Ardian bercita-cita bergabung dengan APH sejak lulus kuliah pada 2007. Cita-cita itu pun terwujud sebagai jaksa. Jabatan menuntutnya tegas. Namun, karakter dan sikapnya tetap lembut karena dalam dirinya mengalir jiwa seni.
ONGKY ARISTA UA., Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura
PENGHUNI kursi Kasi Intel Kejaksaan Negeri (Kejari) Pamekasan berganti sejak Senin 6 September 2021. Sebelumya, kursi ini diduduki Hendra Purwanto Arifin. Selama setahun, sejak September 2020 hingga September 2021.
Sejak Senin pekan tertama bulan sembilan lalu, kursi ini diduduki oleh pejabat berbeda. Yakni, Ardian Junaedi, pria asal Lumajang berdarah Sampang. ”Saya bercita-cita jadi jaksa sejak lulus kuliah,” ungkapnya memulai perbincangan dengan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) kemarin (28/12).
”Makanya sejak lulus kuliah, saya langsung ikut pendaftaran masuk menjadi calon jaksa,” sambung pria pengoleksi batu akik itu sambil menyalakan rokok.
Ardian mengawali pendidikan dasarnya di Lumajang. Pendidikan menengah pertama dan atasnya juga diselesaikan di kabupaten yang sama hingga lulus SMAN 3 Lumajang.
Lulus kuliah pada 2007 di Universitas Airlangga (Unair) dengan jurusan hukum. Lulus kuliah itu dia langsung mendaftar. Pada 2008, dia bertugas untuk kali pertama di lingkungan kejaksaan.
Tugas pertama menjadi staf di Kejari Katingan, Kalimantan Tengah. Lalu pada 2011 pindah tugas ke Kejaksaan Negeri Gresik. Di sana Ardian masih menjabat sebagai staf tata usaha (TU).
Pada 2014, karirnya mulai naik. Dia mengikuti pendidikan jaksa di Kejaksaan Agung (Kejagung) selama enam bulan. Setelah itu, dia menjadi jaksa pertama fungsional di Kejari Kepulauan Morotai, Maluku Utara, hingga 2016.
Lalu, dia dipromosikan menjadi Kasi Intel Kejari Bombana, Sulawesi Tenggara. Pada 2018, kembali dipromosikan menjadi Kasipidum di Kejaksaan Negeri Probolinggo. Kemudian pada 2020, dia menjadi kepala Kantor Cabang Kejaksaan Negeri (Kacabjari) Ambon, Banda Naira.
Kini dia ”pulang” ke tanah Madura. Pulau yang mengaliri darah dalam tubuhnya. Sebagai Kasi Intel Kejari Pamekasan sejak 6 September 2021. ”Ayah saya orang Sampang, ibu saya Lumajang, dan saya seperti kembali ke tanah kelahiran,” katanya.
Meski berdarah Madura, dia baru pertama bertugas di Madura. ”Pamekasan menarik, banyak aspirasi, demokrasi hidup, dan intensitas demonya tinggi,” sambung pria berkacamata itu.
Cita-cita Ardian memang ingin bergabung ke lembaga aparat penegak hukum (APH). Namun, dia memiliki hobi bermain musik. Pada 2001, dia pernah dinobatkan sebagai the best drummer dalam ajang festival band di Lumajang.
”Dulu ingin menjadi bagian dari APH, kalau tidak jadi polisi ya jadi jaksa,” katanya. Cita-cita menjadi bagian APH itulah yang mengantarkannya kuliah hingga meraih gelar sarjana hukum dan magister hukum.
Hingga saat ini, meski Kasi Intel bertugas menjadi mata dan telinga pimpinan, hobi bermain musiknya tidak lantas ditanggalkan. ”Karena kesibukan kerja, saya jarang main drum lagi, namun musik tetap jiwa saya,” katanya.
Terakhir kali bermain musik saat bertugas di Probolinggo. Dia bermain band dengan para pejabat di kejaksaan kala itu. ”Kalau pas libur, iseng-iseng saya main di rumah,” kata pria yang berdomisili di Kota Surabaya itu.
Sebagai Kasi Intel, secara prinsip harus loyal kepada pimpinan. Kemudian, memegang teguh sikap jujur dan tidak menyombongkan diri kepada siapa pun. ”Mengedepankan prinsip disiplin dan bergaul dengan siapa pun,” katanya.
Sebagai pejabat, harus banyak sedekah dan bermanfaat bagi orang lain. Sebab, tegas Ardian, pejabat mana pun itu sama, yakni manusia biasa. Harus bergaul dan menebar manfaat.
”Dan yang paling saya jauhi adalah tindakan berbohong,” pungkas ayah untuk kedua buah hatinya itu.