22.6 C
Madura
Tuesday, June 6, 2023

Bisa Baca Al-Qur’an Jadi Syarat Diterima Masuk MD Mambaul Ulum Kemuning

Setiap lembaga pendidikan memiliki standar pembelajaran. Tak terkecuali, Madrasah Diniyah (MD) Mambaul Ulum, Kemuning, Kecamatan Karang Penang, Sampang.  Pendidikan nonformal itu memberlakukan syarat kepada siswa yang ingin masuk madrasah. Yakni, harus bisa baca Al-Qur’an.

MOH. ALI MUHSIN, Sampang, Jawa Pos Radar Madura

PENDIRIAN MD Mambaul Ulum Kemuning, Kecamatan Karang Penang, Sampang bermula dari langgar yang digagas oleh KH Fauzi. Langgar tersebut dijadikan tempat ngaji.

Seiring berjalannya waktu, santri yang belajar semakin banyak. Atas hal itu, KH Fauzi tergerak untuk merintis lembaga pendidikan Islam bernama Mambaul Ulum Kemuning.

Kali pertama didirikan sekitar 1987. Saat itu KH Muhyiddin Fauzi, putra pertama KH Fauzi, yang mendeklarasikan pendirian MD Mambaul Ulum Kemuning. Itu setelah dia selesai menimba ilmu dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan.

Dari penjelasan KH Muhyiddin Fauzi, nama Mambaul Ulum Kemuning dipilih sebagai wujud tabaruk pada pesantren tempat dirinya nyantri di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata.

Karena itu, tak heran jika lembaga yang berlokasi di Dusun Ja’ah 1, Desa Karang Penang Oloh, Kecamatan Karang Penang, Sampang, itu mengikuti metode pembelajaran dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata. Selain itu, kitab-kitab yang diajarkan menggunakan kitab yang diterbitkan oleh Yayasan Al-Khairat.

Baca Juga :  Nilai Ludruk Santri Bentuk Edukasi Masyarakat Milenial

”Alhamdulillah, MD ini fokus mempelajari ilmu-ilmu agama. Sampai sekarang tetap bertahan. Semoga terus istikamah dalam mendidik anak-anak bangsa,” kata ustazah Zuyyinah, putri KH Muhyiddin Fauzi itu.

Pengasuh MD Mambaul Ulum itu menyampaikan, murid yang akan masuk MD harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Di antaranya, harus bisa mengaji Al-Qur’an. Selain itu, harus lulus taman kanak-kanak Al-Qur’an terlebih dahulu. Jika belum memenuhi persyaratan tersebut, mereka tidak diperkenankan masuk MD ini.

Dia menyatakan, langkah ini diterapkan agar murid benar-benar belajar bagaimana bisa membaca Al-Qur’an di tingkat TK Al-Qur’an. Selain itu, menjadi tanggung jawab guru supaya maksimal dalam mendidik mereka.

”Saat ini terdapat sekitar 60 murid MD dari total enam kelas yang ada,” sebutnya.

Pengurus PGMNI Jatim menjelaskan, mengenai mata pelajaran, dimulai dari bidang keilmuan yang bersifat fardhu ain. Seperti fikih ibadah, tauhid, dan akhlak. Mereka juga dibekali dengan ilmu-ilmu alat, seperti nahwu dan shorrof.

”Selain itu, ada juga sejarah, faroidh, hadis hingga tafsir secara bertahap sesuai tingkatan kelas,” tuturnya.

Sementara itu, KH Muhyiddin Fauzi menambahkan, metode belajar yang diterapkan adalah menghafal atau muhafadhoh. Bahkan, setiap akhir tahun diadakan acara i’lan untuk murid-murid yang sudah menghafal kitab-kitab tertentu.

Baca Juga :  Santri Temukan Bayi Perempuan Telanjang

”Beberapa kitab yang telah di-i’lankan yaitu, Aqidatul Awwam, Tarbiyatus Shibyan, Nadzmul ‘Imrithi, Nadzmul Maqshud, dan Alfiyah Ibnu Malik,” paparnya.

Dia mengatakan, adapun MD Mambaul Ulum Kemuning tetap bertahan hingga saat ini, tentu itu tidak terlepas dari dedikasi yang tinggi dari tenaga pendidik. Mereka tetap semangat berjuang untuk mengabdi pada agama dengan khidmat terhadap masyaikh. ”Alhamdulillah, guru semangat mengajar meskipun di tengah keterbatasan,” ucapnya.

Dia mengaku bahwa MD ini kurang diminati para orang tua saat ini. Sebab, keberadaan MD dipandang kurang begitu penting dibanding pendidikan formal lainnya. Akibatnya, tidak jarang madrasah diniyah dijadikan pilihan nomor dua.

”Sehingga, terkesan meski belum tuntas MD tidak masalah yang penting sudah selesai yang formal,” ucapnya.

Untuk menjawab tantangan itu, para tenaga pendidik tetap berupaya membuat terobosan-terobosan baru. Tujuannya, meningkatkan minat murid untuk belajar di MD. Misalnya dengan mengadakan event pada hari besar Islam, mengadakan lomba-lomba seputar materi keagamaan, dan lainnya. (*/daf)

 

Setiap lembaga pendidikan memiliki standar pembelajaran. Tak terkecuali, Madrasah Diniyah (MD) Mambaul Ulum, Kemuning, Kecamatan Karang Penang, Sampang.  Pendidikan nonformal itu memberlakukan syarat kepada siswa yang ingin masuk madrasah. Yakni, harus bisa baca Al-Qur’an.

MOH. ALI MUHSIN, Sampang, Jawa Pos Radar Madura

PENDIRIAN MD Mambaul Ulum Kemuning, Kecamatan Karang Penang, Sampang bermula dari langgar yang digagas oleh KH Fauzi. Langgar tersebut dijadikan tempat ngaji.


Seiring berjalannya waktu, santri yang belajar semakin banyak. Atas hal itu, KH Fauzi tergerak untuk merintis lembaga pendidikan Islam bernama Mambaul Ulum Kemuning.

Kali pertama didirikan sekitar 1987. Saat itu KH Muhyiddin Fauzi, putra pertama KH Fauzi, yang mendeklarasikan pendirian MD Mambaul Ulum Kemuning. Itu setelah dia selesai menimba ilmu dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan.

Dari penjelasan KH Muhyiddin Fauzi, nama Mambaul Ulum Kemuning dipilih sebagai wujud tabaruk pada pesantren tempat dirinya nyantri di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata.

Karena itu, tak heran jika lembaga yang berlokasi di Dusun Ja’ah 1, Desa Karang Penang Oloh, Kecamatan Karang Penang, Sampang, itu mengikuti metode pembelajaran dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata. Selain itu, kitab-kitab yang diajarkan menggunakan kitab yang diterbitkan oleh Yayasan Al-Khairat.

- Advertisement -
Baca Juga :  Upaya Tim Satgas Covid-19 Cegah Kerumunan Manusia

”Alhamdulillah, MD ini fokus mempelajari ilmu-ilmu agama. Sampai sekarang tetap bertahan. Semoga terus istikamah dalam mendidik anak-anak bangsa,” kata ustazah Zuyyinah, putri KH Muhyiddin Fauzi itu.

Pengasuh MD Mambaul Ulum itu menyampaikan, murid yang akan masuk MD harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Di antaranya, harus bisa mengaji Al-Qur’an. Selain itu, harus lulus taman kanak-kanak Al-Qur’an terlebih dahulu. Jika belum memenuhi persyaratan tersebut, mereka tidak diperkenankan masuk MD ini.

Dia menyatakan, langkah ini diterapkan agar murid benar-benar belajar bagaimana bisa membaca Al-Qur’an di tingkat TK Al-Qur’an. Selain itu, menjadi tanggung jawab guru supaya maksimal dalam mendidik mereka.

”Saat ini terdapat sekitar 60 murid MD dari total enam kelas yang ada,” sebutnya.

Pengurus PGMNI Jatim menjelaskan, mengenai mata pelajaran, dimulai dari bidang keilmuan yang bersifat fardhu ain. Seperti fikih ibadah, tauhid, dan akhlak. Mereka juga dibekali dengan ilmu-ilmu alat, seperti nahwu dan shorrof.

”Selain itu, ada juga sejarah, faroidh, hadis hingga tafsir secara bertahap sesuai tingkatan kelas,” tuturnya.

Sementara itu, KH Muhyiddin Fauzi menambahkan, metode belajar yang diterapkan adalah menghafal atau muhafadhoh. Bahkan, setiap akhir tahun diadakan acara i’lan untuk murid-murid yang sudah menghafal kitab-kitab tertentu.

Baca Juga :  Suami Istri Kompak Beri Nama Putra dengan Nahdlatul Ulama

”Beberapa kitab yang telah di-i’lankan yaitu, Aqidatul Awwam, Tarbiyatus Shibyan, Nadzmul ‘Imrithi, Nadzmul Maqshud, dan Alfiyah Ibnu Malik,” paparnya.

Dia mengatakan, adapun MD Mambaul Ulum Kemuning tetap bertahan hingga saat ini, tentu itu tidak terlepas dari dedikasi yang tinggi dari tenaga pendidik. Mereka tetap semangat berjuang untuk mengabdi pada agama dengan khidmat terhadap masyaikh. ”Alhamdulillah, guru semangat mengajar meskipun di tengah keterbatasan,” ucapnya.

Dia mengaku bahwa MD ini kurang diminati para orang tua saat ini. Sebab, keberadaan MD dipandang kurang begitu penting dibanding pendidikan formal lainnya. Akibatnya, tidak jarang madrasah diniyah dijadikan pilihan nomor dua.

”Sehingga, terkesan meski belum tuntas MD tidak masalah yang penting sudah selesai yang formal,” ucapnya.

Untuk menjawab tantangan itu, para tenaga pendidik tetap berupaya membuat terobosan-terobosan baru. Tujuannya, meningkatkan minat murid untuk belajar di MD. Misalnya dengan mengadakan event pada hari besar Islam, mengadakan lomba-lomba seputar materi keagamaan, dan lainnya. (*/daf)

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/