yang telah ditempuh pemerintah melalui hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas. Hilirisasi yang dilakukan pemerintah tersebut mampu meningkatkan nilai ekpor pada sejumlah komoditas. Misalnya kelapa sawit tumbuh US$ 28.52 miliar pada 2021 serta besi dan baja tumbuh US$ 21.47 miliar pada 2021.

Baca Juga :  Transisi Energi Ciptakan Pembangunan Ramah Lingkungan

“Hilirisasi mampu menciptakan lapangan kerja, menciptakan nilai tambah, meningkatkan devisa, dan membuat neraca perdagangan positif. Kalau kita tidak beranjak dari hilirisasi maka value tidak bertambah. Karena itu, hilirisasi berbagai komoditas harus didorong,” ujar Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjadi keynote speech dalam Seminar Nasional Peran Standardisasi dan Produktivitas Hasil Komoditas Perkebunan dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nasional, Kamis (29/9).

Airlangga menuturkan, pemerintah telah menyiapkan bantuan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki plafon sebesar Rp 373,17 triliun pada 2022. Pemerintah akan meningkat plafon KUR sebesar Rp 470 triliun pada 2023.

Dijelaskan, penggunaan KUR dapat menjadi opsi investasi jangka panjang bagi para pelaku sektor pertanian. Khususnya, pada komoditas kelapa sawit. “Pada sekor pertanian telah diberikan KUR sebesar Rp 70 triliun dan bisa meningkat. Sebab, tidak ada batasan bagi sektor pertanian. Pemerintah juga berupaya mendorong KUR bagi kelompok yang belum optimal pelaksanaannya,” ujar Airlangga.

Baca Juga :    Kepala SDN Sana Laok I Doakan Tarsun Terpilih

Airlangga menambahkan, ketersediaan beras berada pada level aman untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan capaian produksi hingga 31 juta ton dalam 3 tahun terakhir. Karena itu, Indonesia berhasil memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute (IRR) di tengah situasi pandemi dan krisis pangan yang terjadi di berbagai negara.

Airlangga mengajak berbagai pihak (baik korporasi maupun pemerintah daerah) untuk dapat mendorong kemajuan berbagai komoditas lain. Caranya, dengan gencar melakukan promosi dan memasarkan produk yang dihasilkan. Sehingga, dapat mendorong kesejahteraan para petani.

Selain Deputi II Kemenko Bidang Perekonomian, acara tersebut dihadiri Ketua Komite Tetap Standardisasi dan Produktivitas Kadin Indonesia yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Dewan Komoditas Perkebunan (FKDKP). Juga Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, serta Direktur Utama Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). (dft/fsr/*/par)

JAKARTA – Di tengah risiko pelemahan ekonomi global, tren penguatan kinerja terus ditunjukkan berbagai indikator perekonomian nasional. Hal itu tercermin dari capaian pertumbuhan ekonomi Q2-2022 yang tercatat mencapai 5,44 %.

Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, pendapatan negara, hingga kinerja ekspor tersebut turut mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk dalam Seven Economic Wonders of Worried World. Hal itu sebagaimana dirilis majalah Financial Time.

Berbagai capaian impresif tersebut tidak terlepas dari peran sektor pertanian yang menjadi pengungkit kinerja ekonomi nasional dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 12,98 %. Peran penting sektor pertanian tersebut salah satunya ditopang oleh kinerja subsektor perkebunan sebagai kontributor utama dengan share terhadap PDB pertanian hingga 27 %.


Karena itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan subsektor perkebunan melalui berbagai langkah. Tujuannya, untuk mendorong kinerja pertanian yang berdampak pada perekonomian nasional.

Salah satu langkah yang telah ditempuh pemerintah melalui hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas. Hilirisasi yang dilakukan pemerintah tersebut mampu meningkatkan nilai ekpor pada sejumlah komoditas. Misalnya kelapa sawit tumbuh US$ 28.52 miliar pada 2021 serta besi dan baja tumbuh US$ 21.47 miliar pada 2021.

Baca Juga :  Alumni Golkar Institute Harus Ambil Peran Strategis Ekonomi Global

“Hilirisasi mampu menciptakan lapangan kerja, menciptakan nilai tambah, meningkatkan devisa, dan membuat neraca perdagangan positif. Kalau kita tidak beranjak dari hilirisasi maka value tidak bertambah. Karena itu, hilirisasi berbagai komoditas harus didorong,” ujar Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjadi keynote speech dalam Seminar Nasional Peran Standardisasi dan Produktivitas Hasil Komoditas Perkebunan dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nasional, Kamis (29/9).

Airlangga menuturkan, pemerintah telah menyiapkan bantuan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki plafon sebesar Rp 373,17 triliun pada 2022. Pemerintah akan meningkat plafon KUR sebesar Rp 470 triliun pada 2023.

- Advertisement -

Dijelaskan, penggunaan KUR dapat menjadi opsi investasi jangka panjang bagi para pelaku sektor pertanian. Khususnya, pada komoditas kelapa sawit. “Pada sekor pertanian telah diberikan KUR sebesar Rp 70 triliun dan bisa meningkat. Sebab, tidak ada batasan bagi sektor pertanian. Pemerintah juga berupaya mendorong KUR bagi kelompok yang belum optimal pelaksanaannya,” ujar Airlangga.

Baca Juga :  Kapolsek Absen di Sidang Perdana Praperadilan

Airlangga menambahkan, ketersediaan beras berada pada level aman untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan capaian produksi hingga 31 juta ton dalam 3 tahun terakhir. Karena itu, Indonesia berhasil memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute (IRR) di tengah situasi pandemi dan krisis pangan yang terjadi di berbagai negara.

Airlangga mengajak berbagai pihak (baik korporasi maupun pemerintah daerah) untuk dapat mendorong kemajuan berbagai komoditas lain. Caranya, dengan gencar melakukan promosi dan memasarkan produk yang dihasilkan. Sehingga, dapat mendorong kesejahteraan para petani.

Selain Deputi II Kemenko Bidang Perekonomian, acara tersebut dihadiri Ketua Komite Tetap Standardisasi dan Produktivitas Kadin Indonesia yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Dewan Komoditas Perkebunan (FKDKP). Juga Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, serta Direktur Utama Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). (dft/fsr/*/par)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/