26.4 C
Madura
Sunday, March 26, 2023

Satu Jam Bersama Nur Hasanah, Pemeran Utama Film Sang Huffadz

SUMENEP – Berperan menjadi orang lain tidaklah mudah. Dalam film, pemeran dituntut menjiwai sosok yang diperankannya. Meski bertolak belakang dengan sifat asli sang pemeran. Bagaimana Nur Hasanah menjiwai peraNnya sebagai Nyai Nurainiyah dalam film Sang Hufadz?

Almarhumah Nyai Nurainiyah merupakan ibunda Bupati Sumenep KH. A. Busyro Karim. Sang Huffadz adalah sebuah film yang bercerita Nyai Nurainiyah semasa hidup. Film besutan sutradara Nur Khalis itu rencananya tayang perdana Desember mendatang.

Selasa (6/11) kantor Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Biro Sumenep kedatangan tamu istimewa. Pemeran utama film Sang Hufadz, yakni Nur Hasanah menyempatkan diri bekunjung.

Sekilas tidak ada yang istimewa dari penampilan perempuan 55 tahun itu. Perempuan yang memang berprofesi sebagai guru di SDN Panagan, Kecamatan Gapura, Sumenep, itu berpenampilan rapi dengan setelan baju yang dikenakannya.

Setelah berkenalan dan saling bercerita, barulah koran ini tahu kalau Nur Hasanah adalah pegiat seni. Darah seninya berasal dari almarhum ayahnya. ”Ayah saya dulu pegiat seni di Sumenep. Makanya, saya ikut terbawa,” ucapnya.

Baca Juga :  Kangen Menu Berbuka Masakan Bunda

”Saat masih muda saya sering ikut teater, musik, dan macam-macam seni lainnya,” sambung wanita yang saat ini tinggal di Desa Kebunan, Kecamatan Kota, Sumenep, itu.

Mengenai perannya dalam film Sang Huffadz, Nur Hasanah mengaku tidak mengalami kesulitan memerankan sosok Nyai Nurainiyah. Bukan tanpa alasan, Nur Hasanah memang sudah mengenal almarhumah ibunda bupati Sumenep itu sejak lama.

”Almarhum suami saya masih ada hubungan famili dengan pak bupati. Dulu saya sering main ke pondoknya, bertemu langsung, dan berinteraksi dengan beliau,” tutur perempuan yang akrab disapa Nur itu.

Dalam pandangannya, Nyai Nurainiyah adalah sosok perempuan yang tegar. Sebagai seorang ibu, Nyai Nurainiyah dikenal sebagai sosok yang sabar dan lembut.

”Keluarga Nyai Nurainiyah dulu tidak selalu baik-baik saja. Banyak sekali cobaan yang dihadapi. Misalnya, dulu saat Kiai Busyro mau kuliah, neneknya sakit. Dan Nyai Nurainiyah tetap sabar,” kenang Nur.

Baca Juga :  Lailatul Komariyah, Anak Abang Becak, Doktor Termuda ITS

Nur sebenarnya mengaku khawatir dengan perannya dalam film itu. Awalnya dia khawatir tidak mampu menampilkan sosok Nyai Nurainiyah secara utuh. Tetapi, kekagumannya terhadap sosok perempuan yang diperankannya mendorong dia untuk mencoba.

”Siapa yang tidak takut salah saat menjadi sosok sehebat itu. Karena bagi saya sendiri, menjadi sosok yang sabar dan tulus seperti almarhumah Nyai Nurainiyah itu sangat sulit. Apalagi di kehidupan nyata,” urai perempuan satu anak itu.

Nur berharap, film Sang Huffadz memberikan sedikit teladan bagi perempuan Madura. Keteguhan hati dan kesabaran Nyai Nurainiyah yang ditampilkan dalam film itu menggambarkan sosok perempuan Madura.

”Perempuan Madura memang seharusnya mencontoh Nyai Nurainiyah. Kalau saya boleh bilang, mungkin beliau ini adalah sosok Kartini-nya Madura,” tegas dia.

Film yang berdurasi sekitar 30 menit itu rencananya diputar di Gedung Korpri Sumenep Desember mendatang. Selain menampilkan sosok Nyai Nurainiyah, film tersebut menceritakan KH A. Busyro Karim muda. 

SUMENEP – Berperan menjadi orang lain tidaklah mudah. Dalam film, pemeran dituntut menjiwai sosok yang diperankannya. Meski bertolak belakang dengan sifat asli sang pemeran. Bagaimana Nur Hasanah menjiwai peraNnya sebagai Nyai Nurainiyah dalam film Sang Hufadz?

Almarhumah Nyai Nurainiyah merupakan ibunda Bupati Sumenep KH. A. Busyro Karim. Sang Huffadz adalah sebuah film yang bercerita Nyai Nurainiyah semasa hidup. Film besutan sutradara Nur Khalis itu rencananya tayang perdana Desember mendatang.

Selasa (6/11) kantor Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Biro Sumenep kedatangan tamu istimewa. Pemeran utama film Sang Hufadz, yakni Nur Hasanah menyempatkan diri bekunjung.


Sekilas tidak ada yang istimewa dari penampilan perempuan 55 tahun itu. Perempuan yang memang berprofesi sebagai guru di SDN Panagan, Kecamatan Gapura, Sumenep, itu berpenampilan rapi dengan setelan baju yang dikenakannya.

Setelah berkenalan dan saling bercerita, barulah koran ini tahu kalau Nur Hasanah adalah pegiat seni. Darah seninya berasal dari almarhum ayahnya. ”Ayah saya dulu pegiat seni di Sumenep. Makanya, saya ikut terbawa,” ucapnya.

Baca Juga :  Lailatul Komariyah, Anak Abang Becak, Doktor Termuda ITS

”Saat masih muda saya sering ikut teater, musik, dan macam-macam seni lainnya,” sambung wanita yang saat ini tinggal di Desa Kebunan, Kecamatan Kota, Sumenep, itu.

Mengenai perannya dalam film Sang Huffadz, Nur Hasanah mengaku tidak mengalami kesulitan memerankan sosok Nyai Nurainiyah. Bukan tanpa alasan, Nur Hasanah memang sudah mengenal almarhumah ibunda bupati Sumenep itu sejak lama.

- Advertisement -

”Almarhum suami saya masih ada hubungan famili dengan pak bupati. Dulu saya sering main ke pondoknya, bertemu langsung, dan berinteraksi dengan beliau,” tutur perempuan yang akrab disapa Nur itu.

Dalam pandangannya, Nyai Nurainiyah adalah sosok perempuan yang tegar. Sebagai seorang ibu, Nyai Nurainiyah dikenal sebagai sosok yang sabar dan lembut.

”Keluarga Nyai Nurainiyah dulu tidak selalu baik-baik saja. Banyak sekali cobaan yang dihadapi. Misalnya, dulu saat Kiai Busyro mau kuliah, neneknya sakit. Dan Nyai Nurainiyah tetap sabar,” kenang Nur.

Baca Juga :  Farah Diya Yasmine Pertahankan Gelar Juara Debat Konstitusi

Nur sebenarnya mengaku khawatir dengan perannya dalam film itu. Awalnya dia khawatir tidak mampu menampilkan sosok Nyai Nurainiyah secara utuh. Tetapi, kekagumannya terhadap sosok perempuan yang diperankannya mendorong dia untuk mencoba.

”Siapa yang tidak takut salah saat menjadi sosok sehebat itu. Karena bagi saya sendiri, menjadi sosok yang sabar dan tulus seperti almarhumah Nyai Nurainiyah itu sangat sulit. Apalagi di kehidupan nyata,” urai perempuan satu anak itu.

Nur berharap, film Sang Huffadz memberikan sedikit teladan bagi perempuan Madura. Keteguhan hati dan kesabaran Nyai Nurainiyah yang ditampilkan dalam film itu menggambarkan sosok perempuan Madura.

”Perempuan Madura memang seharusnya mencontoh Nyai Nurainiyah. Kalau saya boleh bilang, mungkin beliau ini adalah sosok Kartini-nya Madura,” tegas dia.

Film yang berdurasi sekitar 30 menit itu rencananya diputar di Gedung Korpri Sumenep Desember mendatang. Selain menampilkan sosok Nyai Nurainiyah, film tersebut menceritakan KH A. Busyro Karim muda. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/