19.8 C
Madura
Saturday, June 10, 2023

Aksi Putra Meonk dan Jhala Sottra di Pembukaan MTQ XXIX Jatim

Pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXIX Jawa Timur di Kabupaten Pamekasan pada Rabu malam (3/11) berlangsung meriah. Lampu sorot menari di atas panggung menambah kemegahan acara.

ANIS BILLAH, Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura

KEMERIAHAN dan suksesnya pembukaan MTQ XXIX Jatim tersebut tidak bisa dilepaskan dari dukungan permainan musik tradisional yang terdengar sebelum acara dibuka. Dalam event tersebut, terdapat dua grup musik yang berkolaborasi memainkan lagu. Yakni, musik Daul Putra Meonk dari Kabupaten Pamekasan dan musik modern Jhala Sottra asal Kabupaten Sampang.

Frenky HS selaku koordinator Daul Putra Meonk menyatakan bangga bisa tampil dalam pembukaan MTQ XXIX Jatim. Apalagi, grupnya sudah lama tidak mentas di atas panggung. Malam itu merupakan penampilan perdana grupnya selama pandemi Covid-19. ”Kami maksimalkan kesempatan ini,” tuturnya.

Menurut dia, Putra Meonk beberapa kali tampil dalam acara resmi (baik di tingkat regional hingga nasional). Selama enam tahun terturut-turut sejak 2010, Putra Meonk dipercaya mengisi kegiatan tahunan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI dalam kegiatan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Kemudian, menjadi peserta Genta Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2017.

Begitu juga dengan grup musik modern Jhala Sottra. Pengalaman grup musik asal Kota Bahari itu tidak perlu diragukan lagi. Berbagai event musik dari tingkat daerah, regional hingga nasional pernah diikuti. Karena itu, Frenky merasa Putra Meonk dan Jhala Sottra memiliki komitmen yang selaras.

Baca Juga :  Kreativitas Mbah Supar, Perajin Gerabah Lintas Generasi

”Meski persiapannya sangat singkat, grup musik berbeda aliran ini bisa tampil maksimal saat pembukaan MTQ XXIX Jatim. Persiapan hanya dilakukan dalam dua pekan. Kita garap musiknya baru dua minggu,” ulasnya.

Frenky mengaku memiliki banyak stok instrumen yang biasa ditampilkan saat mentas. Khusus pembukaan MTQ XXIX Jatim, dia ingin menampilkan warna yang berbeda dibanding penampilan sebelum-sebelumnya. Karena itu, dia menggabungkan musik tradisional dengan modern. ”Harus berkembang. Kalau sebelumnya hanya menggunakan musik tradisional, sekarang bersanding dengan musik modern,” ujarnya.

Dijelaskan, tidak mudah mengolaborasikan musik modern dan tradisional. Sebab, dalam segi laras musik berbeda. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Frenky. Akhirnya, dia berhasil menyesuaikan komposisi musik tradisional dengan modern menjadi lebih menarik dan enak dinikmati.

Ditambahkan, saat pembukaan MTQ XXIX Jatim ada lima lagu yang dilantunkan. Tiga di antaranya lagu religi yang berjudul Deen Assalam, Ya Jamalu, dan Ya Habibi. Kemudian, saat Parade Batik Pamekasan, Putra Meonk-Jhala Sottra menyuguhkan lagu Batik Madura. Selain itu, ada instrumen yang dimainkan saat bupati dan gubernur naik turun panggung.

Frenky mengungkapkan, ada satu lagu spesial yang dinyanyikan saat pembukaan. Yakni, lagu tentang Covid-19. Lagu tersebut memvisualisasikan kondisi awal mula virus korona masuk ke Madura. Banyak yang tidak percaya bahkan menganggap bahwa virus tersebut tidak ada.

Baca Juga :  Tidur di Kongsi, Nyawa Jadi Taruhan

Lagu tersebut sengaja dinyanyikan khusus dan diperuntukkan kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, ada beberapa pesan yang disampaikan dalam lagu tersebut. Di antaranya, ajakan untuk disiplin protokol kesehatan (prokes) dan mengikuti anjuran pemerintah melakukan vaksinasi. ”Pada intinya, pesan yang ingin disampaikan dalam lagu itu agar masyarakat sadar akan bahaya Covid-19,” tuturnya.

Moh. Iqbal Fathoni, salah satu pencipta lagu bertema Covid-19 itu menambahkan, lagu tersebut dikarang bersama teman-temannya. Lagu itu muncul dari ketidaksiapan masyarakat Madura menghadapi Covid-19. Bahkan, sering dijadikan lelucon. Sebagai pemerhati musik, dia terdorong untuk mengedukasi masyarakat Madura.

Caranya, menciptakan lagu berkaitan dengan Covid-19. Menurutnya, cara tersebut lebih mudah dan cepat diterima masyarakat yang suka terhadap musik. ”Lagu itu khusus untuk mengedukasi masyarakat agar patuh pada prokes. Kita menyerukan masyarakat untuk melakukan vaksinasi,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Fafan itu mengungkapkan, musik yang disukai masyarakat Madura bervariasi. Ada yang tradisional dan ada juga modern. Karena itu, Fafan mencoba mengolaborasi musik tradisional dan modern. ”Tujuannya, agar musik tersebut bisa diterima semua kalangan,” tandasnya.

 

Pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXIX Jawa Timur di Kabupaten Pamekasan pada Rabu malam (3/11) berlangsung meriah. Lampu sorot menari di atas panggung menambah kemegahan acara.

ANIS BILLAH, Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura

KEMERIAHAN dan suksesnya pembukaan MTQ XXIX Jatim tersebut tidak bisa dilepaskan dari dukungan permainan musik tradisional yang terdengar sebelum acara dibuka. Dalam event tersebut, terdapat dua grup musik yang berkolaborasi memainkan lagu. Yakni, musik Daul Putra Meonk dari Kabupaten Pamekasan dan musik modern Jhala Sottra asal Kabupaten Sampang.


Frenky HS selaku koordinator Daul Putra Meonk menyatakan bangga bisa tampil dalam pembukaan MTQ XXIX Jatim. Apalagi, grupnya sudah lama tidak mentas di atas panggung. Malam itu merupakan penampilan perdana grupnya selama pandemi Covid-19. ”Kami maksimalkan kesempatan ini,” tuturnya.

Menurut dia, Putra Meonk beberapa kali tampil dalam acara resmi (baik di tingkat regional hingga nasional). Selama enam tahun terturut-turut sejak 2010, Putra Meonk dipercaya mengisi kegiatan tahunan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI dalam kegiatan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Kemudian, menjadi peserta Genta Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2017.

Begitu juga dengan grup musik modern Jhala Sottra. Pengalaman grup musik asal Kota Bahari itu tidak perlu diragukan lagi. Berbagai event musik dari tingkat daerah, regional hingga nasional pernah diikuti. Karena itu, Frenky merasa Putra Meonk dan Jhala Sottra memiliki komitmen yang selaras.

Baca Juga :  Tidur di Kongsi, Nyawa Jadi Taruhan

”Meski persiapannya sangat singkat, grup musik berbeda aliran ini bisa tampil maksimal saat pembukaan MTQ XXIX Jatim. Persiapan hanya dilakukan dalam dua pekan. Kita garap musiknya baru dua minggu,” ulasnya.

- Advertisement -

Frenky mengaku memiliki banyak stok instrumen yang biasa ditampilkan saat mentas. Khusus pembukaan MTQ XXIX Jatim, dia ingin menampilkan warna yang berbeda dibanding penampilan sebelum-sebelumnya. Karena itu, dia menggabungkan musik tradisional dengan modern. ”Harus berkembang. Kalau sebelumnya hanya menggunakan musik tradisional, sekarang bersanding dengan musik modern,” ujarnya.

Dijelaskan, tidak mudah mengolaborasikan musik modern dan tradisional. Sebab, dalam segi laras musik berbeda. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Frenky. Akhirnya, dia berhasil menyesuaikan komposisi musik tradisional dengan modern menjadi lebih menarik dan enak dinikmati.

Ditambahkan, saat pembukaan MTQ XXIX Jatim ada lima lagu yang dilantunkan. Tiga di antaranya lagu religi yang berjudul Deen Assalam, Ya Jamalu, dan Ya Habibi. Kemudian, saat Parade Batik Pamekasan, Putra Meonk-Jhala Sottra menyuguhkan lagu Batik Madura. Selain itu, ada instrumen yang dimainkan saat bupati dan gubernur naik turun panggung.

Frenky mengungkapkan, ada satu lagu spesial yang dinyanyikan saat pembukaan. Yakni, lagu tentang Covid-19. Lagu tersebut memvisualisasikan kondisi awal mula virus korona masuk ke Madura. Banyak yang tidak percaya bahkan menganggap bahwa virus tersebut tidak ada.

Baca Juga :  Ingin Cetak Gol, Suka Telepon Istri ketika Sahur

Lagu tersebut sengaja dinyanyikan khusus dan diperuntukkan kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, ada beberapa pesan yang disampaikan dalam lagu tersebut. Di antaranya, ajakan untuk disiplin protokol kesehatan (prokes) dan mengikuti anjuran pemerintah melakukan vaksinasi. ”Pada intinya, pesan yang ingin disampaikan dalam lagu itu agar masyarakat sadar akan bahaya Covid-19,” tuturnya.

Moh. Iqbal Fathoni, salah satu pencipta lagu bertema Covid-19 itu menambahkan, lagu tersebut dikarang bersama teman-temannya. Lagu itu muncul dari ketidaksiapan masyarakat Madura menghadapi Covid-19. Bahkan, sering dijadikan lelucon. Sebagai pemerhati musik, dia terdorong untuk mengedukasi masyarakat Madura.

Caranya, menciptakan lagu berkaitan dengan Covid-19. Menurutnya, cara tersebut lebih mudah dan cepat diterima masyarakat yang suka terhadap musik. ”Lagu itu khusus untuk mengedukasi masyarakat agar patuh pada prokes. Kita menyerukan masyarakat untuk melakukan vaksinasi,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Fafan itu mengungkapkan, musik yang disukai masyarakat Madura bervariasi. Ada yang tradisional dan ada juga modern. Karena itu, Fafan mencoba mengolaborasi musik tradisional dan modern. ”Tujuannya, agar musik tersebut bisa diterima semua kalangan,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Most Read

Target Investasi Naik Rp 2 Triliun

Ancam Cabut Izin Kafe Lotus

Tambahan Honor THL Dinilai Politis

Artikel Terbaru

/