arir seseorang tidak selalu berjalan mulus. Pasti ada jalan berliku. Seperti yang dialami Hilmi Rosyida. Perjuangannya akhirnya membuahkan hasil sempurna.
DARUL HAKIM, Bangkalan, Jawa Pos Radar Madura
SAAT menyandang gelar sarjana, bukan berarti mudah mencari kerja. Seperti mindset yang tertanam dalam benak orang-orang desa pada umumnya. Apalagi, pada saat kuliah sudah berkeluarga dan memiliki anak. Seperti yang dialami alumnus IAIN Sunan Ampel, jurusan bahasa Inggris, Hilmi Rosyida.
Namun, semua yang dilakukan selama kuliah pasti bermanfaat setelah lulus dan terjun langsung ke lapangan. Selama kuliah, owner Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Bina Ilmu yang satu ini memang sudah aktif di LBB.
Saat itu, dirinya mengaku sering meng-handle les privat bahasa Inggris sesuai jurusannya. Berkat pengalaman tersebut, setelah lulus kuliah dan kembali ke Bangkalan, Hilmi Rosyida mencoba mencari siswa yang ingin belajar privat.
Cara yang dilakukan yakni menyebarkan brosur ke perumahan-perumahan, sekolah, menempel brosur di tiang listrik, dan lainnya. Akan tetapi, hasilnya jauh dari yang diharapkan. Misalnya, menyebarkan brosur 50 biji, ternyata yang menghubungi hanya dua orang. Kondisi tersebut dinilai zonk.
Lalu, Ida –sapaan akrab Hilmi Rosyida– menghubungi teman-teman dekatnya yang bekerja di lembaga pendidikan untuk membantu menyebarkan brosur kepada siswa.
Pola itu dinilai ampuh karena berjalan lebih kurang setahun ada tambahan. Ditambah lagi, promosi melalui media sosial (medsos). Akhirnya, mulai ramai.
Tepatnya pada Juni 2014, awalnya memang mencari buat dirinya sendiri. Setelah permintaan banyak, mulai merekrut tutor. Akhirnya, siap memberikan pembelajaran secara privat dengan beberapa tutor. ”Waktu itu sudah berkeluarga dan punya anak,” ujarnya.
Berjalan setahun hingga dua tahun, tutor yang dimilikinya berjumlah 40–50 orang. Siswanya juga sudah lumayan banyak. Sebelum pandemi, tutor yang dimiliki 100 orang dan siswanya 130 orang.
Saat pandemi melanda, dirinya berpikir sekolah akan libur. Dengan demikian, siswa yang akan meminta bimbingan pasti berkurang. Namun, itu tak sesuai dengan prediksi. Buktinya, saat pandemi, siswa yang bertambah menjadi 180 orang dan tutornya juga bertambah menjadi 120 orang.
Ida menjelaskan, pada awal rekrutmen, tutor lebih kurang tujuh orang. Waktu itu, dirinya sempat mengalami kegagalan karena tutor mulai banyak dan jadwalnya kurang.
”Saya harus kerja dengan mencari siswa, keluar masuk perumahan menyebarkan brosur itu. Terus kami lakukan saat itu,” tuturnya.
Meski pandemi, sistem pembelajaran yang diterapkan tutor tetap secara offline. Namun, pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes). Pihaknya mengaku, selama ini ada beberapa tutor yang dikomplain wali siswa.
”Komplain ada. Misalnya, sering main HP, telat, dan lain-lain. Hanya sebatas itu,” bebernya.
Namanya masalah harus segera diatasi dan dicarikan solusi. Saat ini LBB Bina Ilmu sudah masuk tahun ke-8. ”Saya bersyukur, saat ini jasanya dicari orang. Tidak mencari orang dan kadang saya kewalahan karena jadwal tutor sudah penuh,” ucapnya.
Dalam sehari, ada 70–80 jadwal. Dengan demikian, satu tutor setiap hari ada tiga jadwal. Tutor yang menjadi tanggung jawabnya bervariasi. Ada mahasiswa yang sudah semester akhir jurusan pendidikan. Ada juga yang sudah lulus dan mengajar. Sedangkan tutor tingkat SMA murni dari teknik. Ada juga yang murni dari kimia dan fisika. ”Meskipun bukan pengajar, mereka sudah paham dan menguasai materi,” ucap perempuan berhijab itu.
Perempuan yang dikaruniai dua buah hati itu berpesan kepada tenaga pendidik di luar, bekerja butuh duit. Itu manusiawi. Terlepas dari itu, ketika sudah berbagi ilmu, sudah jelas bermanfaat. Insyaallah menjadi jariah. ”Saya memang sampaikan kepada teman-teman tutor agar diniatkan ilmu yang didapat saat kuliah bermanfaat bagi generasi selanjutnya,” ingatnya.