21.6 C
Madura
Friday, June 9, 2023

Garda Terdepan Petugas Kemanusiaan Cegah Covid-19 (2)

Dokter spesialis paru hanya satu. Tapi, keterbatasan tenaga tidak menghalangi pengabdian. Tenaga kesehatan di Sampang selalu siaga.

ANIS BILLAH, RadarMadura.id, Sampang

RATUSAN santri berbaju putih dan bersarung hijau memasuki Posko Percepatan Penanganan Covid-19 Sampang kemarin (2/4). Terdapat puluhan kursi yang sudah tertata di dalam Gedung Kesenian itu. Kemudian, santri duduk bergantian. Setelah diperiksa oleh petugas, mereka kembali ke bus masing-masing.

Sebelum masuk, santri cuci tangan terlebih dahulu. Mereka diarahkan oleh petugas BPBD, satpol PP, dishub, polres, dan TNI. Para santri menjalani pemeriksaan sesuai dengan petunjuk petugas.

Tak lama kemudian datang empat orang berpakaian putih. Mereka mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Dari kepala hingga kaki tertutup. Hanya kedua kelopak mata yang bisa dilihat. Tepat di dahi petugas tersebut tertulis Puskesmas Banyuanyar.

Baca Juga :  Kontribusi Ikasda dalam Pengembangan Pesantren dan Masyarakat

Humas Dinkes Sampang Yuliono mengatakan, empat orang tersebut merupakan dokter yang ditugaskan menangani Covid-19 di Puskesmas Banyuanyar. Mereka sengaja didatangkan untuk memeriksa rombongan santri dari Ponpes Sidogiri.

Menurutnya, tidak mudah untuk menjadi tenaga kesehatan Covid-19. Selain harus siap lahir batin, mereka harus stand by 24 jam. Hal itu untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba ada pasien yang membutuhkan tenaganya.

”Petugas kesehatan itu menjalankan tugas hampir 24 jam. Dituntut harus aktif dalam menangani kasus korona,” katanya.

Hal itu terjadi karena keterbatasan petugas kesehatan yang dimiliki Kabupaten Sampang. Pasalnya, dokter spesialis paru yang bertugas di Kota Bahari hanya satu orang. Kemudian, dibantu dengan dokter spesialis anak dua orang.

Karena itu, jika kesehatan petugas tersebut terganggu, otomatis akan berpengaruh terhadap pelayanan. Apalagi, sampai terpapar virus korona. Otomatis dokter tersebut harus menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga :  Ismi Maisaroh, Mahasiswi Ciptakan Pengusir Nyamuk dari Ampas Kopi

”Kita memiliki tenaga medis yang terbatas. Kalau mereka sakit, akan kebingungan untuk melayani masyarakat,” ujarnya.

Di tengah keterbatasan tersebut, pria yang akrab disapa Yuli itu meminta masyarakat ikut membantu menghalau virus korona. Caranya, dengan melakukan antisipasi agar tidak terpapar. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Masyarakat bisa membatasi diri di rumah masing-masing. Kemudian, menjaga jarak (social distancing), cuci tangan, memakai masker, dan tidak masuk ke kerumunan massa. Di samping itu, imunitas tubuh dijaga agar siap menghadapi serangan virus korona.

”Jadi, dokter yang ada di sini harus dijaga. Sebab, mereka yang paling rentan terpapar karena berkontak langsung dengan pasien. Apalagi persebaran virus korona sangat cepat,” tukasnya.

Dokter spesialis paru hanya satu. Tapi, keterbatasan tenaga tidak menghalangi pengabdian. Tenaga kesehatan di Sampang selalu siaga.

ANIS BILLAH, RadarMadura.id, Sampang

RATUSAN santri berbaju putih dan bersarung hijau memasuki Posko Percepatan Penanganan Covid-19 Sampang kemarin (2/4). Terdapat puluhan kursi yang sudah tertata di dalam Gedung Kesenian itu. Kemudian, santri duduk bergantian. Setelah diperiksa oleh petugas, mereka kembali ke bus masing-masing.


Sebelum masuk, santri cuci tangan terlebih dahulu. Mereka diarahkan oleh petugas BPBD, satpol PP, dishub, polres, dan TNI. Para santri menjalani pemeriksaan sesuai dengan petunjuk petugas.

Tak lama kemudian datang empat orang berpakaian putih. Mereka mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Dari kepala hingga kaki tertutup. Hanya kedua kelopak mata yang bisa dilihat. Tepat di dahi petugas tersebut tertulis Puskesmas Banyuanyar.

Baca Juga :  Lebih Dekat dengan Kapolres Bangkalan AKBP Rama Samtama Putra

Humas Dinkes Sampang Yuliono mengatakan, empat orang tersebut merupakan dokter yang ditugaskan menangani Covid-19 di Puskesmas Banyuanyar. Mereka sengaja didatangkan untuk memeriksa rombongan santri dari Ponpes Sidogiri.

Menurutnya, tidak mudah untuk menjadi tenaga kesehatan Covid-19. Selain harus siap lahir batin, mereka harus stand by 24 jam. Hal itu untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba ada pasien yang membutuhkan tenaganya.

- Advertisement -

”Petugas kesehatan itu menjalankan tugas hampir 24 jam. Dituntut harus aktif dalam menangani kasus korona,” katanya.

Hal itu terjadi karena keterbatasan petugas kesehatan yang dimiliki Kabupaten Sampang. Pasalnya, dokter spesialis paru yang bertugas di Kota Bahari hanya satu orang. Kemudian, dibantu dengan dokter spesialis anak dua orang.

Karena itu, jika kesehatan petugas tersebut terganggu, otomatis akan berpengaruh terhadap pelayanan. Apalagi, sampai terpapar virus korona. Otomatis dokter tersebut harus menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga :  Cerita Sahwinto, Salah Seorang Korban Laka Lantas Selamat

”Kita memiliki tenaga medis yang terbatas. Kalau mereka sakit, akan kebingungan untuk melayani masyarakat,” ujarnya.

Di tengah keterbatasan tersebut, pria yang akrab disapa Yuli itu meminta masyarakat ikut membantu menghalau virus korona. Caranya, dengan melakukan antisipasi agar tidak terpapar. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Masyarakat bisa membatasi diri di rumah masing-masing. Kemudian, menjaga jarak (social distancing), cuci tangan, memakai masker, dan tidak masuk ke kerumunan massa. Di samping itu, imunitas tubuh dijaga agar siap menghadapi serangan virus korona.

”Jadi, dokter yang ada di sini harus dijaga. Sebab, mereka yang paling rentan terpapar karena berkontak langsung dengan pasien. Apalagi persebaran virus korona sangat cepat,” tukasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/