JAKARTA – Konflik di Jalur Gaza membuat beberapa titik mengalami krisis air bersih. Untuk mengatasinya, dua Humanity Water Tank (HWT) dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) dikerahkan untuk mendistribusikan ratusan liter air.
Andi Noor Faradiba dari tim Global Humanity Response (GHR) – ACT mengatakan, distribusi air bersih dilakukan hampir setiap hari. Itu dilakukan, untuk membantu memenuhi kebutuhan air yang mendesak di Palestina.
“Tidak pernah ada yang tahu kapan listrik di Gaza mulai menyala. Pada pagi sampai siang hari, aliran listrik justru lebih sering padam. Kalau listrik padam, artinya tidak ada air bersih. Dalam kondisi seperti itu, HWT sangat diperlukan,” jelas Faradiba.
Dijelaskan, HWT berkeliling mendistribusikan air di lima wilayah di Gaza. Semuanya terbagi menjadi puluhan titik distribusi. Setelah hampir dua minggu berkeliling, HWT akan kembali lagi di titik awal. Demikian pola distribusinya.
Selain di pemukiman warga, kata Faradiba, HWT juga akan mendistribusikan bantuan air bersih ke fasilitas publik. Misalnya sekolah, masjid, klinik dan sarana-sarana umum lainnya.
“Selama satu pekan, HWT diperkirakan memberi manfaat kepada 19.400 orang. Setiap orang, akan menerima 20 liter air bersih. Kami berharap dapat meringankan beban warga Palestina,” imbuh Faradiba.
Michael Lynk, salah seorang Pelapor Khusus di PBB mengungkapkan, lebih dari 96 persen akuifer di pesisir Gaza pada tahun 2017 tidak layak dikonsumsi. Salah satu alasannya, ekstraksi berlebihan karena populasi Gaza yang sangat padat dan air terkontaminasi limbah.
Dalam laporan yang dipublikasikan untuk kantor Komisaris Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) pada 18 Maret 2019, Michael juga merinci pemicu lainnya. Misalnya blokade Israel selama 12 tahun dan perang asimetris yang membuat infrastruktur Gaza lumpuh parah.