Tidak semua hati orang terpanggil untuk mengambil peran di garda terdepan melawan covid-19. Mengabdikan diri menjadi relawan sosial bukan keputusan mudah. Atas nama kemanusiaan, mereka saling menjaga dan mengingatkan tentang bahaya virus korona.
JUNAIDI PONDIYANTO, Sumenep, RadarMadura.id
PERBATASAN Pamekasan–Sumenep dijaga ketat. Setiap orang yang hendak masuk Bumi Sumekar harus menjalani pemeriksaan. Mereka harus melalui penyemprotan cairan disinfektan, pemeriksaan suhu tubuh, dan pendataan identitas.
Semua itu dilakukan untk memastikan bahwa setiap orang yang masuk terdata. Juga untuk mencegah potensi penularan coronavirus disease 2019 (Covid-19). Petugas gabungan dari lintas instansi berjaga di perbatasan itu. Mulai dari tim dinas kesehatan (dinkes), kepolisian, TNI, satpol PP, dan lain-lain.
Mereka selalu siap berjalan di tiga perbatasan. Pos selatan di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan; pos tengah di Kecamatan Guluk-Guluk; dan pos utara di Kecamatan Pasongsongan. Para petugas selalu siaga.
Khotibatul Ummah, perawat di Puskesmas Pragaan mengungkapkan, biasanya tenaga kesehatan sif dengan santai, bercanda. Namun, kali ini suasana pandemi korona membuat jadi berbeda. Satu keadaan membuat cerita yang tak lagi sama.
Para petugas kesehatan ini akan bergantian sif tiga kali selama 24 jam dengan teman sejawat yang lain. Dengan balutan alat pelindung diri (APD) di badan.
”Bila malam, kami akan sif dari jam 9 malam hingga jam 7 pagi,” tulis lulusan Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab, Sampang, melalui akun Facebook-nya Ummah El Kamil itu Sabtu (28/3) pukul 22.00.
Selain mereka, ada tim ”pemain belakang”. Mereka yang berusaha menggalang donasi untuk didistribusikan kepada tim di posko. Mereka inilah relawan yang tergabung dalam Gusdurian Peduli.
Gusdurian Peduli merupakan kelompok yang bergerak pada zona kemanusiasn. Selalu ikut terlibat dalam kegiatan sosial kebencanaan. Dari menyiapkan tim dan logistik. Atau, memberikan bantuan hingga menyiapkan relawan reaksi cepat. Secara nasional, komunitas ini dipimpin langsung oleh Alisa Wahid (putri Gus Dur).
Kordinator Gusdurian Peduli Covid-19 Sumenep Faiqul Khair Al-Kudus menyampaikan, relawan Gusdurian Peduli sudah aktif sejak Pemkab Sumenep menyatakan siaga Covid-19. Pihaknya terlibat aktif dalam melakukan penyemprotan disinfektan dan menjaga pos-pos perbatasan.
Termasuk menyumbang bantuan logistik kepada tim lapangan dari pemerintah yang berada di garda terdepan. Seperti tenaga medis di posko perbatasan. Hand sanitizer, makanan bergizi, multivitamin, susu, dan APD. Bantuan itu diberikan setiap hari.
Selain itu, ikut serta membantu pendataan bagi warga terdampak. Misalnya, masyarakat dengan berbagai profesi yang berpenghasilan pas-pasan setiap hari. Data itu disiapkan untuk memudahkan dalam penyaluran bantuan apabila menjadi zona merah.
Sama seperti tim medis, mereka menjaga perbatasan. Hujan biasa dirasakan. Namun, tim hanya terlibat saat malam hari. Sebab, saat itu merupakan saat-saat yang melelahkan bagi petugas. Sehingga, relawan ini menjadi pelapis dari tim yang sudah berjaga dari pihak pemerintah itu.
Faiq mengungkapkan, menjadi relawan bukan berarti tidak takut penyakit. Namun, sesuai dengan pemikiran Gus Dur bahwa, untuk melakukan hal kemanusiaan tanpa harus bersyarat. Untuk itu, protokol kesehatan yang diterapkan bagi relawan juga sangat ketat dan harus dijalankan.
”Kampanye kita sederhana. Yaitu, mari saling jaga, jangan keluar rumah, dan jaga jarak Anda,” tuturnya.
Bantuan yang disebarkan selama ini bersumber swadaya. Penggalangan dan penyaluran dana dilakukan sendiri. Sekretariat Nasional Gusdurian juga sudah menyiapkan anggaran untuk bantuan.
Namun, dana itu belum bisa diakses selama wilayah tersebut belum tergolong zona merah. Gusdurian Peduli juga memiliki protokol tersendiri dalam menangani zona wilayah. Baik dari wilayah hijau, kuning, hingga zona merah.
”Dana dari pusat bisa kita cairkan kalau di Sumenep tergolong zona merah. Semoga tidak terjadi dan kita tetap akan memaksimalkan dari dana yang dijaring secara mandiri,” jelasnya.
Koordinator Gusdurian Sumenep Zainollah menyampaikan, tindakan sosial ini dilakukan tanpa membatasi waktu. Selama situasi ini dianggap membutuhkan relawan untuk menangkal Covid-19, selama itu pula Gusdurian akan terus andil ikut berperan.
Semua dilakukan serbamandiri. Mengumpulkan hingga menyalurkan bantuan logistik. Penyemprotan disinfektan yang dilakukan setiap hari juga mandiri. Siapa pun bisa menghubungi relawan Gusdurian untuk dilakukan strerilisasi.
Terutama, untuk lokasi yang tidak terjamah dari kegiatan sterilisasi pemerintah. Untuk ketelibatan dalam penjagaan pos, dilakukan secara bergantian setiap malam. Rata-rata tim berjumlah delapan orang. Termasuk organisasi lain juga ada yang tergabung dalam tim Gusdurian Peduli.
”Jiwa kemanusiaan kita kali ini benar-benar terpanggil. Dengan adanya wabah korona dan dampak-dampak sosial lain,” tandasnya.