19.8 C
Madura
Saturday, June 10, 2023

Memasuki Musim Dingin, Rakyat Gaza dan Suriah Butuh Bantuan

JAKARTA – Meski sebentar lagi musim dingin, anak-anak di Gaza belum tentu memiliki jaket, selimut, dan baju hangat. Begitu pula musim dingin yang biasanya dihadapi saudara-saudara di Suriah.

Abu Ali, salah satu warga Gaza mengaku cemas. Ia bersama 12 anggota keluarga lainnya tinggal seatap. Dinding rumahnya pun retak, jendelanya rusak dan atapnya terbuat dari asbes.

“Kami tidak memiliki pemanas dan bertahan dengan kayu bakar agar tetap hangat. Ini tidak terlalu aman karena kami memiliki anak kecil dan orang tua yang dapat mengalami sesak napas,” ujarnya.

Musim dingin  juga berdampak bagi dunia pendidikan. “Pemerintah berharap bantuan perbaikan fasilitas sekolah seperti jendela tanpa kaca,” kata Direktur Tanggap Darurat Kementerian Pendidikan Palestina, Hatem Gaith. 

Baca Juga :  Sjaifudin Ingin Maksimal Bantu Bupati Kelola Pemerintahan

Menurut Hatem, paling tidak ada 113 sekolah di Gaza membutuhkan perbaikan jendela. Pelajar di Gaza juga memerlukan jaket, sepatu dan payung. “Ada 90 ribu pelajar prasejahtera di Gaza,” kata Hatem.

Hatem berharap, lapangan dan jalan yang biasanya tergenang banjir di sekolah pada musim dingin bisa dipaving. “Kami juga membutuhkan energi solar untuk menerangi ruang kelas,” terangnya.

Tidak hanya Gaza, warga Suriah juga harus menghadapi musim dingin tanpa tempat tinggal yang layak, tanpa pemanas ruangan, dan bahkan tanpa stok bahan makanan memadai.

Iman, seorang ibu dari Aleppo mengaku kehilangan dua buah hatinya saat musim dingin. Pertama, bayinya meninggal karena kedinginan. Beberapa minggu berikutnya, anak perempuannya meninggal karena kelaparan.

Baca Juga :  Sisi Lain Pandemi Covid-19 di Kalangan Wakil Rakyat

Sementara itu di Idlib, Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengatakan, musim dingin juga mengancam para pengungsi yang menghuni tenda di wilayah Idlib.

Dari jutaan pengungsi, kata Firdaus, tidak semuanya memiliki stok pangan dan sandang pada musim dingin. “Jumlah pengungsi di Idlib jutaan dan masih sangat banyak yang tinggal di tenda-tenda,” pungkasnya.

JAKARTA – Meski sebentar lagi musim dingin, anak-anak di Gaza belum tentu memiliki jaket, selimut, dan baju hangat. Begitu pula musim dingin yang biasanya dihadapi saudara-saudara di Suriah.

Abu Ali, salah satu warga Gaza mengaku cemas. Ia bersama 12 anggota keluarga lainnya tinggal seatap. Dinding rumahnya pun retak, jendelanya rusak dan atapnya terbuat dari asbes.

“Kami tidak memiliki pemanas dan bertahan dengan kayu bakar agar tetap hangat. Ini tidak terlalu aman karena kami memiliki anak kecil dan orang tua yang dapat mengalami sesak napas,” ujarnya.


Musim dingin  juga berdampak bagi dunia pendidikan. “Pemerintah berharap bantuan perbaikan fasilitas sekolah seperti jendela tanpa kaca,” kata Direktur Tanggap Darurat Kementerian Pendidikan Palestina, Hatem Gaith. 

Baca Juga :  Sisi Lain Pandemi Covid-19 di Kalangan Wakil Rakyat

Menurut Hatem, paling tidak ada 113 sekolah di Gaza membutuhkan perbaikan jendela. Pelajar di Gaza juga memerlukan jaket, sepatu dan payung. “Ada 90 ribu pelajar prasejahtera di Gaza,” kata Hatem.

Hatem berharap, lapangan dan jalan yang biasanya tergenang banjir di sekolah pada musim dingin bisa dipaving. “Kami juga membutuhkan energi solar untuk menerangi ruang kelas,” terangnya.

Tidak hanya Gaza, warga Suriah juga harus menghadapi musim dingin tanpa tempat tinggal yang layak, tanpa pemanas ruangan, dan bahkan tanpa stok bahan makanan memadai.

- Advertisement -

Iman, seorang ibu dari Aleppo mengaku kehilangan dua buah hatinya saat musim dingin. Pertama, bayinya meninggal karena kedinginan. Beberapa minggu berikutnya, anak perempuannya meninggal karena kelaparan.

Baca Juga :  Bamsoet Ingatkan Bahaya Informasi Hoaks Pandemi Covid-19

Sementara itu di Idlib, Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengatakan, musim dingin juga mengancam para pengungsi yang menghuni tenda di wilayah Idlib.

Dari jutaan pengungsi, kata Firdaus, tidak semuanya memiliki stok pangan dan sandang pada musim dingin. “Jumlah pengungsi di Idlib jutaan dan masih sangat banyak yang tinggal di tenda-tenda,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/