20.8 C
Madura
Friday, June 2, 2023

Kamariyah, Janda Dua Anak Tak Pernah Mencicipi Bantuan Pemerintah

Kamariyah penuh kesabaran dalam menjalani kehidupan. Setelah berpisah dengan suami, ibu dua anak itu harus menjadi tulang punggung keluarga.

ANIS BILLAH, Pamekasan

BATU kerikil mulai mengelupas di jalan menuju Desa Larangan Dalam, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Jalan tersebut hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. Jika terdapat kendaraan roda empat dari arah berlawanan, salah satunya harus mengalah.

Tumbuhan liar tumbuh menghijau di pinggir jalan. Sepanjang perjalanan, Jawa Pos Radar Madura (JPRM) menikmati suasana alam pedesaan. Tepat di selatan jalan, terlihat rumah yang terbuat dari anyaman bambu (tabing). Di situlah Kamariyah dan anaknya bernaung dari terik matahari dan guyuran hujan.

JPRM mendekati rumah yang mulai keropos itu. Dinding yang terbuat dari anyaman bambu mulai berlubang. Hanya terdapat dua kamar di bangunan yang menghadap ke arah timur itu. Satu kamar berisi dua tempat tidur tanpa kasur. Sementara di kamar sebelah hanya ada satu kamar tidur.

Meski sudah tak layak huni, perempuan yang sudah menjanda lima tahun itu tetap menempatinya. Sebab, dia tidak punya tempat tinggal lain. Meski dinding banyak yang berlubang, dia tetap bertahan bersama putranya.

Baca Juga :  Menteri Sosial Tri Rismaharini Fasilitasi Pengobatan Dua Penderita Hidrosefalus

”Saya bercerai dengan suami sekitar lima tahun yang lalu. Di sini cuma tinggal berdua sama anak yang paling kecil. Kalau anak pertama, Agus Haryanto, sudah berkeluarga dan tinggal di rumah istrinya di daerah Surabaya,” kata mantan istri Mat Amin itu kemarin (15/3).

Sejak berpisah dengan suaminya, ibu Alfian Ferdiansyah itu menjadi tulang punggung keluarga. Meski usianya sudah menua, Kamariyah tetap berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi, putranya masih duduk di kelas 6 pendidikan dasar di desanya.

Meski tidak mempunyai pekerjaan tetap, Kamariyah tetap optimistis bisa membiayai pendidikan Alfian Ferdiansyah. Sebab, dia berkeyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Selama ini selalu ada jalan untuk mengais rezeki.

”Kalau pekerjaan tidak tentu. Kadang diajak tetangga nanam jagung, kadang juga kerja kuli bangunan. Selain itu, kadang menjajakan ikan ke tetangga-tetangga, yang penting ada penghasilan,” ujar perempuan 61 tahun itu.

Hingga saat ini, Kamariyah belum bisa memperbaiki rumahnya yang sudah ditempati sejak kecil. Penghasilan yang dia dapatkan hanya cukup untuk biaya makan seadanya. Apalagi, Alfian Ferdiansyah masih dalam dunia pendidikan.

Baca Juga :  Satu Tahun setelah Jembatan Penghubung Desa Ambruk

Kendati demikian, dia mengaku tidak pernah merasakan bantuan pemerintah. Namanya tidak pernah terdaftar sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial apa pun. Baik beras sejahtera (rastra), program keluarga harapan (PKH), atau yang lainnya.

Yang mengkhawatirkan saat hujan deras dan angin kencang. Kamariyah selalu waswas dengan kondisi rumahnya. Dia khawatir tempat tinggal satu-satunya itu tidak kuat menahan terjangan angin dan hujan.

”Kalau hujan deras, airnya masuk ke kamar. Anak saya dititipkan ke rumah tetangga. Apalagi disertai angin kencang. Saya keluar rumah, khawatir tiba-tiba roboh,” ungkapnya.

Kamariyah bermimpi untuk memiliki rumah yang layak untuk ditempati bersama putranya. Apalagi, sekarang musim hujan. Selalu khawatir kalau hujan deras, tiba-tiba tempat tinggalnya roboh.

Sementara Halili, salah satu perangkat Desa Larangan Dalam mengaku sudah berkali-kali mengajukan nama Kamariyah untuk mendapatkan bansos. Namun, nama Kamariyah tidak pernah lolos. Data yang keluar tetap penerima bansos yang lama.

”Katanya data yang digunakan menggunakan data statistik. Namun, banyak yang salah sasaran. Warga yang semestinya layak malah tidak menerima bansos. Begitu sebaliknya. Kami sudah berusaha untuk mengusulkan,” tandasnya.

Kamariyah penuh kesabaran dalam menjalani kehidupan. Setelah berpisah dengan suami, ibu dua anak itu harus menjadi tulang punggung keluarga.

ANIS BILLAH, Pamekasan

BATU kerikil mulai mengelupas di jalan menuju Desa Larangan Dalam, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Jalan tersebut hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. Jika terdapat kendaraan roda empat dari arah berlawanan, salah satunya harus mengalah.


Tumbuhan liar tumbuh menghijau di pinggir jalan. Sepanjang perjalanan, Jawa Pos Radar Madura (JPRM) menikmati suasana alam pedesaan. Tepat di selatan jalan, terlihat rumah yang terbuat dari anyaman bambu (tabing). Di situlah Kamariyah dan anaknya bernaung dari terik matahari dan guyuran hujan.

JPRM mendekati rumah yang mulai keropos itu. Dinding yang terbuat dari anyaman bambu mulai berlubang. Hanya terdapat dua kamar di bangunan yang menghadap ke arah timur itu. Satu kamar berisi dua tempat tidur tanpa kasur. Sementara di kamar sebelah hanya ada satu kamar tidur.

Meski sudah tak layak huni, perempuan yang sudah menjanda lima tahun itu tetap menempatinya. Sebab, dia tidak punya tempat tinggal lain. Meski dinding banyak yang berlubang, dia tetap bertahan bersama putranya.

Baca Juga :  Masjid dan Musala yang Ingin Dapat Bansos Hibah, Wajib Punya Izin Operasional

”Saya bercerai dengan suami sekitar lima tahun yang lalu. Di sini cuma tinggal berdua sama anak yang paling kecil. Kalau anak pertama, Agus Haryanto, sudah berkeluarga dan tinggal di rumah istrinya di daerah Surabaya,” kata mantan istri Mat Amin itu kemarin (15/3).

- Advertisement -

Sejak berpisah dengan suaminya, ibu Alfian Ferdiansyah itu menjadi tulang punggung keluarga. Meski usianya sudah menua, Kamariyah tetap berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi, putranya masih duduk di kelas 6 pendidikan dasar di desanya.

Meski tidak mempunyai pekerjaan tetap, Kamariyah tetap optimistis bisa membiayai pendidikan Alfian Ferdiansyah. Sebab, dia berkeyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Selama ini selalu ada jalan untuk mengais rezeki.

”Kalau pekerjaan tidak tentu. Kadang diajak tetangga nanam jagung, kadang juga kerja kuli bangunan. Selain itu, kadang menjajakan ikan ke tetangga-tetangga, yang penting ada penghasilan,” ujar perempuan 61 tahun itu.

Hingga saat ini, Kamariyah belum bisa memperbaiki rumahnya yang sudah ditempati sejak kecil. Penghasilan yang dia dapatkan hanya cukup untuk biaya makan seadanya. Apalagi, Alfian Ferdiansyah masih dalam dunia pendidikan.

Baca Juga :  Desain Posko seperti Tenda Pengantin agar Warga Tak Panik

Kendati demikian, dia mengaku tidak pernah merasakan bantuan pemerintah. Namanya tidak pernah terdaftar sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial apa pun. Baik beras sejahtera (rastra), program keluarga harapan (PKH), atau yang lainnya.

Yang mengkhawatirkan saat hujan deras dan angin kencang. Kamariyah selalu waswas dengan kondisi rumahnya. Dia khawatir tempat tinggal satu-satunya itu tidak kuat menahan terjangan angin dan hujan.

”Kalau hujan deras, airnya masuk ke kamar. Anak saya dititipkan ke rumah tetangga. Apalagi disertai angin kencang. Saya keluar rumah, khawatir tiba-tiba roboh,” ungkapnya.

Kamariyah bermimpi untuk memiliki rumah yang layak untuk ditempati bersama putranya. Apalagi, sekarang musim hujan. Selalu khawatir kalau hujan deras, tiba-tiba tempat tinggalnya roboh.

Sementara Halili, salah satu perangkat Desa Larangan Dalam mengaku sudah berkali-kali mengajukan nama Kamariyah untuk mendapatkan bansos. Namun, nama Kamariyah tidak pernah lolos. Data yang keluar tetap penerima bansos yang lama.

”Katanya data yang digunakan menggunakan data statistik. Namun, banyak yang salah sasaran. Warga yang semestinya layak malah tidak menerima bansos. Begitu sebaliknya. Kami sudah berusaha untuk mengusulkan,” tandasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/