Lebaran Ketupat menjadi berkah tersendiri bagi pedagang janur. Tak terkecuali bagi Subaidah, 52, warga Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Sumenep. Sudah lima tahun, setiap menjelang Lebaran Ketupat, dia berjualan janur di Pasar Srimangunan, Sampang.
IMAM S. ARIZAL, Kota
PEREMPUAN berbaju dongker itu tampak duduk santai di depan sebuah pertokoan yang ada di Pasar Srimangunan kemarin (9/6). Sambil lalu dia merapikan janur-janur yang sudah diikatnya. Dia beres-beres dagangan karena sebentar lagi sudah akan pulang ke rumah kontrakan.
Perempuan bernama Subaidah itu sudah bertahun-tahun berjualan janur di area tersebut. Jauh-jauh dari Sumenep dia datang ke Kota Bahari untuk menjual janur yang masih hijau muda. Janur-janur itu nantinya akan dibuat selongsong ketupat.
”Kalau dari tadi pagi cukup ramai. Sekarang sudah sepi. Saya sudah siap-siap pulang ini,” kata Subaidah saat ditemui sekitar pukul 12.20 siang.
Janur-janur yang dijual Subaidah diikat dengan ukuran kecil dan besar. Dalam seikat kecil berisi sepuluh lembar janur. Sedangkan yang menggunakan ikatan besar berisi seratus lembar janur.
Untuk yang berisi sepuluh lembar janur dijual Rp 2.500. Sedangkan yang berisi seratus lembar janur dijual Rp 25 ribu. Dia senang karena setiap tahun dagangannya selalu laris dibeli oleh warga Sampang.
Janur-janur itu, lanjut Subaidah, dibawa dari Lenteng, Sumenep. Janur tersebut milik tetangga rumahnya. Para tetangga meminta agar Subaidah menjualkannya. Jika sudah laku, maka Subaidah baru membayar kepada para pemilik janur.
”Kalau sudah laku, saya setor ke mereka. Jadi saya tidak mengeluarkan modal awal,” tuturnya.
Dia akan berjualan janur hingga Selasa (11/6) atau H-1 Lebaran Ketupat. Jika kemarin Subaidah hanya menjual janur yang belum dirangkai, maka hari ini dan besok sudah menjual selongsong ketupat. Biasanya kalau memasuki H-1 Lebaran Ketupat, yang laris justru yang sudah berbentuk selongsong.
”Kalau sekarang sudah dibuat selongsongnya, maka bisa layu nanti pas Lebaran Ketupat,” tuturnya.
Selama tiga hari, dia memilih menetap di salah satu rumah kontrakan di Sampang. Sengaja memilih menetap di Sampang dengan alasan pertimbangan biaya transportasi. Sebab jika harus bolak-balik Sampang–Sumenep, menurutnya terlalu jauh dan menghabiskan tenaga.
”Saya bersama suami saya berjualan di sini. Sekarang suami saya sedang salat di masjid,” imbuhnya.
Istri dari Junaidi itu menceritakan bahwa selain jualan janur, sehari-hari dia berdagang pisang di Lenteng. Setiap tiga kali dalam sepekan dia berjualan di pasar terdekat. Dia mengaku senang berjualan karena dengan itu dia bisa menyekolahkan anak-anaknya.
”Saya jauh-jauh dari Sumenep ke Sampang ini untuk mencari biaya sekolah anak,” katanya.
Saat ini anak pertamanya, Faisol, sudah bekerja di Jakarta. Sedang dua adik Faisol masih melanjutkan studi di perguruan tinggi di Sumenep. Mereka berdua menurutnya sudah hampir lulus dari perguruan tinggi.
”Sebentar lagi sudah hampir wisuda. Alhamdulillah, berkat berdagang saya bisa membiayai mereka hingga perguruan tinggi,” tukasnya.