PAMEKASAN – Luka mendalam masih terasa atas meninggalnya guru Achmad Budi Cahyanto. Aksi solidariras terus berdatangan. Salah satunya ditunjukkan Pramuka SMA Maarif 1 Pamekasan dengan mengibarkan bendera setengah tiang.
Gerimis turun satu-satu saat upacara mengenang almarhum Achmad Budi Cahyanto akan digelar Pramuka SMA Maarif 1 Pamekasan, Sabtu (3/2). Langit seakan ikut menangis atas wafatnya guru kesenian tersebut. Pun demikian, wajah-wajah sedih terpancar dari puluhan siswa yang ikut upacara.
Meski diwarnai gerimis halus, upacara tetap dilanjutkan. Rasa cinta akan pengorbanan sang guru menjadi alasan kuat mengapa para siswa tersebut tetap bertahan. Mereka sedih karena seorang guru harus meregang nyawa diduga akibat ulah dari muridnya sendiri.
Seperti upacara pada umumnya, mereka menggelar baris berbaris. Kemudian diisi dengan pengibaran bendera merah putih. Bedanya, bendera yang dikibarkan hanya separo tiang alias setengah tiang.
Pembina Pramuka SMA Maarif 1 Pamekasan Fadoli menjelaskan, aksi ini sebagai solidaritas. Pihaknya merasa prihatin karena sesama mengabdi di dunia pendidikan. ”Kami berharap kejadian yang menimpah Bapak Budi cukup terjadi sekali. Ke depan semoga tidak ada tragedi yang sama,” katanya.
Di sela-sela upacara, seorang siswa membacakan sajak yang dipersembahkan untuk almarhum Achmad Budi Cahyanto. Baca puisi ini diiringi dengan paduan suara. Mereka menyanyikan lagu Terima Kasih Guru.
Setelah pembacaan puisi, mereka melanjutkan dengan tabur bunga di foto almarhum yang sudah dipajang di halaman sekolah. Dimulai dari Fadoli pembina pramuka, Ketua Pramuka Salafiyah, dan Waka Kesiswaan SMA Maarif 1 Najmus Syakib.
Acara ini kemudian ditutup dengan tahlil bersama yang dikhususkan kepada almarhum Budi. Najmus Syakib bertindak sebagai pemimpin tahlil. Dengan penuh khusyuk, para siswa turut mengiringi di belakangnya.
Seperti Fadoli, Najmus Syakib juga berharap agar tragedi maut yang menimpa guru Budi tidak terulang. Menurutnya, ada satu hal yang perlu diperhatikan ke depan. Yakni pentingnya mengedepankan pendidikan karakter bagi siswa.
Baginya, pendidikan karakter lebih penting daripada sekadar menghafal teori-teori. Sebab tanpa karakter, jiwa siswa akan kering. Mereka akan lupa bahwa yang mendidik dan membuat cerdas adalah para guru.
”Pendidikan karakter ini sangat penting bagi siswa. Terlebih kami berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang memang mengedepankan nilai-nilai akhlakul karimah,” tukasnya.