Semua orang pasti punya keinginan untuk mengenyam pendidikan. Namun, kondisi kesehatan Alfa Firdausiyah belum memungkinkan untuk ke sekolah. Sang ibulah yang bertindak sebagai guru di rumah.
ANIS BILLAH, Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura
IBU merupakan madrasah pertama bagi anaknya. Ungkapan penyair Mesir Hafez Ibrahim itu seakan menggambarkan kondisi keluarga Siswanto. Surihah, istri Siswanto, menjadi ibu sekaligus guru bagi anak-anaknya. Terutama bagi anak kedua mereka, Alfa Firdausiyah.
Keluarga ini tinggal di Dusun Trasak Dajah, Desa Trasak, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Dilihat dari luar, kondisi rumah mereka hampir sama dengan tetangga sekitar. Pemandangan berbeda akan terlihat saat masuk ke ruang tamu. Seorang anak terbaring di atas kasur berbalut seprai bergambar Doraemon.
Dialah Alfa Firdausiyah. Sejak Jawa Pos Radar Madura (JPRM) tiba hingga beranjak dari rumah Siswanto, posisi anak itu tidak berubah. Dia tetap berbaring ke kiri menghadap ke arah timur. Koran ini memperhatikan, hanya sedikit gerakan tubuh yang bisa dilakukan.
Sebagaimana tradisi orang bertamu, Surihah mengambil air mineral dan snack untuk disuguhkan kepada JPRM sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Saat itu, Alfa Firdausiyah terdengar merengek. Surihah bergegas kembali mendekat ke putrinya.
”Dia tidak bisa ditinggal meski sebentar, harus didampingi terus,” kata Surihah sambil menatap putrinya yang berbaring di hadapannya.
Siswanto menceritakan awal putrinya terserang penyakit. Dia melihat penyakit di tubuh putrinya sejak umur tujuh bulan. Saat itu Alfa Firdausiyah baru bisa duduk. Kondisi tubuhnya masih normal seperti bayi bawah lima tahun (balita) pada umumnya.
Kulit di tangan Alfa Firdausiyah mengeluarkan seperti bercak hitam saat usianya menginjak tujuh bulan. Dia mengira itu hanya penyakit kulit biasa. Karena itu, pengobatan hanya dilakukan di rumah.
Seiring bertambahnya waktu, bercak kehitam-hitaman itu menjalar ke badan dan wajah Alfa. Akhirnya, keluarga memutuskan untuk mengobati Alfa. Pada 3 Agustus 2016, Alfa mendapat perawatan di RSUD dr Soetomo Surabaya. Saat itu usianya masih empat tahun 8 bulan lebih.
Pria 50 tahun itu menuturkan, putrinya mendapat perawatan selama tujuh bulan untuk mengobati bercak hitam di beberapa bagian tubuhnya. Namun, hasilnya belum memuaskan. Bercak hitam belum sembuh total. Tapi, kondisi kesehatan Alfa stabil.
”Waktu masih dirawat, saya sama istri ngontrak di Surabaya. Setiap Sabtu dan Minggu pulang ke Madura,” kenang Siswanto.
Seharusnya, lanjut Siswanto, Alfa sekarang sudah duduk di bangku sekolah. Anak seusia Alfa sudah kelas empat atau lima sekolah dasar (SD). Namun karena penyakit yang diderita, putrinya tidak bisa mengenyam pendidikan seperti anak-anak pada umumnya.
Menurut keluarga, otak Alfa berfungsi normal. Buktinya, Alfa sering belajar bersama ibunya, Surihah. Baik belajar membaca, menulis, menggambar, bahkan mengaji. Surihah dengan telaten mengajarkan putrinya karena Alfa belum pernah mengenal lingkungan sekolah.
”Kalau sedang tidak kerja, saya ajak belajar. Sudah banyak yang dipelajari. Berhitung, mengaji, menggambar juga sudah bisa,” paparnya.
Pasca pengobatan di RSUD dr Soetomo, Alfa sudah bisa bermain di halaman rumah. Meski begitu, situasi tersebut tidak berlangsung seterusnya. Sekitar dua tahun pasca pengobatan di rumah sakit milik Pemprov Jatim itu, kesehatan Alfa kembali terganggu. Di wajahnya tiba-tiba muncul benjolan kecil sebesar biji jagung. Orang tua tidak tahu penyebab munculnya benjolan tersebut. Namun, benjolan itu muncul setelah Alfa mengonsumsi kelengkeng.
”Kalau kata tetangga ada yang bilang efek dari sinar waktu pengobatan di RSUD dr Soetomo. Sebab, waktu itu hampir setiap hari tubuhnya kena sinar itu,” ungkapnya.
Sejak itu, kondisi kesehatan Alfa tidak stabil. Benjolan di wajahnya pecah dan menimbulkan luka. Luka-luka itu memengaruhi kesehatan buah hati kedua pasangan Siswanto dan Surihah itu. Terkadang, luka itu mengeluarkan darah yang tidak sedikit.
”Kalau keluar darah saya bersihkan pakai tisu. Dalam seminggu bisa menghabiskan lima bungkus tisu,” ujarnya.
Luka di tubuhnya membuat Alfa kekurangan darah. Hal itu mengharuskan Alfa menjalani transfusi darah. Juli 2020 anak kelahiran 20 November 2011 itu dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Mohammad Noer. Enam kantong darah dialirkan ke dalam tubuh Alfa.
Tidak cukup di situ. Pada 10 Oktober lalu Alfa Firdausiyah kembali menjalani transfusi darah di RSU Mohammad Noer. Meski begitu, transfusi darah belum bisa membuat Alfa bisa belajar kembali.
Justru setelah melakukan transfusi darat kondisinya semakin tidak baik. ”Beberapa hari terakhir ini dia tidak mau makan. Hanya minuman yang masuk ke tubuhnya,” terangnya.
Meski demikian, Siswanto punya mimpi anak keduanya itu bisa hidup normal. Meski untuk pengobatan sulit dilakukan karena kondisi keuangan keluarga tidak mampu. ”Semoga masih ada petunjuk dari Allah untuk kesembuhan anak saya,” harapnya.