28 C
Madura
Monday, May 29, 2023

SDN Arjasa 1, Salah Satu Bangunan Peninggalan Belanda di Pulau Kangean

Sumenep menyimpan banyak sejarah. Banyak bangunan peninggalan zaman penjajahan Belanda yang hingga saat ini masih berdiri. Salah satunya, bangunan SDN Arjasa 1 di Pulau Kangean.

MUSTAJI, Sumenep

SEKILAS tidak ada yang berbeda dari SDN Arjasa 1. Bangunan sekolah di Desa Arjasa itu berada tidak jauh dari pusat kecamatan. Jawa Pos Radar Madura bersama rombongan tim inventaris Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep mendatangi sekolah tersebut.

Guru dan Kepala SDN Arjasa 1 Akhmad Hariri menyambut kedatangan rombongan itu. Suara ramai terdengar dari ruang kelas. Terlihat murid-murid belajar bersama guru.

Ornamen dinding, bangku, dan langit-langit ruang kelas SDN Arjasa 1 berbeda dari kebanyakan sekolah lain. Bangunan yang terlihat tua itu masih kukuh meski plafon kelas sudah dipasangi asbes. Namun, masih terlihat anyaman bambu dari plafon asbes yang bolong.

Meja dan kursi tidak seperti biasa. Meja berbentuk miring dengan kolong yang dilengkapi kotak penyimpanan barang. Ukuran kursi disesuaikan. Untuk kelas 1, kursi dan meja berukuran lebih kecil dan lebih rendah. Ukuran kursi dan meja semakin besar di kelas 2, 3, dan seterusnya.

Baca Juga :  Wisuda 430 Mahasiswa, Prinsip Lulusan Moderasi Beragama

Di dinding atas ada ventilasi udara. Ukiran pintu dan daun jendela mengesankan bangunan tua. Ukurannya pun lebih tebal dan teksturnya lebih keras. ”Sepertinya terbuat dari kayu jati alas,” kata Hariri.

Ternyata, bangunan tersebut adalah sekolah pertama yang ada di Kecamatan Arjasa. Sekolah tersebut pertama dibangun pada 1916 oleh pemerintah Hindia Belanda. Awalnya hanya ada satu bangunan dengan enam ruang kelas.

Sayangnya, sudah ada beberapa perubahan mulai gedung sekolah itu pertama dibangun. Di antaranya, lantai teras dan setengah badan tembok depan sudah dipasangi keramik. Selain itu, pelafon yang dulunya memakai anyaman bambu telah diubah dengan asbes meskipun anyaman bambu masih ada di dalam. Warna cat juga sudah diubah.

Baca Juga :  Ajib Siap Kawal Program Prioritas Bupati-Wabup

Selain perubahan itu, semua masih sama seperti saat kali pertama dibangun. ”Ini semua masih asli. Daun pintu, daun jendela, bentuk bangunan, semua masih sama. Bahkan, drainase di depan ruang kelas juga belum diubah sama sekali,” urai Hariri.

Saat ini SDN Arjasa 1 memiliki fasilitas tambahan. Yaitu, dua ruang kelas baru, satu ruang perpustakaan, satu bangunan perumahan guru, dan satu ruang guru. ”Dulu pernah ada aktivis dari Belanda yang datang ke sini untuk mengajar. Mereka juga meneliti tentang peninggalan pendahulu-pendahulunya di sini,” ungkap Hariri sambil menunjukkan ruang kelas tua.

Pihak sekolah sengaja menjaga keaslian bangunan kelas tersebut. Menurut mereka, bangunan tua peninggalan Belanda itu memiliki kesan tersendiri. ”Bangunan ini sudah didata oleh petugas dari Dinas Pariwiasata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Sumenep,” pungkasnya.

Sumenep menyimpan banyak sejarah. Banyak bangunan peninggalan zaman penjajahan Belanda yang hingga saat ini masih berdiri. Salah satunya, bangunan SDN Arjasa 1 di Pulau Kangean.

MUSTAJI, Sumenep

SEKILAS tidak ada yang berbeda dari SDN Arjasa 1. Bangunan sekolah di Desa Arjasa itu berada tidak jauh dari pusat kecamatan. Jawa Pos Radar Madura bersama rombongan tim inventaris Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep mendatangi sekolah tersebut.


Guru dan Kepala SDN Arjasa 1 Akhmad Hariri menyambut kedatangan rombongan itu. Suara ramai terdengar dari ruang kelas. Terlihat murid-murid belajar bersama guru.

Ornamen dinding, bangku, dan langit-langit ruang kelas SDN Arjasa 1 berbeda dari kebanyakan sekolah lain. Bangunan yang terlihat tua itu masih kukuh meski plafon kelas sudah dipasangi asbes. Namun, masih terlihat anyaman bambu dari plafon asbes yang bolong.

Meja dan kursi tidak seperti biasa. Meja berbentuk miring dengan kolong yang dilengkapi kotak penyimpanan barang. Ukuran kursi disesuaikan. Untuk kelas 1, kursi dan meja berukuran lebih kecil dan lebih rendah. Ukuran kursi dan meja semakin besar di kelas 2, 3, dan seterusnya.

Baca Juga :  Lebih Akrab berkat Tongkat Komando Era Majapahit

Di dinding atas ada ventilasi udara. Ukiran pintu dan daun jendela mengesankan bangunan tua. Ukurannya pun lebih tebal dan teksturnya lebih keras. ”Sepertinya terbuat dari kayu jati alas,” kata Hariri.

- Advertisement -

Ternyata, bangunan tersebut adalah sekolah pertama yang ada di Kecamatan Arjasa. Sekolah tersebut pertama dibangun pada 1916 oleh pemerintah Hindia Belanda. Awalnya hanya ada satu bangunan dengan enam ruang kelas.

Sayangnya, sudah ada beberapa perubahan mulai gedung sekolah itu pertama dibangun. Di antaranya, lantai teras dan setengah badan tembok depan sudah dipasangi keramik. Selain itu, pelafon yang dulunya memakai anyaman bambu telah diubah dengan asbes meskipun anyaman bambu masih ada di dalam. Warna cat juga sudah diubah.

Baca Juga :  Cerita Tragis Delapan Perantau Asal Sumenep di Kalimantan Timur

Selain perubahan itu, semua masih sama seperti saat kali pertama dibangun. ”Ini semua masih asli. Daun pintu, daun jendela, bentuk bangunan, semua masih sama. Bahkan, drainase di depan ruang kelas juga belum diubah sama sekali,” urai Hariri.

Saat ini SDN Arjasa 1 memiliki fasilitas tambahan. Yaitu, dua ruang kelas baru, satu ruang perpustakaan, satu bangunan perumahan guru, dan satu ruang guru. ”Dulu pernah ada aktivis dari Belanda yang datang ke sini untuk mengajar. Mereka juga meneliti tentang peninggalan pendahulu-pendahulunya di sini,” ungkap Hariri sambil menunjukkan ruang kelas tua.

Pihak sekolah sengaja menjaga keaslian bangunan kelas tersebut. Menurut mereka, bangunan tua peninggalan Belanda itu memiliki kesan tersendiri. ”Bangunan ini sudah didata oleh petugas dari Dinas Pariwiasata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Sumenep,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/