27.9 C
Madura
Monday, June 5, 2023

Mengunjungi Sumur Bekas Ari-Ari Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan

Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif meninggalkan banyak jejak berharga. Karamah ulama asal Bangkalan ini terlihat semenjak baru lahir. Tanah tempat ari-ari tokoh karismatik itu kini dilestarikan menjadi sumur.

 

DAFIR FALAH, Bangkalan, Jawa Pos Radar Madura

 

HAJI Abdul Latif bin Bindara Tasan menunjukkan lokasi sumur yang dulu merupakan tempat ari-ari Syaikhona Muhammad Kholil dikubur sesaat setelah Jawa Pos Radar Madura (JPRM) tiba.

Sumur itu tak ubahnya sumur pada umumnya. Sumur itu diberi tembok pembatas berwarna hijau dan kuning. Pada dinding tembok terdapat tulisan ”sandal harap dilepas”. Juga terdapat tulisan rapi berukuran F4 dilaminating.

Kertas sisi luar itu berisi tulisan ”Ari-ari Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif”. Sementara sisi dalam bertulis ”Air ini tidak untuk diperjualbelikan”.

Sumur itu lengkap dengan timba air terbuat dari kaleng bekas cat. Pengunjung bisa dengan mudah mengambil air. Kedalaman sumur berkisar 3 meter. Air dalam sumur itu sangat jernih.

Pria yang bertugas sebagai penjaga itu bercerita panjang lebar tentang awal mula keberadaan sumur di area Ponpes Mambaus Salam, Senenan, Bangkalan, tersebut. Dia menyampaikan, saat Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif lahir, ari-arinya dikubur tepat di lokasi sumur ini.

Baca Juga :  Fauroq Maret Menuju Thailand, Juli Berangkat ke Jepang

Tidak lama setelah dipendam, tempat ari-ari itu merembes air. Lalu, keluarga besar dari ulama yang diajukan sebagai gelar pahlawan nasional itu tetap membiarkan. Sebab, semula dianggap kejadian biasa.

Namun, semakin lama rembesan air itu justru bertambah besar. Bahkan, saat putri Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif, yakni Nyai Hj Asma, menikah dengan KH Yasin, rembesan air itu belum berhenti.

Akhirnya, sang menantu membuat sumur tepat di lokasi ari-ari Syaikhona dikubur. Sebab, sumber airnya cukup besar. ”Meskipun kedalamannya paling 3 meter, dari dulu hingga sekarang tetap saja tidak berkurang. Segitu-gitu saja,” tutur Haji Abdul Latif.

Kemarau boleh panjang. Namun, ari-ari sumur itu tidak pernah kering. ”Padahal, pengunjung juga sering mengambil, tetap saja airnya segitu,” ucapnya Senin (1/3).

Semasa hidup Nyai Hj. Asma dengan KH Yasin, air sumur tersebut digunakan untuk mandi. Juga untuk kebutuhan memasak. Sesekali untuk dikonsumsi. Selain itu, dari dulu sampai sekarang santri juga meminum air sumur tersebut.

Baca Juga :  Manfaatkan KIA untuk Mengenalkan Identitas Anak sejak Dini

Pengunjung dari berbagai daerah juga datang untuk mengambil. Atas izin Allah, air sumur itu menjadi perantara untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Terutama dalam proses persalinan atau melahirkan.

”Kebanyakan ibu-ibu yang hamil dengan usia kehamilan 7–8 bulan sering mengambil air di sini. Atas izin Allah, banyak kejadian bisa memperlancar proses persalinan,” katanya.

Suatu ketika, kenang Haji Abdul Latif, ada seorang perempuan hamil dibawa ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan dokter, bayi dalam kandungannya dinyatakan meninggal. Terpaksa menjalani operasi Caesar. Namun, keluarga tidak punya biaya untuk dilakukan tindakan operasi.

Pihak keluarga membawa perempuan itu pulang. Lalu, ada yang mengambil air di sumur ini untuk diminum. Atas izin Allah, bayi yang mati dalam kandungan itu bisa keluar. ”Alhamdulillah, ibu dari bayi yang meninggal itu selamat,” papar pria berkopiah putih itu.

Selain itu, banyak orang yang mengambil air tersebut untuk mendapatkan barokah dari Syaikhona Muhammad Kholil. ”Tapi, saya tegaskan, air sumur ini tidak diperjualbelikan. Warga boleh mengambil tanpa harus membayar. Semoga saja semuanya dapat barokah dari beliau,” tutupnya.

Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif meninggalkan banyak jejak berharga. Karamah ulama asal Bangkalan ini terlihat semenjak baru lahir. Tanah tempat ari-ari tokoh karismatik itu kini dilestarikan menjadi sumur.

 

DAFIR FALAH, Bangkalan, Jawa Pos Radar Madura


 

HAJI Abdul Latif bin Bindara Tasan menunjukkan lokasi sumur yang dulu merupakan tempat ari-ari Syaikhona Muhammad Kholil dikubur sesaat setelah Jawa Pos Radar Madura (JPRM) tiba.

Sumur itu tak ubahnya sumur pada umumnya. Sumur itu diberi tembok pembatas berwarna hijau dan kuning. Pada dinding tembok terdapat tulisan ”sandal harap dilepas”. Juga terdapat tulisan rapi berukuran F4 dilaminating.

Kertas sisi luar itu berisi tulisan ”Ari-ari Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif”. Sementara sisi dalam bertulis ”Air ini tidak untuk diperjualbelikan”.

- Advertisement -

Sumur itu lengkap dengan timba air terbuat dari kaleng bekas cat. Pengunjung bisa dengan mudah mengambil air. Kedalaman sumur berkisar 3 meter. Air dalam sumur itu sangat jernih.

Pria yang bertugas sebagai penjaga itu bercerita panjang lebar tentang awal mula keberadaan sumur di area Ponpes Mambaus Salam, Senenan, Bangkalan, tersebut. Dia menyampaikan, saat Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif lahir, ari-arinya dikubur tepat di lokasi sumur ini.

Baca Juga :  Sisi Lain Puluhan Paus Pilot Terdampar di Selat Madura

Tidak lama setelah dipendam, tempat ari-ari itu merembes air. Lalu, keluarga besar dari ulama yang diajukan sebagai gelar pahlawan nasional itu tetap membiarkan. Sebab, semula dianggap kejadian biasa.

Namun, semakin lama rembesan air itu justru bertambah besar. Bahkan, saat putri Syaikhona Muhammad Kholil bin Abd. Latif, yakni Nyai Hj Asma, menikah dengan KH Yasin, rembesan air itu belum berhenti.

Akhirnya, sang menantu membuat sumur tepat di lokasi ari-ari Syaikhona dikubur. Sebab, sumber airnya cukup besar. ”Meskipun kedalamannya paling 3 meter, dari dulu hingga sekarang tetap saja tidak berkurang. Segitu-gitu saja,” tutur Haji Abdul Latif.

Kemarau boleh panjang. Namun, ari-ari sumur itu tidak pernah kering. ”Padahal, pengunjung juga sering mengambil, tetap saja airnya segitu,” ucapnya Senin (1/3).

Semasa hidup Nyai Hj. Asma dengan KH Yasin, air sumur tersebut digunakan untuk mandi. Juga untuk kebutuhan memasak. Sesekali untuk dikonsumsi. Selain itu, dari dulu sampai sekarang santri juga meminum air sumur tersebut.

Baca Juga :  Manfaatkan KIA untuk Mengenalkan Identitas Anak sejak Dini

Pengunjung dari berbagai daerah juga datang untuk mengambil. Atas izin Allah, air sumur itu menjadi perantara untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Terutama dalam proses persalinan atau melahirkan.

”Kebanyakan ibu-ibu yang hamil dengan usia kehamilan 7–8 bulan sering mengambil air di sini. Atas izin Allah, banyak kejadian bisa memperlancar proses persalinan,” katanya.

Suatu ketika, kenang Haji Abdul Latif, ada seorang perempuan hamil dibawa ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan dokter, bayi dalam kandungannya dinyatakan meninggal. Terpaksa menjalani operasi Caesar. Namun, keluarga tidak punya biaya untuk dilakukan tindakan operasi.

Pihak keluarga membawa perempuan itu pulang. Lalu, ada yang mengambil air di sumur ini untuk diminum. Atas izin Allah, bayi yang mati dalam kandungan itu bisa keluar. ”Alhamdulillah, ibu dari bayi yang meninggal itu selamat,” papar pria berkopiah putih itu.

Selain itu, banyak orang yang mengambil air tersebut untuk mendapatkan barokah dari Syaikhona Muhammad Kholil. ”Tapi, saya tegaskan, air sumur ini tidak diperjualbelikan. Warga boleh mengambil tanpa harus membayar. Semoga saja semuanya dapat barokah dari beliau,” tutupnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/