BANGKALAN – M. Rifad Marasabessy merupakan pesepak bola asal Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Menjalani puasa jauh dari rumah tidak menjadi hambatan baginya dalam berkarir. Justru, Rifad termotivasi memberikan kemampuan maksimal untuk klub dan timnas.
Menjaga tubuh tetap fit selama menjalani puasa hukumnya wajib bagi seluruh pemain bola yang sedang berkompetisi. Tak terkecuali bagi penggawa muda Madura United M. Rifad Marasabessy.
Selama berpuasa, pesepak bola 19 tahun itu kerap menghabiskan waktu bermain game online. Seperti yang ia lakukan Senin siang (28/5). Bersama beberapa rekan setim di Timnas Indonesia U-19 yang juga penggila game online, dia bermain di kamar hotel tempat menginap.
”Main game sama tidur. Cuma itu yang bisa dilakukan,” ujar pesepak bola kelahiran 7 Juli 1999 tersebut. Kecanduan game di bulan puasa bukanlah hal buruk bagi bek sayap kanan Madura United tersebut. ”Daripada tidak ada kerjaan, main game saja,” ungkap Rifad.
Sebagai pesepak bola, istirahat merupakan hal yang cukup penting demi menjaga kondisi tubuh. Waktu istirahat di malam hari dia gantikan dengan bermain game, ”Sambil nunggu sahur, saya main game online di handphone,” sambungnya.
Namun, ibadah salat Tarawih dan tadarus atau mengaji tetap rutin dilakukan pemain yang tengah menjalani pemulihan cedera tersebut. Bagi Rifad, Ramadan merupakan sarana untuk meraih banyak pahala.
”Ibadah terus jalan seperti tadarus dan salat Tarawih,” ucapnya. Saat ini Rifad sedang menjalani pemusatan latihan Timnas Indonesia U-19 di Jogjakarta. Rifad tidak sendirian. Ia ditemani Irsan Rahman Lestaluhu yang merupakan kompatriotnya di Madura United.
Sekaligus merupakan teman seperantauan dari Desa Tulehu yang terkenal sebagai tempat lahirnya pesepak bola berbakat itu. ”Di Timnas saya tetap latihan meskipun dalam pemulihan cedera. Selalu cek kondisi cedera dengan dokter timnas,” jelas Rifad.
Cedera yang diderita Rifad memang cukup serius. Pemain yang juga prajurit TNI AD itu cukup lama absen latihan di klub asal. Namun, belakangan cederanya mulai pulih. Hanya, belum sembuh total.
Sebagai pesepak bola yang berdomisili cukup jauh dari rumah, Rifad mengaku tetap berkomunikasi dengan keluarga. Rasa kangen untuk sahur dan berbuka puasa bersama saudara di kampung halaman sering menghinggapi pikirannya.
Namun sebagai pejuang di lapangan hijau dan medan pertempuran, Rifad selalu ingat jika saat ini ia sedang mencari rezeki. ”Puasa jauh dari rumah sudah biasa. Sekitar sudah tiga tahun saya puasa jauh dari rumah,” tukasnya.