19.6 C
Madura
Sunday, June 11, 2023

Asschol sebagai Wadah Perkumpulan Alumni Ponpes Syaichona Moh. Cholil

Secara resmi, Alumni dan Simpatisan Syaichona Moh. Cholil (Asschol) terbentuk pada 1997 lalu. Organisasi ini berkomitmen untuk terus berjuang di pendidikan, dakwah, sosial, dan ekonomi.

ADAM MUHLIS DINILLAH, Bangkalan

SANTRI mengenakan peci putih dan sarung duduk di depan pintu gerbang besar Pondok Pesantren (Ponpes) Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Di halaman pondok terik matahari menyengat.

Jarum jam menunjukkan pukul 12.30 saat Jawa Pos Radar Madura tiba di Ponpes Syaichona Moh. Cholil, Senin (6/5). Tak lama berselang, seorang pria berpakaian serbaputih menghampiri. Mengajak bersalaman. Dia adalah Ustad Hafsin, salah seorang asatidz di ponpes yang terletak di Jalan KH Moh. Kholil, Kota Bangkalan itu.

Ustad Hafsin juga menjadi salah seorang pengurus Asschol. Dia lalu mengajak bergeser ke tempat yang lebih nyaman.

Di lantai dua gedung sebelah timur kantor Ponpes Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, dia menunjukkan kepada kami sebuah buku berjudul ”Musyawarah Besar 1 Asschol”. Ternyata, Asschol sudah memiliki lebih dari 26 cabang organisasi. Tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Mulai dari Madura hingga Jakarta.

Baca Juga :  Komitmen AKBP Didit Bambang Wibowo Saputro Jaga Kondisivitas

Bahkan, dua cabang ada di luar negeri. Yakni, di Malaysia dan Arab Saudi. ”Kenapa dibentuk Asschol, untuk tetap menjalin silaturahmi. Saat ini sudah dibentuk beberapa cabang. Jadi ketika silaturahmi bisa berkumpul di cabang masing-masing,” kata Hafsin.

Organisasi alumni sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun baru bisa diformalkan sejak 1997 silam. Terbentuknya Asschol terinspirasi dari pengasuh Ponpes Syaichona Moh. Cholil sendiri, yaitu almarhum KH Abdullah Schal.

Ketua Asschol KH Moh. Nasih Aschal mengatakan, sejumlah kegiatan sudah diselenggarakan Asschol. Tentu seirama dengan tujuan serta visi dan misi berdirinya organisasi tersebut.

Yakni, berkiprah di pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi. Di mana seluruh alumni harus berkontribusi dalam dunia pendidikan. Mulai kegiatan kajian kitab, berdakwah ke kalangan masyarakat, bakti sosial, serta mendidik santri dan masyarakat sekitar dalam berwirausaha.

Pemuda berwibawa yang karib disapa Ra Nasih itu menuturkan, tujuan pendirian Asschol adalah untuk meningkatkan semangat amar makruf nahi mungkar secara istiqamah. ”Melestarikan nilai-nilai ajaran Islam dan budaya santri di tengah-tengah masyarakat,” jelasnya.

Asas berdirinya Asschol sendiri tetap menggunakan paham ahlus-sunnah wal jama’ah. ”Dalam bidang akidah mengikuti Abu Hasan Al-Asyari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi,” terangnya.

Baca Juga :  Gadis Cilik yang Jatuh Hati pada Seni Lukis dan Sastra

Sementara untuk bidang fikih, tetap mengacu pada 4 imam besar (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali). Sementara bidang tasawuf mengacu pada Imam Abu Hamid Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi.

”Asschol ini juga lahir untuk memberikan pemikiran-pemikiran tentang bagaimana persoalan masyarakat di bidang ekonomi dan bagaimana di aspek sosial,” katanya.

Contoh kegiatan dalam bakti sosial adalah sunatan masal, donor darah, bekam, dan rukiah masal. ”Musyawarah Besar 1 mampu menyedot perhatian banyak orang. Insyaallah akan rutin digelar tiap tahunnya,” imbuh Ra Nasih.

”Bagaimana semuanya bisa terbangun dan terselesaikan dengan baik melalui pendidikan,” ujarnya. Masyarakat juga diberi wadah, dalam hal ini simpatisan. Menurut Ra Nasih, simpatisan itu adalah masyarakat yang sangat mencintai Ponpes Syaichona Moh. Cholil.

”Bahkan, mereka lebih alumni daripada alumni sendiri. Ini juga yang mendukung terbentuknya Asschol,” imbuh Ra Nasih. Ke depan, seluruh kegiatan akan digelar rutin setiap tahunnya, termasuk bakti sosial.

Secara resmi, Alumni dan Simpatisan Syaichona Moh. Cholil (Asschol) terbentuk pada 1997 lalu. Organisasi ini berkomitmen untuk terus berjuang di pendidikan, dakwah, sosial, dan ekonomi.

ADAM MUHLIS DINILLAH, Bangkalan

SANTRI mengenakan peci putih dan sarung duduk di depan pintu gerbang besar Pondok Pesantren (Ponpes) Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Di halaman pondok terik matahari menyengat.


Jarum jam menunjukkan pukul 12.30 saat Jawa Pos Radar Madura tiba di Ponpes Syaichona Moh. Cholil, Senin (6/5). Tak lama berselang, seorang pria berpakaian serbaputih menghampiri. Mengajak bersalaman. Dia adalah Ustad Hafsin, salah seorang asatidz di ponpes yang terletak di Jalan KH Moh. Kholil, Kota Bangkalan itu.

Ustad Hafsin juga menjadi salah seorang pengurus Asschol. Dia lalu mengajak bergeser ke tempat yang lebih nyaman.

Di lantai dua gedung sebelah timur kantor Ponpes Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, dia menunjukkan kepada kami sebuah buku berjudul ”Musyawarah Besar 1 Asschol”. Ternyata, Asschol sudah memiliki lebih dari 26 cabang organisasi. Tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Mulai dari Madura hingga Jakarta.

Baca Juga :  Kitab Kertas Eropa Sempat Diklaim Milik Malaysia

Bahkan, dua cabang ada di luar negeri. Yakni, di Malaysia dan Arab Saudi. ”Kenapa dibentuk Asschol, untuk tetap menjalin silaturahmi. Saat ini sudah dibentuk beberapa cabang. Jadi ketika silaturahmi bisa berkumpul di cabang masing-masing,” kata Hafsin.

- Advertisement -

Organisasi alumni sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun baru bisa diformalkan sejak 1997 silam. Terbentuknya Asschol terinspirasi dari pengasuh Ponpes Syaichona Moh. Cholil sendiri, yaitu almarhum KH Abdullah Schal.

Ketua Asschol KH Moh. Nasih Aschal mengatakan, sejumlah kegiatan sudah diselenggarakan Asschol. Tentu seirama dengan tujuan serta visi dan misi berdirinya organisasi tersebut.

Yakni, berkiprah di pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi. Di mana seluruh alumni harus berkontribusi dalam dunia pendidikan. Mulai kegiatan kajian kitab, berdakwah ke kalangan masyarakat, bakti sosial, serta mendidik santri dan masyarakat sekitar dalam berwirausaha.

Pemuda berwibawa yang karib disapa Ra Nasih itu menuturkan, tujuan pendirian Asschol adalah untuk meningkatkan semangat amar makruf nahi mungkar secara istiqamah. ”Melestarikan nilai-nilai ajaran Islam dan budaya santri di tengah-tengah masyarakat,” jelasnya.

Asas berdirinya Asschol sendiri tetap menggunakan paham ahlus-sunnah wal jama’ah. ”Dalam bidang akidah mengikuti Abu Hasan Al-Asyari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi,” terangnya.

Baca Juga :  Gadis Cilik yang Jatuh Hati pada Seni Lukis dan Sastra

Sementara untuk bidang fikih, tetap mengacu pada 4 imam besar (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali). Sementara bidang tasawuf mengacu pada Imam Abu Hamid Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi.

”Asschol ini juga lahir untuk memberikan pemikiran-pemikiran tentang bagaimana persoalan masyarakat di bidang ekonomi dan bagaimana di aspek sosial,” katanya.

Contoh kegiatan dalam bakti sosial adalah sunatan masal, donor darah, bekam, dan rukiah masal. ”Musyawarah Besar 1 mampu menyedot perhatian banyak orang. Insyaallah akan rutin digelar tiap tahunnya,” imbuh Ra Nasih.

”Bagaimana semuanya bisa terbangun dan terselesaikan dengan baik melalui pendidikan,” ujarnya. Masyarakat juga diberi wadah, dalam hal ini simpatisan. Menurut Ra Nasih, simpatisan itu adalah masyarakat yang sangat mencintai Ponpes Syaichona Moh. Cholil.

”Bahkan, mereka lebih alumni daripada alumni sendiri. Ini juga yang mendukung terbentuknya Asschol,” imbuh Ra Nasih. Ke depan, seluruh kegiatan akan digelar rutin setiap tahunnya, termasuk bakti sosial.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/