Setiap pekerjaan tidak hanya mengandung risiko. Tetapi, juga menuntut kelapangan hati. Utamanya jika lokasi tempat kerja sangat jauh dari rumah.
MOMEN Lebaran menjadi ajang berkumpulnya keluarga. Namun, ada beberapa buruh yang tetap bekerja meski Lebaran tiba. Di antaranya, wartawan, petugas kesehatan, pegawai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan petugas transportasi umum.
Salah satu karyawan yang hampir tidak pernah merayakan momen Lebaran adalah Suhartono. Pria 53 tahun itu sudah 30 tahun tidak pernah merasakan Lebaran di rumah. Sebab, dia bekerja sebagai nakhoda kapal di PT Dharma Lautan Utama (DLU).
Pria asal Kediri itu beberapa kali dipindahtugaskan oleh perusahaannya. Dia pernah bertugas di Lombok; Batu Licin, Kalimantan Selatan; dan Makassar. Saat ini, pria yang akrab disapa Kapten Suhartono itu bertugas di Pelabuhan Kamal–Ujung Perak.
Suhartono bekerja di PT DLU sudah 30 tahun. Sejak bekerja di perusahaan pelayaran nasional itulah, dia tidak pernah merasakan kebersamaan dengan keluarga saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Meski begitu, dia tidak pernah mengeluh.
Suami Rusminingsih itu menyampaikan, ada aturan yang harus disepakati oleh pekerja dan perusahaan. Yakni, tidak boleh libur tujuh hari sebelum dan sesudah Lebaran. Kecuali karena orang terdekat sedang sakit. Karena itu, momentum yang ditunggu-tunggu umat Islam harus dilewati begitu saja. ”Ini sudah tugas dan risiko kami sebagai kapten kapal,” ucap nakhoda KMP Jokotole tersebut.
Disampaikan, tempatnya bekerja merupakan perusahaan angkutan transportasi masal yang harus selalu stand by melayani masyarakat. Wajib mengedepankan kepentingan umum. Dengan begitu, tidak ada alasan untuk berkumpul dengan keluarga saat Lebaran. ”Setelah Lebaran nanti boleh libur atau cuti untuk sekadar bersama dengan keluarga,” imbuhnya.
Bagi Suhartono, tidak berlebaran di rumah selama dua tahun terakhir bukan hal yang berat ketimbang bertugas di luar Pulau Jawa. Sebab, istri dan anaknya saat ini tinggal di Perumahan Talon Permai Kamal, Bangkalan. Setelah Lebaran, istri dan anaknya bisa mendatanginya ke kapal untuk sekadar makan bersama.
Sementara saat bertugas di luar Pulau Madura, Suhartono merasa jauh dari keluarganya. Sebab, istri dan anaknya berada di Kediri. Untuk melepas kerinduannya bersama keluarga, dirinya hanya bisa bertatap muka melalui video call. ”Dulu hanya telepon biasa. Kalau ditanya rindu, itu sudah pasti,” kenangnya.
Kendati tidak pernah bersama istri dan anaknya saat Lebaran, keluarganya tidak pernah protes. Sebab sudah sama-sama memahami risiko sebagai nakhoda kapal. Apalagi, jerih payahnya dalam bekerja juga akan kembali ke keluarga. ”Yang terpenting istri dan anak-anak sehat, saya selamat saat bekerja,” tuturnya.
Meski 30 tahun berada di atas kapal saat Lebaran, Suhartono mengaku tetap enjoy. Karena banyak kru kapal lainnya yang juga senasib dengan dirinya. ”Sehingga, kepiluan tidak bisa berkumpul dengan keluarga bisa sedikit terobati dengan gelak tawa kru kapal lainnya,” pungkasnya.