Mata angin antara utara dan timur itu timur laut atau timur daya? Posisi antara barat dan selatan itu barat daya atau barat laut?
DALAM Bahasa Indonesia, kita mengenal 16 arah mata angin. Yakni, utara, utara timur laut, timur laut, timur-timur laut, dan timur. Lalu, timur tenggara, tenggara, selatan tenggara, dan selatan. Kemudian, selatan barat daya, barat daya, barat-barat daya, dan barat. Selain itu, barat-barat laut, barat laut, dan utara barat laut.
Dari belasan arah mata angin itu hanya delapan yang biasa dipakai. Yakni, utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut. Orang Madura juga mengenal delapan ara. Yaitu dhaja, temor dhaja (mordhaja), temor, temor lao’ (morlao’), lao’, bara’ lao’, bara’, dan bara’ dhaja.
Masih ada lagi kata tunjuk yang biasa digunakan orang Madura. Kata itu tidak ada atau tidak termasuk dalam 16 arah mata angin itu. Arah mata angin itu adalah ”timur daya”. Kata ini biasa digunakan oleh atau untuk menunjukkan wilayah Sumenep yang terdiri atas Kecamatan Gapura, Dungkek, Batang-Batang, dan Batuputih. Dalam pembagian wilayah pemilihan umum, empat kecamatan ini masuk daerah pemilihan (dapil) 5.
”Timur daya” biasa digunakan saat ada event yang hanya untuk empat kecamatan itu. Misal, lomba baca puisi tingkat pelajar setimur daya dan lain-lain.
Penggunaan ”timur daya” dalam menunjukkan arah mata angin menarik dicermati. Setidaknya menjadi dua hal: semangat menyumbangkan kosakata Madura untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia atau ini bentuk pembiaran atas keteledoran ketidaktahuan pada masa lalu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa timur adalah mata angin yang arahnya berlawanan dengan barat dan asal matahari terbit. Sementara ”daya” adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. KBBI juga mengartikan ”daya” sebagai kekuatan; tenaga (yang menyebabkan sesuatu bergerak dan sebagainya).
Saya curiga ”timur daya” ini alih bahasa mengikuti alur suara. Dari ”temor dhaja” menjadi ”timur daya”. Padahal salah satu cara untuk menerjemahkan atau alih bahasa dengan memahami makna. Bahasa Indobesia ”temor dhaja” sudah ada, ”timur laut”. Saya jadi teringat guyonan kata ”kerajaan” untuk mengatakan ”terlalu besar atau kebesaran”. Setelah diusut ternyata alih bahasa langsung dari kata ”karaja’an” bahasa Madura.
Jika itu yang terjadi berarti ada pembiaran atas kesalahan masa lalu. Kesalahan itu mungkin didasari ketidaktahuan. Lalu, oleh generasi belakangan ”dicarikan dalil” untuk memperkuat argumen. Sehingga, ”timur daya” tetap digunakan oleh orang dan lembaga pendidikan sekalipun. Padahal secara makna tidak masuk dan dalam arah mata angin versi bahasa Indonesia, ”daya” digunakan untuk menunjukkan posisi antara barat dan selatan. Yaitu selatan barat daya, barat daya, barat-barat daya. Barat daya adalah mata angin yang arahnya antara barat dan selatan. Selatan barat daya adalah antara selatan dan barat daya. Barat-barat daya adalah antara barat daya dan barat.
”Timur daya” memang tidak resmi. Bukan nama desa dan kecamatan. Namun, lumrah diucapkan dan ditulis untuk untuk menyebut wilayah dapil 5 Sumenep. Yang resmi, kata ”daya” juga digunakan untuk nama desa. Desa Batang-Batang Daya di Kecamatan Batang-Batang, Sumenep. Juga Desa Lawangan Daya di Pamekasan.
Di sisi lain ada yang tetap menulis ”daja” (dari kata ”dhaja”) dan ”laok” (dari kata ”lao’”) untuk menyebut nama desa. Seperti Lombang Daja di Kecamatan Blega, Bangkalan, dan Sana Daja di Kecamatan Pasean, Pamekasan. Yang banyak adalah nama desa dengan kata ”laok” untuk menyebut selatan.
Itu yang resmi secara administrasi nama desa. Namun, yang tidak resmi seolah-olah ”laut” untuk menunjukkan arah atau lokasi yang sama: selatan.
Kasus ini terjadi dulu saat ada perubahan arah kiblat. Dari barat ke barat laut sedikit. Umumnya dan yang benar adalah menggeser sajadah dari barat ke barat laut. Tapi, tidak sedikit yang mengarahkan sajadah ke barat-barat daya. Saya menduga, mereka mengira ”barat laut” adalah ”bara’ lao’” dalam bahasa Madura.
Dalam KBBI, ”laut” adalah kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Sedangkan ”barat laut” adalah mata angin yang arahnya antara barat dan utara. Dengan demikian, ”laut” bukan ”laok” (lao’).
Penggunaan kata ”daya” dan ”laut” untuk menyebut ”utara” dan ”selatan” tidak sama dengan penggunaan ”barat” dan ”timur” yang sesuai menurut bahasa Indonesia.
Karena itu, jika ini kesalahan, hendaknya segera dihentikan. Mulai dari pihak yang paham dan berpendidikan. Jika dibiarkan, berarti kita turut mewariskan masalah untuk anak cucu. Atau, ”timur daya” ini merupakan bentuk perjuangan bahasa Madura untuk menyumbang kosakata baru bahasa Indonesia?
Perubahan penyebutan nama di Madura memang unik dan menarik. Girpapas jadi Pinggir Papas, Topote jadi Batuputih, Tanaaer jadi Tanah Air, Dhemmabu jadi Pademawu, dan banyak lainnya. Menurut Anda?