22.6 C
Madura
Tuesday, June 6, 2023

Ludruk, Hiburan Tradisional yang Tak Pernah Kehilangan Penikmat

SUMENEP – Bunyi sound dan gending khas Madura menyambut kedatangan penonton. Mereka hendak menyaksikan penampilan ludruk Rukun Karya (Ruka) di pesisir Desa/Kecamatan Dungkek pada Senin malam (25/12).

Sekitar pukul 23.00, acara pembukaan dimulai dengan tari-tarian. Kurang lebih 25 menit pembukaan selesai. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan lawak. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu penonton.

Ada tiga pemain utama dalam pertunjukan tersebut. Yakni, Edy Suhandi Keron, 41; Dendi, 20; dan Dimas, 13. Dimas merupakan salah satu pelawak cilik di grup ludruk yang berdiri sejak tahun 1976 itu.

Dimas berperan sebagai perawan bernama Rana. Kemudian, Edy dan Dendi berperan sebagai pria yang hendak melamar Rana dan kakaknya Reni. Keduanya menyampaikan lamaran kepada orang tua Rana dan Reni Marmuji.

Dendi kecewa lantaran perempuan idamannya, Rana, ternyata pincang. Perasaan yang  sama juga dirasakan Edy. Reni, perempuan yang dilamarnya ternyata bisu. Keduanya merasa tertipu dan berencana untuk tukar pasangan.

Baca Juga :  Penggunaan Gawai Hambat Perkembangan Anak

Namun, setelah mengetahui kenyataan tersebut keduanya bertambah kecewa. Sebab, keduanya sama-sama memiliki kekurangan. Akhirnya, Dendi dan Edy memutuskan untuk membatalkan pertunangan tersebut.

Usai pertunjukan, Edy Suhandi Keron, kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) mengatakan, tiga pemain lawak itu masih ada ikatan keluarga. Dendi merupakan putranya sendiri. Sementara Dimas adalah keponakannya.

”Kami sama-sama terjun ke dunia seni sejak kecil. Sejak ludruk didirikan oleh orang tua, kami langsung terjun ikut,” kata Edy. Dia merupakan pimpinan Ludruk Ruka. Dia juga merupakan pelawak senior di grup ludruk yang beralamat di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi ini.

Tiga pelawak ini sama-sama memiliki ciri khas dalam mengeluarkan humor-humor untuk menghibur penonton. Hampir setiap menit selalu membuat penonton tertawa lepas. Hiburan itulah yang dinanti-nanti para penonton.

Baca Juga :  Temukan Artefak dan Fragmen Tulang Belasan Ribu Tahun

Para pemain sudah berlatih sejak kecil. Sehingga, ketika tampil sudah terbiasa dan tidak gugup. Seperti saling melempar kalimat-kalimat lucu maupun bernyanyi.

”Kami tampil atas undangan masyarakat. Kadang setiap malam ada. Mulai di wilayah Madura sampai Jawa. Kami tampil dengan membawa nama Sumenep ke luar daerah, meski tak ada perhatian dari pemerintah,” katanya.

Selain ingin menghibur penonton, Edy memiliki niat luhur. Yakni, melestarikan kesenian dan mengenalkan seni dan budaya Madura kepada generasi muda. Meski zaman sudah modern, penikmat ludruk tak pernah hilang.

Mahrito, salah satu penonton Ruka waktu tampil di Dungkek mengatakan, ludruk yang paling ditunggu-tunggu masyarakat adalah lawak. Ribuan penonton duduk lesehan di depan panggung. Ada yang duduk dengan alas sandal dan membawa tikar sendiri.

SUMENEP – Bunyi sound dan gending khas Madura menyambut kedatangan penonton. Mereka hendak menyaksikan penampilan ludruk Rukun Karya (Ruka) di pesisir Desa/Kecamatan Dungkek pada Senin malam (25/12).

Sekitar pukul 23.00, acara pembukaan dimulai dengan tari-tarian. Kurang lebih 25 menit pembukaan selesai. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan lawak. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu penonton.

Ada tiga pemain utama dalam pertunjukan tersebut. Yakni, Edy Suhandi Keron, 41; Dendi, 20; dan Dimas, 13. Dimas merupakan salah satu pelawak cilik di grup ludruk yang berdiri sejak tahun 1976 itu.


Dimas berperan sebagai perawan bernama Rana. Kemudian, Edy dan Dendi berperan sebagai pria yang hendak melamar Rana dan kakaknya Reni. Keduanya menyampaikan lamaran kepada orang tua Rana dan Reni Marmuji.

Dendi kecewa lantaran perempuan idamannya, Rana, ternyata pincang. Perasaan yang  sama juga dirasakan Edy. Reni, perempuan yang dilamarnya ternyata bisu. Keduanya merasa tertipu dan berencana untuk tukar pasangan.

Baca Juga :  Surat Buat Guruku

Namun, setelah mengetahui kenyataan tersebut keduanya bertambah kecewa. Sebab, keduanya sama-sama memiliki kekurangan. Akhirnya, Dendi dan Edy memutuskan untuk membatalkan pertunangan tersebut.

Usai pertunjukan, Edy Suhandi Keron, kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM) mengatakan, tiga pemain lawak itu masih ada ikatan keluarga. Dendi merupakan putranya sendiri. Sementara Dimas adalah keponakannya.

- Advertisement -

”Kami sama-sama terjun ke dunia seni sejak kecil. Sejak ludruk didirikan oleh orang tua, kami langsung terjun ikut,” kata Edy. Dia merupakan pimpinan Ludruk Ruka. Dia juga merupakan pelawak senior di grup ludruk yang beralamat di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi ini.

Tiga pelawak ini sama-sama memiliki ciri khas dalam mengeluarkan humor-humor untuk menghibur penonton. Hampir setiap menit selalu membuat penonton tertawa lepas. Hiburan itulah yang dinanti-nanti para penonton.

Baca Juga :  Guru Bagai Antena Teve

Para pemain sudah berlatih sejak kecil. Sehingga, ketika tampil sudah terbiasa dan tidak gugup. Seperti saling melempar kalimat-kalimat lucu maupun bernyanyi.

”Kami tampil atas undangan masyarakat. Kadang setiap malam ada. Mulai di wilayah Madura sampai Jawa. Kami tampil dengan membawa nama Sumenep ke luar daerah, meski tak ada perhatian dari pemerintah,” katanya.

Selain ingin menghibur penonton, Edy memiliki niat luhur. Yakni, melestarikan kesenian dan mengenalkan seni dan budaya Madura kepada generasi muda. Meski zaman sudah modern, penikmat ludruk tak pernah hilang.

Mahrito, salah satu penonton Ruka waktu tampil di Dungkek mengatakan, ludruk yang paling ditunggu-tunggu masyarakat adalah lawak. Ribuan penonton duduk lesehan di depan panggung. Ada yang duduk dengan alas sandal dan membawa tikar sendiri.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/