Indonesia kaya akan ragam seni dan budaya. Salah satunya jemparingan. R. Muhammad bin Rachmad, pencinta dan pegiat budaya jemparingan di Kota Salak mengajak semua elemen untuk ikut melestarikan warisan luhur ini.
ZAINURI, Bangkalan, RadarMadura.id
JARUM jam menunjukkan angka 16.00 saat gong dipukul tiga kali oleh Komandan Kodim 0829/Bangkalan Letkol Kav. Ari Setyawan Wibowo. Bunyi itu sebagai tanda Gladen Ageng Jemparingan Dandim Cup 2019 di Alun-alun Bangkalan resmi dibuka.
Acara itu dihadiri Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron, Ketua KONI Mochammad Fauzan Ja’far, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Moh. Saad Asjari, dan Kapolres AKBP Rama Samtama Putra. Ketua Pengadilan Negeri Maskur Hidayat, Danlanal Batuporon Letkol Laut Teguh Wibowo, sejumlah tokoh masyarakat, dan tamu undangan juga hadir.
Keesokan harinya, kemarin (22/12), kegiatan olahraga sekaligus budaya itu baru dilaksanakan. Sebanyak 305 orang berpakaian adat dari berbagai penjuru nusantara lengkap dengan gandewa dan anak panah berkumpul di tengah hamparan rumput hijau Alun-Alun Bangkalan.
Mereka menjadi peserta Gladen Ageng Jemparingan Dandim Cup 2019. Sebagian datang dari Bali, Jogjakarta, Solo, Kalimantan, Surabaya, bahkan dari Malaysia.
Ketua Persatuan Panahan Tradisional Indonesia Kabupaten Bangkalan R. Muhammad bin Rachmad mengatakan, jemparingan merupakan olahraga panahan tradisional yang kental akan nuansa kebudayaan. ”Jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila saat melepas anak panah, yang melambangkan adab kesopanan. Peserta menggunakan pakaian adat daerah asalnya,” jelasnya.
Menurut Rahmad, kental akan nuansa budaya itu yang membedakan olahraga panahan dengan jemparingan. ”Keunikannya di situ. Makanya ini sangat penting dilestarikan agar generasi selanjutnya tidak melupakan tradisi,” ujarnya.
Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin Imron menambahkan, jemparingan bisa menjadi potensi wisata di Kota Salak sehingga perlu dikembangkan. ”Kami dengan dinas terkait akan upayakan olahraga panahan tradisional ini semakin dikenal masyarakat sehingga dapat menarik wisatawan,” katanya.
Jemparingan juga memiliki hubungan sejarah dengan Keraton Bangkalan pada zaman pemerintahan Sultan Mataram. Salah satu putra terbaik Bangkalan yang bernama Raden Prasena merupakan panglima pasukan pengawal raja yang bersenjatakan gandewa. ”Sudah selayaknya kita mengenalkan sejarah dan melestarikannya,” tegasnya.
Sementara itu, Komandan Kodim 0829/Bangkalan Letkol Kav. Ari Setyawan Wibowo mengatakan, pihaknya memfasilitasi olahraga jemparingan untuk menanamkan jiwa keprajuritan pada masyarakat. Juga, menumbuhkembangkan olahraga tradisional.
”Mudah-mudahan dengan diselenggarakannya jemparingan, semakin menarik minat masyarakat Bangkalan untuk ikut melestarikan budaya warisan nusantara ini,” harapnya.