21.5 C
Madura
Tuesday, June 6, 2023

Tarawih di Masjid, Akrab dengan Seluruh Penggawa

SUMENEP – Musim ini Mei Handoko Prastiyo merasa berbeda dalam melaksanakan ibadah puasa. Berpuasa di tanah kelahiran dan dekat dengan kampung halaman membuat gelandang Madura FC itu senang.

Siang yang terik bisa saja membuat malas untuk aktivitas di luar ruangan. Terlebih sedang menjalani ibadah puasa. Namun Mei Handoko Prastiyo tak ingin mengeluh. Ini merupakan tanggung jawab sebagai pesepak bola.

Jumat sore (1/6), pesepak bola yang akrab disapa Prastiyo itu bersiap untuk melaksanakan ibadah salat Asar. Masjid cukup dekat dengan mes pemain Madura FC di Jalan Guntur atau sebelah utara Stadion Achmad Yani, Sumenep.

Prastiyo tak pernah absen salat. Tak terkecuali salat tarawih. ”Saya berusaha selalu salat tarawih di masjid. Alhamdulillah sampai sekarang tidak bolong,” katanya.

Pesepak bola kelahiran Sampang tersebut merasakan suasana yang cukup berbeda melaksanakan ibadah puasa di Kota Sumekar. Musim lalu Prastiyo menjalani puasa di Surabaya bersama Persebaya.

Baca Juga :  Residivis Kasus Curanmor di Bangkalan Babak Belur Diamuk Massa

”Enaknya, di sini bisa puasa di tanah kelahiran dan dekat dengan rumah,” imbuh Prastiyo. Orang tua pesepak bola yang berposisi sebagai gelandang itu berasal dari Sampang.

Libur seminggu di awal Ramadan lalu, Prastiyo lakukan di Sampang. ”Kalau seperti ini biasanya sering telepon. Saya di Sumenep, orang tua di Sampang,” ungkapnya.

Usai salat Asar, pesepak bola 21 tahun tersebut mulai bersiap berangkat menuju stadion. Latihan rutin dilakukan skuad Laskar Jokotole meski kompetisi Liga 2 diliburkan selama Ramadan.

Prastiyo mengaku tak mengalami kendala dalam berpuasa sambil berlatih. Hanya, dia teringat ketika masih membela Persebaya. Saat berpuasa, Prastiyo tetap harus berlatih bersama tim.

Pesepak bola kelahiran 23 Mei 1997 itu mengaku sempat mengalami kendala di awal-awal menjalani puasa bersama Persebaya. ”Itu kali pertama saya puasa sambil berlatih. Sebenarnya bukan kendala, hanya belum terbiasa saja,” tuturnya.

Baca Juga :  Mereka yang Sempat Menulis di Tengah Kesibukan Mendidik Siswa (1)

Pesepak bola yang memulai karir profesionalnya sejak musim lalu itu mengaku senang bisa membela Madura FC. Terlebih, dia memang bertekad membawa klub kebanggaan masyarakat Sumenep tersebut lolos ke Liga 1.

”Itu keinginan saya. Bisa bawa klub asal tanah kelahiran saya ke Liga 1. Sama seperti musim lalu bersama Persebaya,” ujar Prastiyo. Keakraban dengan sejumlah pemain juga membuat Prastiyo betah.

Seluruh penggawa sudah dianggap sebagai keluarga keduanya selama ini. Dan dia sering melewatkan waktu bersama pemain lain sembari menunggu waktu berbuka. ”Kalau sama pemain senior saya sering sharing,” ucap pemilik nomor punggung 23 tersebut.

 

SUMENEP – Musim ini Mei Handoko Prastiyo merasa berbeda dalam melaksanakan ibadah puasa. Berpuasa di tanah kelahiran dan dekat dengan kampung halaman membuat gelandang Madura FC itu senang.

Siang yang terik bisa saja membuat malas untuk aktivitas di luar ruangan. Terlebih sedang menjalani ibadah puasa. Namun Mei Handoko Prastiyo tak ingin mengeluh. Ini merupakan tanggung jawab sebagai pesepak bola.

Jumat sore (1/6), pesepak bola yang akrab disapa Prastiyo itu bersiap untuk melaksanakan ibadah salat Asar. Masjid cukup dekat dengan mes pemain Madura FC di Jalan Guntur atau sebelah utara Stadion Achmad Yani, Sumenep.


Prastiyo tak pernah absen salat. Tak terkecuali salat tarawih. ”Saya berusaha selalu salat tarawih di masjid. Alhamdulillah sampai sekarang tidak bolong,” katanya.

Pesepak bola kelahiran Sampang tersebut merasakan suasana yang cukup berbeda melaksanakan ibadah puasa di Kota Sumekar. Musim lalu Prastiyo menjalani puasa di Surabaya bersama Persebaya.

Baca Juga :  Perempuan Harus Diperlakukan Layaknya Pejuang

”Enaknya, di sini bisa puasa di tanah kelahiran dan dekat dengan rumah,” imbuh Prastiyo. Orang tua pesepak bola yang berposisi sebagai gelandang itu berasal dari Sampang.

Libur seminggu di awal Ramadan lalu, Prastiyo lakukan di Sampang. ”Kalau seperti ini biasanya sering telepon. Saya di Sumenep, orang tua di Sampang,” ungkapnya.

- Advertisement -

Usai salat Asar, pesepak bola 21 tahun tersebut mulai bersiap berangkat menuju stadion. Latihan rutin dilakukan skuad Laskar Jokotole meski kompetisi Liga 2 diliburkan selama Ramadan.

Prastiyo mengaku tak mengalami kendala dalam berpuasa sambil berlatih. Hanya, dia teringat ketika masih membela Persebaya. Saat berpuasa, Prastiyo tetap harus berlatih bersama tim.

Pesepak bola kelahiran 23 Mei 1997 itu mengaku sempat mengalami kendala di awal-awal menjalani puasa bersama Persebaya. ”Itu kali pertama saya puasa sambil berlatih. Sebenarnya bukan kendala, hanya belum terbiasa saja,” tuturnya.

Baca Juga :  Budaya Karja Menurut Kacamata Budayawan Madura

Pesepak bola yang memulai karir profesionalnya sejak musim lalu itu mengaku senang bisa membela Madura FC. Terlebih, dia memang bertekad membawa klub kebanggaan masyarakat Sumenep tersebut lolos ke Liga 1.

”Itu keinginan saya. Bisa bawa klub asal tanah kelahiran saya ke Liga 1. Sama seperti musim lalu bersama Persebaya,” ujar Prastiyo. Keakraban dengan sejumlah pemain juga membuat Prastiyo betah.

Seluruh penggawa sudah dianggap sebagai keluarga keduanya selama ini. Dan dia sering melewatkan waktu bersama pemain lain sembari menunggu waktu berbuka. ”Kalau sama pemain senior saya sering sharing,” ucap pemilik nomor punggung 23 tersebut.

 

Artikel Terkait

Most Read

Dalami Dugaan Kecurangan Pemilu

Ribuan Pendaftar CPNS-PPPK Gugur

Anggaran Rp 144 M Ngendap

Artikel Terbaru

/