Dunia public speaking yang paling mungkin dimasuki orang cadel adalah Stand Up Comedy. Bidang tersebut dirasa paling moderat. Sebab, orang difabel pun bisa tampil maksimal, bahkan menghibur banyak orang.
FADIL, Sampang, Jawa Pos Radar Madura
TERJUN ke dunia public speaking itu tidak mudah. Perlu kesiapan mental baja. Apalagi, memiliki kekurangan dalam pengucapan huruf tertentu. Sebab, berbicara di depan publik dituntut
tampil dengan performa terbaik.
Seperti yang dirasakan oleh Habibur Rohman. Pria asal Dusun Ombul, Desa Apaan, Kecamatan Pangarengan, itu memilih bergabung dalam dunia komedi. Sebab, bidang itu paling memungkinkan bagi orang yang memiliki kekurangan dalam pengucapan atau cadel.
Habibur Rohman pertama terjun ke ajang Stand Up Comedy sejak 2019. Yaitu, dengan memulai di tempat kelahiran sendiri. Misalnya, melakukan adegan lucu bersama teman-temannya di tempat tongkrongan. Sebab, dia belum punya keberanian mengikuti ajang adu bakat yang diselenggarakan televisi (TV) nasional tersebut.
Menurut pria kelahiran Sampang, 22 Juli 1996 itu, di dunia public speaking, yang paling mungkin dimasuki orang cadel hanya Stand Up Comedy. Selain itu, dunia tersebut dirasa paling moderat. Sebab, orang lo’la’ bisa tampil maksimal tanpa harus memikirkan kekuragannya. ”Memiliki kekurangan apa pun, itu masuk di sana,” ungkapnya.
Habibur Rohman mulai konsisten di bidang hibur-menghibur itu sejak 2020. Motivasi pertama, yaitu dari Aditya Muslim atau yang memiliki sebutan Tretan Muslim. Muslim merupakan kontestan ajang stand up comedy 2013 kelahiran Bangkalan yang terbilang sukses di ibu kota.
”Selain itu, tujuan saya ingin mendirikan komunitas Stand Up Comedy di Madura. Sebab, selama masih belum ada komunitasnya. Jadi, Jangankan mau pentas, cari tempat open mic (nyoba materi) aja harus keliling kota se-Madura,” kenangnya.
Menurut Habibur Rohman, Stand Up Comedy bidang baru dalam dunia hiburan. Jadi, bukan hanya orang cadel yang bisa masuk. Orang yang punya gangguan berbicara lain juga bisa. Misalnya, bibir sumbing, latah, ataupun dari beberapa difabel. ”Mereka juga sangat mungkin untuk masuk di dunia Stand Up Comedy,” ucap alumnus Universitas Islam Malang (Unisma), jurusan agroteknologi, fakultas pertanian, itu.
Habibur Rohman sudah beberapa kali mengikuti audisi secara online. Pencapaian yang paling tinggi, dia masuk sebagai tiga puluh besar. Seperti pada kompetisi Ijen Tatag yang diselenggarakan oleh Comedy Sunday Powered by Majelis Lucu Indonesia pada 2021. ”Saya sempat beberapa kali diundang mengisi acara di Sampang dan Pamekasan,” tambahnya.
Habibur Rohman punya harapan besar dalam bidang yang degelutinya saat ini. Dia berkeinginan bahwa Stand Up Comedy di Madura bisa berkembang. Ada wadah serta pencarian bakat seperti layaknya bidang lain seperti olahraga.
Sebab, kata dia, jika sudah ada wadahnya, orang yang punya hobi sama akan mudah bertemu. Dengan demikian, otomatis akan banyak diskusi untuk memajukan. Sebab, Madura perlu berkembang dalam hal apa pun. ”Kalau saya ingin membangun di Madura saja. Soalnya kal mau nyusul Tretan Muslim, itu harus ke Jakarta, ongkosnya mahal. Semoga Stand Up Comedy di Madura bisa berkembang,” harapnya.
Ketua Komunitas Stingghil Sampang Umar Fauzi Ballah menyatakan, Stand Up Comedy itu bukan sekadar humor biasa. Sebab, dalam setiap ajang yang dilakukan, peserta dibebani materi. Juga tidak serta-merta bicara di atas panggung. Bahkan, banyak penampil yang justru sangat kritis.
”Dan Habibur Rohman, satu-satunya orang yang bergelut di bidang itu di Sampang. Itu perlu diapresiasi. Saya sangat kagum ketika dia tampil. Tapi, mungkin perlu jam terbang, tapi sudah baguslah,” ulasnya. (*/han)