20.4 C
Madura
Saturday, June 10, 2023

Dua Tahun Tidak Mudik, Puasa Pertama tanpa Suami

Mudik saat momen Lebaran menjadi impian semua tenaga medis yang bertugas di luar daerah asal. Keinginan tersebut pupus saat pemerintah menetapkan larangan mudik. Momen berkumpul bersama keluarga terlewatkan karena tugas.

AMINATUS SUHRA, Jawa Pos Radar Madura, Sumenep

CUCURAN keringat membasahi kening dan jilbab Suci Atni Galuh Ambarwati saat menuju lantai dua. Napasnya terengah-engah usai menapaki sederet anak tangga menuju ruang kerjanya di RSUD dr H Moh. Anwar (RSUD MA).

Perempuan kelahiran 9 September 1981 itu merupakan perawat yang ditugaskan untuk mengurus pasien terpapar coronavirus disease 2019 (Covid-19). Tahun ini merupakan tahun pertama baginya menjalani bulan puasa tanpa sang suami.

Suami Suci, Abdul Hamid (alm), merupakan salah satu perawat di RSUD MA yang meninggal usai terpapar virus korona pada 28 Agustus 2020 lalu. Dia meninggal setelah menjalani perawatan intensif di RS Primasatya Husada Citra (PHC) Surabaya.

Baca Juga :  Merlin Syafira, Mahasiswi Universitas Trunojoyo Madura Jago Orasi

Karena pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan dilakukan secara terus-menerus, tentu membuat Suci jenuh. Agar lebih fokus dan tidak menjadi beban, perempuan yang dikarunai dua anak itu tidak pernah membawa urusan pekerjaan ke rumah.

Prinsipnya, saat bekerja, semua pikiran dan raganya dikonsentrasikan pada pekerjaan. Begitu juga saat bersama keluarga, tidak tebersit sedikit pun memikirkan pekerjaannya. Ada waktu khusus untuk family time.

”Pekerjaan itu tidak usah dipikirin, kerjakan saja. Kadang memang ada rasa jenuh. Tapi, saya menganggap kerja di sini sebagai hiburan. Ketemu dengan teman-teman, guyon. Jadi tidak perlu dibawa stres,” paparnya.

Kesedihannya semakin bertambah saat pemerintah tidak memperbolehkan masyarakat mudik ke kampung halaman. Mudik terakhir, yakni November 2019. Tahun lalu juga tidak bisa mudik karena bersamaan dengan pandemi Covid-19.

Baca Juga :  ACT dan 5 Organisasi Internasional Raih Penghargaan dari Pemkab Sigi

Suci mengatakan, jika tahun ini tetap ada larangan mudik, dia bersedia menggantikan posisi rekannya. ”Kalau ada larangan mudik, perawat yang asli Sumenep tidak usah masuk. Saya yang menggantikan mulai dari pagi–siang–malam,” ungkapnya.

Rencananya, Lebaran tahun ini dua buah hatinya akan dibawa ke Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. ”Kan orang tuanya tinggal saya, ayahnya kan meninggal akibat covid. Nanti akan dijemput adik saya dari Tuban. Di sini kan tidak bisa ke mana-mana,” ucapnya lirih.

Untuk menghilangkan rasa rindu bersama keluarga, Suci memanfaatkan layanan media sosial dan menelepon kerabat menggunakan telepon seluler (ponsel). ”Kalau tidak ada pandemi, saya biasanya setiap tahun pulang kampung. Karena kalau bukan hari raya, tidak akan bertemu keluarga dengan formasi lengkap,” pungkasnya.

Mudik saat momen Lebaran menjadi impian semua tenaga medis yang bertugas di luar daerah asal. Keinginan tersebut pupus saat pemerintah menetapkan larangan mudik. Momen berkumpul bersama keluarga terlewatkan karena tugas.

AMINATUS SUHRA, Jawa Pos Radar Madura, Sumenep

CUCURAN keringat membasahi kening dan jilbab Suci Atni Galuh Ambarwati saat menuju lantai dua. Napasnya terengah-engah usai menapaki sederet anak tangga menuju ruang kerjanya di RSUD dr H Moh. Anwar (RSUD MA).


Perempuan kelahiran 9 September 1981 itu merupakan perawat yang ditugaskan untuk mengurus pasien terpapar coronavirus disease 2019 (Covid-19). Tahun ini merupakan tahun pertama baginya menjalani bulan puasa tanpa sang suami.

Suami Suci, Abdul Hamid (alm), merupakan salah satu perawat di RSUD MA yang meninggal usai terpapar virus korona pada 28 Agustus 2020 lalu. Dia meninggal setelah menjalani perawatan intensif di RS Primasatya Husada Citra (PHC) Surabaya.

Baca Juga :  Di Ponpes Annuqayah, KH Ma’ruf Amin Beri Ijazah Sahih Bukhari

Karena pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan dilakukan secara terus-menerus, tentu membuat Suci jenuh. Agar lebih fokus dan tidak menjadi beban, perempuan yang dikarunai dua anak itu tidak pernah membawa urusan pekerjaan ke rumah.

Prinsipnya, saat bekerja, semua pikiran dan raganya dikonsentrasikan pada pekerjaan. Begitu juga saat bersama keluarga, tidak tebersit sedikit pun memikirkan pekerjaannya. Ada waktu khusus untuk family time.

- Advertisement -

”Pekerjaan itu tidak usah dipikirin, kerjakan saja. Kadang memang ada rasa jenuh. Tapi, saya menganggap kerja di sini sebagai hiburan. Ketemu dengan teman-teman, guyon. Jadi tidak perlu dibawa stres,” paparnya.

Kesedihannya semakin bertambah saat pemerintah tidak memperbolehkan masyarakat mudik ke kampung halaman. Mudik terakhir, yakni November 2019. Tahun lalu juga tidak bisa mudik karena bersamaan dengan pandemi Covid-19.

Baca Juga :  Rumah sekaligus Dapur dan Kandang Ayam

Suci mengatakan, jika tahun ini tetap ada larangan mudik, dia bersedia menggantikan posisi rekannya. ”Kalau ada larangan mudik, perawat yang asli Sumenep tidak usah masuk. Saya yang menggantikan mulai dari pagi–siang–malam,” ungkapnya.

Rencananya, Lebaran tahun ini dua buah hatinya akan dibawa ke Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. ”Kan orang tuanya tinggal saya, ayahnya kan meninggal akibat covid. Nanti akan dijemput adik saya dari Tuban. Di sini kan tidak bisa ke mana-mana,” ucapnya lirih.

Untuk menghilangkan rasa rindu bersama keluarga, Suci memanfaatkan layanan media sosial dan menelepon kerabat menggunakan telepon seluler (ponsel). ”Kalau tidak ada pandemi, saya biasanya setiap tahun pulang kampung. Karena kalau bukan hari raya, tidak akan bertemu keluarga dengan formasi lengkap,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/