Upaya meningkatkan kunjungan ke Pulau Gili Labak ditunjukkan Pokmaswas Reng Paseser bersama JPRM dan RadarMadura.id. Lima balok beton berbagai tulisan ditenggelamkan agar bisa dijadikan spot foto bagi wisatawan yang ingin snorkeling.
ROMBONGAN Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Reng Paseser bersama kru Jawa Pos Radar Madura (JPRM) berangkat sekitar pukul 07.30 kemarin (28/9). Butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk menempuh jalur laut dari Pelabuhan Tanjung, Saronggi hingga bisa sampai di Pulau Gili Labak.
Takjub. Destinasi yang menjadi jujukan wisatawan domestik dan mancanegara ini masih tetap asri. Gili Labak eksotis dan pasti bikin kangen.
Kunjungan dalam rangka peringatan World Tourism Day ini menggandeng JPRM dan RadarMadura.id. Kegiatannya berupa pemasangan balok beton untuk spot foto yang diinisiasi Pokmaswas Reng Paseser melalui gerakan Peduli Gili Labak.
Balok beton seberat tiga kuintal membutuhkan tenaga delapan orang untuk membawanya dari daratan Pulau Gili Labak ke tepi pantai. Ada lima balok beton yang siap ditenggelamkan.
Namun, hanya empat yang bisa ditempatkan di antara karang. Satu balok beton harus dibawa saat air kembali pasang. Sebab, air laut saat siang menjelang sore kala itu mulai surut.
Beton berukuran satu meter persegi itu ditenggelamkan sekitar 100 meter dari bibir pantai. Tepat di antara terumbu karang yang dihuni berbagai ikan. Beberapa balok beton di antaranya bertulisan Hidden Paradise Gili Labak dan ajakan Ayo Snorkeling di Gili Labak. Dua balok beton itu dipersembahkan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) dan RadarMadura.id.
Untuk memasang balok beton tidaklah mudah. Perlu kehati-hatian agar tak merusak terumbu karang. Balok-balok terpasang di empat titik berbeda.
Seusai acara, waktunya narsis. Kru JPRM dan Pokmaswas Reng Paseser mengabadikan momen peletakan balok beton yang akan menjadi cikal bakal spot foto selfie para penyelam.
Sempat khawatir kala melihat Pemimpin Redaksi (Pemred) RadarMadura.id Hariyanto. Upaya pertamanya untuk foto di alam bawah laut itu gagal. Mukanya pucat. ”Asin gaes,” ujarnya kembali ke atas perahu. Dua kali air laut tertelan dan nyaris tenggelam. Padahal, tim penyelam sudah membantunya dengan memberi oksigen agar bisa dihirup saat berada di dalam air. Karena tak biasa menggunakan alat tersebut, Hariyanto mengalami kesulitan.
Rupanya, pada penyelaman pertama, kacamata renang yang dipakainya tak sampai menutupi hidung. Praktis, air juga ikut masuk ketika tim penyelam memberinya oksigen.
Percobaan kedua pria yang akrab disapa Rian itu membuahkan hasil. Kali ini dia tak mau lagi menggunakan alat bantu pernapasan untuk menyelam. Bermodal nekat dan mental pantang menyerah, satu jepretan berhasil diabadikan. Beberapa kru JPRM dan Pokmas Reng Paseser kemudian lanjut foto bergantian.
Sekitar pukul 14.00, mereka kembali ke daratan. Kebetulan perut sudah keroncongan setelah satu jam berenang dan menyelam. Cukup menguras tenaga. Namun, semua terbalaskan dengan sajian nikmat menu kuliner setempat. Yakni, ikan bakar dan es teh yang menggugah selera.
Perut kenyang, waktunya mandi. Membersihkan air laut yang mulai menggaram di kulit. Bergantian. Kamar mandi yang tersedia terbatas. Tugas selesai, perut kenyang, pikiran juga tenang.
Rombongan lanjut menuju KM Mutiara Tanjung yang membawa kami. Kapal kayu itu tak bisa mendekat ke bibir pantai. Air surut khawatir kandas. Untuk sampai ke kapal tersebut, rombongan secara bergantian naik menggunakan perahu jongkong. Hanya bisa mengangkut enam sampai tujuh orang. Empat kali terhitung perahu kecil itu bolak-balik membawa penumpang.
Meski tak sampai sehari, banyak kesan yang tak akan dilupakan dari salah satu destinasi wisata alam di kabupaten ujung timur Madura ini. Dalam perjalanan pulang, Pemred RadarMadura.id Hariyanto menyampaikan kesannya. Sembari mengisi waktu luang di perjalanan.
”Pengalaman kali pertama ke Gili Labak. Kali pertama snorkeling juga. Menyenangkan dan bikin panik,” ucap pria bertopi itu memasang muka lucunya.
Perjalanan pulang lebih menyenangkan dibandingkan saat berangkat. Gelombang laut lebih bersahabat. Apalagi, matahari sore berwarna oranye itu tampak indah. Ingin rasanya kembali ke surga tersembunyi. Insyaallah lain waktu.