24 C
Madura
Wednesday, June 7, 2023

Catatan Angger Baskoro, Mahasiswa NYCU Hsinchu, Taiwan

Pendidikan Angger ditempuh di beberapa tempat. Dari Sumenep lanjut ke Surabaya. Setelah itu kuliah di Malang. Lalu, terbang ke Taiwan.

 

ANGGER Baskoro, S.T., M.T., M..Sc., putra pasangan Drs. Indarwan P. dan Retno T., S.H. Menghabiskan masa sekolah dasar di SDN Pajagalan II, Sumenep. Setamat SMPN 16 Surabaya dan SMAN 13 Surabaya, melanjutkan pendidikan tingkat tinggi strata-1 di Universitas Brawijaya, Malang jurusan Teknik Elektro. Untuk strata-2 mengambil jurusan yang sama dengan program double degree antara Universitas Brawijaya dan National Sun Yat-Sen University, Kaohsiung, Taiwan.

Kini melanjutkan pendidikan strata-3 jurusan yang sama pula di National Yang Ming Chiao Tung University, Hsinchu, Taiwan. Selama menempuh pendidikan, dia gemar berorganisasi. Saat menempuh strata-2 menjadi ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kaohsiung. Kemudian, menjadi koordinator PPI Hsinchu saat menempuh strata-3.

Gembira sekali rasanya sekolah sambil jalan-jalan di Negeri Formosa. Di manakah itu Formosa? Iya, Taiwan. Dikatakan Formosa berarti pulau yang indah, sebuah pulau yang berada di kawasan Asia Timur. Negara yang memiliki warna bendera merah sebagai warna dasar lalu kotak biru di ujungnya dan terdapat gambar matahari warna putih dengan 12 cahaya ini memiliki luas kira-kira 7x luas dari Pulau Madura, tidak terlalu jauh selisihnya bukan.

Bahasa resmi di Taiwan menggunakan mandarin tradisional. Perlu diketahui Indonesia dan Taiwan tidak ada hubungan diplomatik sampai sekarang namun masih menjalin hubungan dagang yaitu Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia yang berkantor di Taipei. Sedangkan untuk Taiwan bernama Taiwan Economic and Trade Office (TETO) yang berkantor di Jakarta dan Surabaya. Jadi bisa mengurus visa apabila ingin jalan-jalan, sekolah atau bekerja ke Taiwan.

Saat tiba di Taiwan pada 2016 silam untuk kali pertamanya, saya langsung dijemput oleh teman-teman aktivis PPI Kaohsiung. Salah satunya Nyoman Wira. Keesokan harinya bersama rekan-rekan PPI Kaohsiung yang lain diajak keliling kampus dan mengenal Kota Kaohsiung, kota di negara yang terdapat empat musim. Mulai dari sekitar kampus kami yaitu National Sun Yat-Sen University (NSYSU), gedung kuliahnya, kantin universitas, transportasi umum, lokasi hiburan atau pariwisata dan tidak lupa tempat ibadah, masjid di Kaohsiung serta makanan halalnya.

Baca Juga :  Keselamatan yang Terabaikan

Kota Kaohsiung bukanlah kota biasa. Kaohsiung merupakan kota terbesar kedua setelah Taipei, Ibu Kota dari Taiwan. Menetap sementara untuk belajar di Kota Kaohsiung berasa dimanja karena terdapat banyak fasilitas dan sarana transportasi umum yang lengkap. Di antaranya, bandara udara dari Surabaya bisa langsung tiba di Kaohsiung (sebelum pandemi) dengan maskapai pesawat yang harganya terjangkau sekali, pelabuhan yang menghubungkan perdagangan-perdagangan internasional, kereta cepat menyambungkan hampir seluruh kota atau kabupaten di Taiwan, mass rapid transit (MRT) dan light rapid transit (LRT) yang cepat dan tepat waktu, sarana umum berolahraga, dan lain-lain. Cocok untuk tempat belajar dan rekreasi. Bisa Anda bayangkan dari cerita tadi kenyamanan dan keamanan di Kaohsiung. Kota yang bersih, tertata, teratur, dan tidak pernah melihat macet.

Dalam benak saya waktu setelah lulus SMA hanyalah lanjut strata-1 (S1). Kuliah yang serius, mendengarkan dan mengerti pelajaran, mengerjakan tugas-tugas kuliah, menyusun dan menyelesaikan skripsi atau tugas akhir sebagai syarat kelulusan lalu mendapatkan gelar sarjana teknik (S.T.) yang memperpanjang nama. Rencana saya setelah itu, bekerja di perusahaan atau suatu Instansi. Tidak ada mimpi, bahkan terbesit pikiran melanjutkan strata-2 (S2). Namun rencana Allah lebih indah dan Allah tahu kemampuan ciptaan-Nya.

Saya memiliki hobi olahraga karate. Di Sumenep inilah karate saya dibesarkan. Dari karate tersebut memiliki hubungan dengan dunia perkuliahan.

Mengapa bisa demikian? Karena kontribusi saya pada Universitas Brawijaya di bidang nonakademik tersebut akhirnya mendapat kado. Saya menerima kado tersebut. Berupa tawaran beasiswa langsung dari wakil rektor bagian mahasiswa yaitu Bapak RB. Ainurrasjid. Kelahiran Sumenep juga.

Saya menurut arahan Prof. Liliek Sulistyowati, mencari tahu apa itu S-2? Apa yang harus mahasiswa lakukan saat menempuh S-2 itu nanti? Apa yang akan dipelajari saat nanti menempuh S-2, apa yang harus dipersiapkan, dan akhirnya berangkat.

Tidak hanya fokus kuliah, saya aktif juga berorganisasi yaitu di PPI Kaohsiung. Awal kuliah aktif di sekretaris. Selanjutnya setelah pergantian kepengurusan menjadi ketua PPI Kaohsiung. Rasa ingin terus aktif bergabung di PPI adalah karena kegiatan yang sederhana namun bermakna yaitu membantu teman-teman yang akan berangkat ke Taiwan dan yang lebih besar adalah saya senang mengenalkan kekayaan budaya Indonesia di kancah internasional.

Baca Juga :  Pesawat Di Langit Warna Kuning Di MCC

Singkat cerita, alhamdulillah atas izin Allah selesai S-2. Dan tak berhenti begitu saja, lanjut lagi pendidikan S-3 di beda universitas, yaitu National Yang Ming Chiao Tung University (NYCU) yang saat ini sedang ditempuh. Sejarah singkatnya, NYCU baru saja resmi bergabung sejak awal 2021 dari 2 kampus yang berbeda yaitu National Chiao Tung University dan National Yang Ming University.

NYCU terletak di kawasan Taiwan Utara, tepatnya di Kota Hsinchu, beda kota saat S-2 dulu terletak di kawasan Taiwan Selatan. Masih sama halnya saat di Kaohsiung, senang aktif berorganisasi di PPI Hsinchu sebagai Koordinator PPI Hsinchu.

Kota Hsinchu terkenal dengan pusat industrinya. Terdapat banyak perusahaan-perusahaan besar berdiri di Kota Hsinchu, dinamakan Hsinchu Industrial Park. Produk andalan yang dihasilkan adalah chip. Dan di Hsinchu ini terdapat dua kampus unggulan di Taiwan. Dua kampus tersebut, selain kampus saya saat ini belajar adalah National Tsing Hua University (NTHU).

Beasiswa bukanlah satu-satu cara untuk kuliah atau melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi. Menurut saya, kumpulkan niat terlebih dulu. Untuk menimba ilmu tidak terburu-buru ambisi mengejar beasiswa. Niatkan mendapatkan beasiswa murni untuk menambah ilmu, bukan untuk menambah harta. Harta bertambah adalah bonus dari-Nya.

Kumpulkan info tentang universitas berdasarkan latar belakang atau yang telah dipelajari dari tingkat pendidikan sebelumnya. Bisa disesuaikan atau kebutuhan, semisal nonlinear karena tuntutan profesi. Baru mencari peluang beasiswa, daftar sebanyak-banyaknya dari penyedia beasiswa. Setelah mendapatkan atau diterima oleh penyedia beasiswa, konsultasikan dahulu dengan dosen pembimbing. Tidak langsung tergiur begitu saja dari besar beasiswa yang akan didapat.

Persiapkan dari sekarang rencana-rencana masa depan, setiap pelajar berbeda-beda keinginan dan kemampuannya. Tentukan ke arah mana target utama yang ingin dicapai; perbanyak informasi dari rekan, literatur, memanfaatkan sosial media ke hal yang positif; rencanakan langkah kecil atau jangka pendek dan jangka panjang yang akan dilakukan seperti apa. Terus berusaha dan perbanyak berdoa. 

Pendidikan Angger ditempuh di beberapa tempat. Dari Sumenep lanjut ke Surabaya. Setelah itu kuliah di Malang. Lalu, terbang ke Taiwan.

 

ANGGER Baskoro, S.T., M.T., M..Sc., putra pasangan Drs. Indarwan P. dan Retno T., S.H. Menghabiskan masa sekolah dasar di SDN Pajagalan II, Sumenep. Setamat SMPN 16 Surabaya dan SMAN 13 Surabaya, melanjutkan pendidikan tingkat tinggi strata-1 di Universitas Brawijaya, Malang jurusan Teknik Elektro. Untuk strata-2 mengambil jurusan yang sama dengan program double degree antara Universitas Brawijaya dan National Sun Yat-Sen University, Kaohsiung, Taiwan.


Kini melanjutkan pendidikan strata-3 jurusan yang sama pula di National Yang Ming Chiao Tung University, Hsinchu, Taiwan. Selama menempuh pendidikan, dia gemar berorganisasi. Saat menempuh strata-2 menjadi ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kaohsiung. Kemudian, menjadi koordinator PPI Hsinchu saat menempuh strata-3.

Gembira sekali rasanya sekolah sambil jalan-jalan di Negeri Formosa. Di manakah itu Formosa? Iya, Taiwan. Dikatakan Formosa berarti pulau yang indah, sebuah pulau yang berada di kawasan Asia Timur. Negara yang memiliki warna bendera merah sebagai warna dasar lalu kotak biru di ujungnya dan terdapat gambar matahari warna putih dengan 12 cahaya ini memiliki luas kira-kira 7x luas dari Pulau Madura, tidak terlalu jauh selisihnya bukan.

Bahasa resmi di Taiwan menggunakan mandarin tradisional. Perlu diketahui Indonesia dan Taiwan tidak ada hubungan diplomatik sampai sekarang namun masih menjalin hubungan dagang yaitu Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia yang berkantor di Taipei. Sedangkan untuk Taiwan bernama Taiwan Economic and Trade Office (TETO) yang berkantor di Jakarta dan Surabaya. Jadi bisa mengurus visa apabila ingin jalan-jalan, sekolah atau bekerja ke Taiwan.

Saat tiba di Taiwan pada 2016 silam untuk kali pertamanya, saya langsung dijemput oleh teman-teman aktivis PPI Kaohsiung. Salah satunya Nyoman Wira. Keesokan harinya bersama rekan-rekan PPI Kaohsiung yang lain diajak keliling kampus dan mengenal Kota Kaohsiung, kota di negara yang terdapat empat musim. Mulai dari sekitar kampus kami yaitu National Sun Yat-Sen University (NSYSU), gedung kuliahnya, kantin universitas, transportasi umum, lokasi hiburan atau pariwisata dan tidak lupa tempat ibadah, masjid di Kaohsiung serta makanan halalnya.

- Advertisement -
Baca Juga :  Mahasiswa IAIN Madura Timba Ilmu di JPRM Biro Sampang

Kota Kaohsiung bukanlah kota biasa. Kaohsiung merupakan kota terbesar kedua setelah Taipei, Ibu Kota dari Taiwan. Menetap sementara untuk belajar di Kota Kaohsiung berasa dimanja karena terdapat banyak fasilitas dan sarana transportasi umum yang lengkap. Di antaranya, bandara udara dari Surabaya bisa langsung tiba di Kaohsiung (sebelum pandemi) dengan maskapai pesawat yang harganya terjangkau sekali, pelabuhan yang menghubungkan perdagangan-perdagangan internasional, kereta cepat menyambungkan hampir seluruh kota atau kabupaten di Taiwan, mass rapid transit (MRT) dan light rapid transit (LRT) yang cepat dan tepat waktu, sarana umum berolahraga, dan lain-lain. Cocok untuk tempat belajar dan rekreasi. Bisa Anda bayangkan dari cerita tadi kenyamanan dan keamanan di Kaohsiung. Kota yang bersih, tertata, teratur, dan tidak pernah melihat macet.

Dalam benak saya waktu setelah lulus SMA hanyalah lanjut strata-1 (S1). Kuliah yang serius, mendengarkan dan mengerti pelajaran, mengerjakan tugas-tugas kuliah, menyusun dan menyelesaikan skripsi atau tugas akhir sebagai syarat kelulusan lalu mendapatkan gelar sarjana teknik (S.T.) yang memperpanjang nama. Rencana saya setelah itu, bekerja di perusahaan atau suatu Instansi. Tidak ada mimpi, bahkan terbesit pikiran melanjutkan strata-2 (S2). Namun rencana Allah lebih indah dan Allah tahu kemampuan ciptaan-Nya.

Saya memiliki hobi olahraga karate. Di Sumenep inilah karate saya dibesarkan. Dari karate tersebut memiliki hubungan dengan dunia perkuliahan.

Mengapa bisa demikian? Karena kontribusi saya pada Universitas Brawijaya di bidang nonakademik tersebut akhirnya mendapat kado. Saya menerima kado tersebut. Berupa tawaran beasiswa langsung dari wakil rektor bagian mahasiswa yaitu Bapak RB. Ainurrasjid. Kelahiran Sumenep juga.

Saya menurut arahan Prof. Liliek Sulistyowati, mencari tahu apa itu S-2? Apa yang harus mahasiswa lakukan saat menempuh S-2 itu nanti? Apa yang akan dipelajari saat nanti menempuh S-2, apa yang harus dipersiapkan, dan akhirnya berangkat.

Tidak hanya fokus kuliah, saya aktif juga berorganisasi yaitu di PPI Kaohsiung. Awal kuliah aktif di sekretaris. Selanjutnya setelah pergantian kepengurusan menjadi ketua PPI Kaohsiung. Rasa ingin terus aktif bergabung di PPI adalah karena kegiatan yang sederhana namun bermakna yaitu membantu teman-teman yang akan berangkat ke Taiwan dan yang lebih besar adalah saya senang mengenalkan kekayaan budaya Indonesia di kancah internasional.

Baca Juga :  Ada Apa dengan Madura (AADM)?

Singkat cerita, alhamdulillah atas izin Allah selesai S-2. Dan tak berhenti begitu saja, lanjut lagi pendidikan S-3 di beda universitas, yaitu National Yang Ming Chiao Tung University (NYCU) yang saat ini sedang ditempuh. Sejarah singkatnya, NYCU baru saja resmi bergabung sejak awal 2021 dari 2 kampus yang berbeda yaitu National Chiao Tung University dan National Yang Ming University.

NYCU terletak di kawasan Taiwan Utara, tepatnya di Kota Hsinchu, beda kota saat S-2 dulu terletak di kawasan Taiwan Selatan. Masih sama halnya saat di Kaohsiung, senang aktif berorganisasi di PPI Hsinchu sebagai Koordinator PPI Hsinchu.

Kota Hsinchu terkenal dengan pusat industrinya. Terdapat banyak perusahaan-perusahaan besar berdiri di Kota Hsinchu, dinamakan Hsinchu Industrial Park. Produk andalan yang dihasilkan adalah chip. Dan di Hsinchu ini terdapat dua kampus unggulan di Taiwan. Dua kampus tersebut, selain kampus saya saat ini belajar adalah National Tsing Hua University (NTHU).

Beasiswa bukanlah satu-satu cara untuk kuliah atau melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi. Menurut saya, kumpulkan niat terlebih dulu. Untuk menimba ilmu tidak terburu-buru ambisi mengejar beasiswa. Niatkan mendapatkan beasiswa murni untuk menambah ilmu, bukan untuk menambah harta. Harta bertambah adalah bonus dari-Nya.

Kumpulkan info tentang universitas berdasarkan latar belakang atau yang telah dipelajari dari tingkat pendidikan sebelumnya. Bisa disesuaikan atau kebutuhan, semisal nonlinear karena tuntutan profesi. Baru mencari peluang beasiswa, daftar sebanyak-banyaknya dari penyedia beasiswa. Setelah mendapatkan atau diterima oleh penyedia beasiswa, konsultasikan dahulu dengan dosen pembimbing. Tidak langsung tergiur begitu saja dari besar beasiswa yang akan didapat.

Persiapkan dari sekarang rencana-rencana masa depan, setiap pelajar berbeda-beda keinginan dan kemampuannya. Tentukan ke arah mana target utama yang ingin dicapai; perbanyak informasi dari rekan, literatur, memanfaatkan sosial media ke hal yang positif; rencanakan langkah kecil atau jangka pendek dan jangka panjang yang akan dilakukan seperti apa. Terus berusaha dan perbanyak berdoa. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/