Warga dan santri di Kelurahan Gladak Anyar keliling kampung sambil baca burdah. Mereka berharap pertolongan Allah agar terhindar dari Covid-19.
PRENGKI WIRANANDA, Pamekasan, RadarMadura.id
JILATAN api yang bergerak liar dari mulut oncor menerangi langit Kelurahan Gladak Anyar, Kecamatan Kota Pamekasan, malam itu. Api menyala dari ujung bambu yang dipegang puluhan warga dan santri.
Si jago merah dibawa keliling kampung menerangi setiap sudut jalan yang gulita. Sementara lantunan salawat Nabi bergemuruh menyita perhatian seluruh warga kelurahan. Puluhan warga dan santri tidak sedang pawai obor.
Mereka sedang berikhtiar meminta pertolongan Allah dari ancaman wabah coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang kian merajalela. Warga yakin virus itu akan musnah dengan pertolongan Sang Khalik.
Pembacaan salawat dengan berkeliling kampung dimulai sekitar pukul 19.30 Senin (6/4). Anak-anak yang turun dari langgar bergabung dengan para orang tua usai melaksanakan salat Isya. Senyum semringah terpancar dari setiap raut wajah warga yang mengikuti kegiatan tersebut.
Syaiful Bahri, 40, salah satu peserta salawat keliling itu mengatakan, menurut cerita nenek moyangnya, wabah virus pernah menyerang dunia beberapa puluh tahun lalu. Nama virus itu tha’un. Para ulama kala itu menyerukan agar mengelar salawat berkeliling.
Saat ini, wabah virus korona menerjang belahan dunia. Dengan demikian, warga setempat kembali pada tradisi lama. Yakni, membaca salawat keliling kampung dengan harapan mendapat syafaat Nabi.
Warga yakin virus itu atas kehendak Allah dan akan musnah juga atas kehendak-Nya. Selain memohon pertolongan dari Sang Pencipta, warga juga melaksanakan anjuran pemerintah dalam menjaga perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS).
Syaiful menyadari, Pamekasan masuk zona merah. Dua orang dinyatakan positif. Bahkan, satu di antaranya meninggal dunia. Kondisi tersebut harus diwaspadai semua pihak. Apalagi, persebaran virus korona sangat cepat.
Cara-cara mengindari virus secara medis sudah dilakukan warga. Di antaranya, menerapkan physical distancing dan selalu menggunakan masker. Tetapi, upaya itu dirasa kurang tanpa meminta pertolongan Allah.
Pembacaan burdah diikuti secara sukarela warga sekitar dan anak-anak. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan secara rutin sampai wabah korona musnah dari muka bumi. ”Semoga wabah ini segera musnah,” harapnya.
Pria berkacamata itu berharap seluruh masyarakat tidak terlalu panik. Tetapi, juga tidak abai terhadap virus tersebut. Anjuran pemerintah harus dijalankan. Kemudian, permintaan pertolongan kepada Allah juga harus ditingkatkan.
Pengasuh Ponpes Sabilul Ihsan Pamekasan KH Abdul Hamid Mannan Munif mengatakan, anjuran pemerintah seperti isolasi mandiri harus dijalani dengan baik. Sebab, Rasulullah juga menganjurkan isolasi ketika ada wabah menyerang.
Dijelaskan, ketika suatu daerah terkena wabah penyakit, Rasulullah meminta agar warga yang ada di tempat itu tidak keluar ke daerah lain. Kemudian, warga yang ada di luar daerah tidak masuk daerah terdampak wabah itu.
KH Abdul Hamid menceritakan, ketika masa kecil dulu ada wabah tha’un. Masyarakat muslim kala itu bersalawat sambil berkeliling kampung. Ketika sampai di perempatan jalan, lalu mengumandangkan azan.
Sebab, azan itu, kata Hamid, bukan hanya untuk memanggil warga salat. Tetapi, juga bisa menolak kebakaran dan meredam penyakit. ”Mari jangan terlalu panik, anjuran pemerintah diikuti, meminta pertolongan Allah juga jangan dilupakan,” ajaknya.
Ketua MUI Pamekasan KH Ali Rahbini mengatakan, burdah keliling itu diyakini oleh masyarakat bisa mencegah wabah. Sampai sekarang, MUI belum mengeluarkan fatwa mengenai kegiatan tersebut.
Para kiai hanya meminta agar masyarakat yang menggelar burdah keliling mematuhi protokol kesehatan. Di antaranya, menjaga jarak dan menggunakan masker ketika menggelar kegiatan tersebut.
Kemudian, tidak boleh ada masalah baru dari kegiatan itu. Misalnya, bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Lalu, tidak menggunakan alat musik di luar ajaran agama.
”Jangan sampai melanggar protokol kesehatan dan norma agama, itu pesan kami. Kalau MUI sendiri belum mengeluarkan fatwa,” tandasnya.