22.1 C
Madura
Thursday, March 23, 2023

Zef Risal, Dosen Muda Sukses Pembudi Daya Kepiting di Tengah Kota

Dosen tidak harus melulu mengajar. Tapi, juga bisa memanfatkan waktu luangnya untuk berwirausaha. Seperti yang dijalani Zef Risal. Saat ini dia mengembangkan usaha budi daya kepiting bakau.

SENJA hampir tenggelam saat RadarMadura.id bertemu Zef Risal di rumah konfeksi di Kelurahan Patemon, Selasa (10/9). Dosen Ekonomi di Universitas Madura ini memberi sambutan hangat.

Semangat wirausaha Zef Risal tinggi. Banyak usaha yang ditekuni. Rumah konfeksi itu ternyata miliknya. Dia juga mengembangkan usaha budi daya kepiting bakau.

Zef Risal bercerita tentang budi daya kepitingnya. Mulai dari riset, membaca peluang bisnis, meminjam modal ke bank, hingga memantapkan niat budi daya kepiting bakau.

Menurut dia, potensi kepiting melimpah. Terutama di perairan selatan Pamekasan. Banyak orang yang menangkap kepiting karena harganya mahal.

Zef Risal melihat potensi usaha budi daya itu. Dia pun membeli kepiting-kepiting yang berukuran kecil. ”Kalau membeli kepiting yang sudah besar, itu mengganggu komoditas kepiting layak ekspor,” terang pria yang lahir di Desa Branta Pesisir itu.

Kemudian, dia membudidayakan kepiting tersebut dengan sistem sirkulasi air. Sirkulasi air ini hasil Zef Risal belajar cara budi daya kepiting melalui YouTube. Sementara untuk bahan makan kepiting, dia tinggal membeli ikan-ikan murah di Branta Pesisir. ”Budi daya kepiting bakau dengan sistem sirkulasi air belum ada di Indonesia,” kata Zef Risal.

Sirkulasi air yang dimaksud adalah air laut mengalir dalam boks kontainer yang berisi kepiting. Air laut tersebut berputar dari bawah ke atas dengan tenaga pompa air. Sebelumnya ada 500 boks kontainer kepiting yang dia budi dayakan. Namun, saat ini tersisa 300 boks kontainer. ”Karena kan, kalau sudah gemuk dijual,” terang pria kelahiran 1976 itu.

Baca Juga :  Keluh Kesah Penjual Buku di Era Digital

Hasil dari usaha budi daya kepiting bakau ini bisa membayar karyawan dan biaya listrik. Dijelaskan, untuk mendapat penghasilan Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan, minimal harus ada 1.700 kotak atau boks kepiting. ”Tetapi saya masih punya 500 kotak saja,” lanjutnya.

Sementara harga kepiting tersebut bervariasi. Per 1 kilogram harganya mulai Rp 100 ribu hingga Rp 180 ribu. ”Tergantung bobot dan isi per kilonya,” jelas Dosen Ekonomi di Universitas Madura itu.

Setelah sukses budi daya kepiting bakau, Zef Risal akan budi daya udang dan ikan kerapu. ”Orang berpikir kalau udang harus tambak, ini gak, cukup keranjang, dibuat vertikal semuanya. Sehingga 100 meter persegi sama dengan punya tambak satu hektare,” katanya. ”Yang penting listrik nyala, karena itu mendorong sirkulasi air,” terangnya.

Keberanian Zef Risal mulai membudidayakan kepiting didorong oleh hasil berlajarnya di YouTube. ”Yang punya alat budi daya kepiting seperti itu di Tiongkok. Sementara saya harus bayar Rp 200 juta untuk dapat 1.000 kotak budi daya,” katanya.

Baca Juga :  Berharap Santri Tidak Lupa Sejarah Bangsa

Dia mengaku tidak mungkin untuk membeli kotak seharga Rp 200 juta. ”Akhirnya, YouTube itu dilihat, diputar. Pokoknya videonya diputar terus, diputar ulang terus. Saluran airnya juga dilihat. Akhirnya sistem budi dayanya ketahuan,” akunya.

Akhirnya dia pergi ke Surabaya untuk membeli keranjang atau kotak budi daya kepiting yang cocok dan mirip dengan yang ada di YouTube.

Setelah membeli kotak tersebut, mulailah dia melakukan riset kecil-kecilan di Desa Padelegan Kecamatan Pademawu, tempat dia tinggal bersama istri dan kedua anaknya. ”Awalnya saluran air terlalu kecil, dirombak lagi. Tidak cocok, rombak, pasang lagi, dan akhirnya ketemu caranya,” ceritanya hingga budi daya kepiting tersebut berjalan.

”Proses sirkulasi air dan perancangan kotak hasil modifikasi sendiri, dengan perhitungan seperti yang ada di Tiongkok. Kalau modif sendiri hanya habis Rp 100 juta untuk 1.000 kotak. Jadi separo harga,” terangnya.

Zef Risal mengatakan, semua modal yang dikeluarkan berasal dari pinjaman ke bank. Dia menghabiskan Rp 100 juta untuk riset dan hingga memastikan budi daya kepiting bakau miliknya berjalan.

”Saya berpindah dari bank satu ke bank yang lainnya,” ungkap dia. Semua usaha yang digelutinya adalah hasil pinjaman ke bank. Mulai dari rumah konfeksi, budi daya kepiting, budi daya teri, jalankan kapal porsen. ”Yang penting perhitungannya harus tepat,” tutupnya. 

Dosen tidak harus melulu mengajar. Tapi, juga bisa memanfatkan waktu luangnya untuk berwirausaha. Seperti yang dijalani Zef Risal. Saat ini dia mengembangkan usaha budi daya kepiting bakau.

SENJA hampir tenggelam saat RadarMadura.id bertemu Zef Risal di rumah konfeksi di Kelurahan Patemon, Selasa (10/9). Dosen Ekonomi di Universitas Madura ini memberi sambutan hangat.

Semangat wirausaha Zef Risal tinggi. Banyak usaha yang ditekuni. Rumah konfeksi itu ternyata miliknya. Dia juga mengembangkan usaha budi daya kepiting bakau.


Zef Risal bercerita tentang budi daya kepitingnya. Mulai dari riset, membaca peluang bisnis, meminjam modal ke bank, hingga memantapkan niat budi daya kepiting bakau.

Menurut dia, potensi kepiting melimpah. Terutama di perairan selatan Pamekasan. Banyak orang yang menangkap kepiting karena harganya mahal.

Zef Risal melihat potensi usaha budi daya itu. Dia pun membeli kepiting-kepiting yang berukuran kecil. ”Kalau membeli kepiting yang sudah besar, itu mengganggu komoditas kepiting layak ekspor,” terang pria yang lahir di Desa Branta Pesisir itu.

Kemudian, dia membudidayakan kepiting tersebut dengan sistem sirkulasi air. Sirkulasi air ini hasil Zef Risal belajar cara budi daya kepiting melalui YouTube. Sementara untuk bahan makan kepiting, dia tinggal membeli ikan-ikan murah di Branta Pesisir. ”Budi daya kepiting bakau dengan sistem sirkulasi air belum ada di Indonesia,” kata Zef Risal.

- Advertisement -

Sirkulasi air yang dimaksud adalah air laut mengalir dalam boks kontainer yang berisi kepiting. Air laut tersebut berputar dari bawah ke atas dengan tenaga pompa air. Sebelumnya ada 500 boks kontainer kepiting yang dia budi dayakan. Namun, saat ini tersisa 300 boks kontainer. ”Karena kan, kalau sudah gemuk dijual,” terang pria kelahiran 1976 itu.

Baca Juga :  Abdus Syukur, Nelayan yang Bisa Pekerjakan Puluhan Orang

Hasil dari usaha budi daya kepiting bakau ini bisa membayar karyawan dan biaya listrik. Dijelaskan, untuk mendapat penghasilan Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan, minimal harus ada 1.700 kotak atau boks kepiting. ”Tetapi saya masih punya 500 kotak saja,” lanjutnya.

Sementara harga kepiting tersebut bervariasi. Per 1 kilogram harganya mulai Rp 100 ribu hingga Rp 180 ribu. ”Tergantung bobot dan isi per kilonya,” jelas Dosen Ekonomi di Universitas Madura itu.

Setelah sukses budi daya kepiting bakau, Zef Risal akan budi daya udang dan ikan kerapu. ”Orang berpikir kalau udang harus tambak, ini gak, cukup keranjang, dibuat vertikal semuanya. Sehingga 100 meter persegi sama dengan punya tambak satu hektare,” katanya. ”Yang penting listrik nyala, karena itu mendorong sirkulasi air,” terangnya.

Keberanian Zef Risal mulai membudidayakan kepiting didorong oleh hasil berlajarnya di YouTube. ”Yang punya alat budi daya kepiting seperti itu di Tiongkok. Sementara saya harus bayar Rp 200 juta untuk dapat 1.000 kotak budi daya,” katanya.

Baca Juga :  Bu, Adik Tidak Ada Suaranya, Adik Sudah Mati

Dia mengaku tidak mungkin untuk membeli kotak seharga Rp 200 juta. ”Akhirnya, YouTube itu dilihat, diputar. Pokoknya videonya diputar terus, diputar ulang terus. Saluran airnya juga dilihat. Akhirnya sistem budi dayanya ketahuan,” akunya.

Akhirnya dia pergi ke Surabaya untuk membeli keranjang atau kotak budi daya kepiting yang cocok dan mirip dengan yang ada di YouTube.

Setelah membeli kotak tersebut, mulailah dia melakukan riset kecil-kecilan di Desa Padelegan Kecamatan Pademawu, tempat dia tinggal bersama istri dan kedua anaknya. ”Awalnya saluran air terlalu kecil, dirombak lagi. Tidak cocok, rombak, pasang lagi, dan akhirnya ketemu caranya,” ceritanya hingga budi daya kepiting tersebut berjalan.

”Proses sirkulasi air dan perancangan kotak hasil modifikasi sendiri, dengan perhitungan seperti yang ada di Tiongkok. Kalau modif sendiri hanya habis Rp 100 juta untuk 1.000 kotak. Jadi separo harga,” terangnya.

Zef Risal mengatakan, semua modal yang dikeluarkan berasal dari pinjaman ke bank. Dia menghabiskan Rp 100 juta untuk riset dan hingga memastikan budi daya kepiting bakau miliknya berjalan.

”Saya berpindah dari bank satu ke bank yang lainnya,” ungkap dia. Semua usaha yang digelutinya adalah hasil pinjaman ke bank. Mulai dari rumah konfeksi, budi daya kepiting, budi daya teri, jalankan kapal porsen. ”Yang penting perhitungannya harus tepat,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/