Kiai jadi tumpuan masyarakat. Kehadirannya selalu dinanti. Kepergiannya ditangisi.
MOH. ALI MUHSIN, Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura
INNA lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Kabar duka itu cepat melesat kemarin (21/8). Secepat itu pula rasa kehilangan masyarakat terhadap sosok panutuan KH M. Lutfi Ishaq. Seakan tidak percaya bahwa sang kiai telah berpulang.
”Sehari sebelumnya masih hadir acara mantenan. Bahkan, kemarin lusa saya masih menelepon beliau dan masih ada di Sumenep,” kenang anggota DPRD Pamekasan Imam Hosairi kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM).
Kiai Lutfi meninggal dunia pada usia 54 tahun. Selain mengelola pesantren, dia juga aktif di Nahdlatul Ulama. Jabatan terakhir sebagai wakil rais syuriah PC NU Pamekasan.
”Almarhum adalah tokoh panutan, kiai, dan pengurus Nahdlatul Ulama,” kata Imam.
Kiai Lutfi senang berbaur dengan masyarakat. Selama hidupnya menghargai siapa pun. Di mata Imam, Kiai Lutfi merupakan tokoh luar biasa, baik dalam bidang ilmu, akhlak, dan pergaulan dengan masyarakat. ”Sehingga saat beliau meninggal, banyak yang menangis,” terangnya.
Imam selalu mendapatkan energi positif melalui perkataan Kiai Lutfi yang menyejukkan. Pengasuh Ponpes Sumber Panjalin, Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, tersebut juga senantiasa menyelesaikan permasalahan mayarakat. ”Ketika ada konflik di masyarakat, biasanya selesai jika Kiai Lutfi yang turun tangan,” tuturnya.
Selama ini Kiai Lutfi aktif dalam gerakan sosial, kemanusiaan, dan pendidikan. Biaya seluruh santri yang mondok di pesantrennya digratiskan. Baik biaya pendidikan maupun hidup mereka. Bagi Imam, itu gerakan sosial dan pendidikan yang luar biasa.
Karena itu, dia bersama keluarga besarnya merasa kehilangan atas meninggalnya kiai panutan yang sederhana tersebut. Dia mendoakan almarhum husnulkhatimah.
Sementara itu, Ketua PC NU Pamekasan KH Taufiqurrahman menjelaskan, Kiai Lutfi memiliki militansi ke-NU-an yang sangat kuat. Meski sakit, beliau tetap hadir jika ada acara ke-NU-an.
”Aktif dan sering mewakili rais ketika raisnya masih dipimpin KH Mawardi. Sampai sekarang ketika rais syuriah berhalangan, maka yang sering mewakili adalah KH Luthfi,” terangnya.
Di mata Kiai Taufik, almarhum merupakan sosok penyabar dan istiqamah. Keluarga NU Pamekasan merasakan kehilangan. Apalagi, istrinya juga aktivis muslimat NU. ”Beliau sering memberikan masukan dalam hal-hal tertentu bagaimana saya harus bersikap dan menentukan langkah. Beliau hadir ketika saya butuh saran,” ungkapnya.
Jenazah almarhum dimakamkan di Congkop Sumber Panjalin pukul 09.00 kemarin. Kiai Lutfi meninggalkan seorang istri Ny Hj Nur Faizah Hisyam, sandara kandung KH Muh. Unais Ali Hisyam. Dari pernikahan mereka dikaruniai empat buah hati. Masing-masing bernama R Ali Zaki, Ny Afifah, R Muharror, dan Ny Anis Danatil Khotijah.