Santri diidentikkan dengan mengaji kitab dan berdakwah. Keterampilan berbicara di depan umum menjadi perhatian alumni. Santri Pondok Pesantren Al Hikam diharapkan dapat tampil di depan publik.
ADAM MUHLIS DINILLAH, Bangkalan
PENAMPILAN Fathur Rozi tak seperti alumni pesantren pada umumnya. Dia mengenakan celana kain hitam, kemeja biru, dan tak berpeci. Namun ketika bertemu Jawa Pos Radar Madura Selasa (21/5) dia segera meminjam peci kepada juniornya di Pondok Pesantren Al Hikam, Burneh, Bangkalan.
Rosi, sapaan akrabnya, merupakan ketua umum Ikatan Alumni Al Hikam (IKMAL). Ia menjabat selama dua periode, 2018-2020. Dia merupakan mahasiswa semester 10 di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
IKMAL merupakan organisasi alumni cukup muda. IKMAL baru terbentuk pada 2007. Dia merupakan generasi alumni pertama Ponpes Al Hikam. Ponpes Al Hikam berdiri pada 2002. ”IKMAL terbentuk atas inisiatif alumni saat itu. Juga atas persetujuan kiai,” ungkap pemuda 23 tahun itu.
Meski terbilang muda, banyak alumni Al Hikam melanjutkan pendidikannya di berberapa perguruan tinggi. Tersebar sampai ke Jogja. Kebanyakan memang di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Ada juga di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Di awal IKMAL terbentuk, seluruh pengurus terdiri atas mahasiswa alumni Al Hikam. Bahkan, mayoritas yang aktif memang dari mahasiswa. ”Sampai muncul istilah jika IKMAL itu organisasi mahasiswa,” ujarnya.
Pada 2017, kepengurusan IKMAL benar-benar ditata dengan baik. Mulai program, visi misi, dan kepengurusan. ”Akhirnya tidak semua pengurus IKMAL dari mahasiswa. Ada beberapa di antaranya yang bukan mahasiswa,” jelasnya.
Salah satu program yang berhasil dilaksanakan dan dinilai berdampak positif adalah pelatihan kepemimpinan dan public speaking (berbicara di depan umum). Hal ini sudah dilakukan dalam 6 bulan terakhir, mulai akhir 2018.
Pelatihan ini dikhususkan untuk santri Ponpes Al Hikam. Namun IKMAL mengkhususkan hanya kepada OSIS SMP dan SMA. Tujuannya, meningkatkan mentalitas santri ketika sudah keluar pondok, terlebih menghadapi masyarakat.
Alasan mengadakan program ini cukup simple. Rosi belajar dari pengalaman sendiri saat baru saja lulus pondok. Ia kesulitan ketika berkomunikasi dengan masyarakat. Terutama orang yang memiliki jabatan lebih tinggi.
”Saya dulu terkadang masih minder ketika berkomunikasi dengan orang,” ungkapnya. Karena itu, pengurus mendatangkan pemateri yang juga merupakan alumni Al Hikam. Mereka merupakan mahasiswa aktif di UINSA Surabaya.
Tak hanya itu, kajian kitab setiap bulan khusus untuk alumni juga rutin dilakukan. Kajian ini inisiatif kiai karena kiai tak ingin alumni cepat lupa dengan identitas kesantriannya. ”Saya rasa ini baik untuk menjaga iman kita,” jelas Rosi.