PAMEKASAN – Jarum jam menunjukkan pukul 08.30. Jalan Wahid Hasyim terlihat ramai lancar. Satpam berseragam hitam rapi berjaga di pintu utama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pamekasan.
Jawa Pos Radar Madura (JPRM) menuju sekolah kandidat penerima Adiwiyata itu. Dibantu satpam, koran ini bertemu dengan No’man Afandi, sang nakhoda sekolah berwarna hijau muda itu.
Tidak ada seorang pun santri dan santriwati lalu lalang. Suasana sepi. Sejumlah karyawan tata usaha (TU) terlihat fokus bertatap muka dengan layar komputer. Sesekali, bunyi keyboard terdengar sayu.
Tanpa menunggu lama, koran ini menuju ruang kelas X IPA IV. Kelas yang berada di gedung tingkat dua itu istimewa. Sebab, di dalamnya ada santri inspiratif dan berprestasi.
Dia adalah Indah Sukma Kartika Sari. Dara yang lahir 21 April 2001 itu patut diacungi jempol. Sebab, meski yang Mahakuasa memberikan kekurangan fisik, dia tidak pernah mengeluh dan merasa minder.
Tuhan memang tidak memberikan dua tangan kepada santri asal Desa Konang, Kecamatan Galis, Pamekasan, itu. Namun, semangat belajar dan rasa percaya dirinya tidak kalah dengan santri lain yang sempurna secara fisik.
Dari kejauhan, wajahnya berbinar. Laptop aktif berada di bangkunya. Tidak terlihat ada rasa minder di raut wajahnya. Justru, kesan semangat menggebu yang muncul saat kali pertama bertemu dengannya.
Indah mengatakan, setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu juga dengan dirinya. Sang pencipta memberikan kekurangan fisik sejak lahir. Namun, kekurangan itu tidak untuk disesali. Apalagi sampai putus asa.
Bagi Indah, kekurangan fisik tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak berprestasi. Bergantung pada kemauan diri masing-masing. ”Buat apa minder, semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan,” katanya tegas.
Mantan atlet lari itu menyampaikan, prestasi bisa diraih dengan usaha. Keterbatasan fisik bukan penentu orang berprestasi. Asal ada kemauan, pasti ada jalan menggapai semua impian.
Indah bercita-cita membahagiakan kedua orang tua dan tiga saudara kandungnya. Salah satu upaya agar cita-cita itu tercapai, semangat belajar dan mengukir prestasi.
Bahkan, Indah bertekad melanjutkan kuliah minimal S-2. Bagi dia, pendidikan adalah kunci kesuksesan. ”Kata mama, Indah harus melanjutkan sampai S-2. Indah akan menuruti kata-kata mama,” ucapnya.
Gadis yang juga kerap dipanggil Sukma itu menyampaikan, ibunya, yakni Eri Fatsiartini, adalah sosok motivator. Saat dia lelah, ibunya selalu menyemangati. Saat Indah mengukir prestasi, ibunya orang pertama yang memberikan apresiasi. ”Semoga Indah bisa membahagiakan kedua orang tua,” harapnya.
Kepala MAN 2 Pamekasan No’man Afandi mengatakan, Indah satu-satunya santri difabel di sekolah tersebut. Dia diterima menjadi santri bukan karena keterbatasannya, tapi karena prestasi.
Indah terkenal cerdas dan pintar. Dia gemar bersosialisasi. Pihak sekolah mengapresiasi Indah. Sebab, meski memiliki keterbatasan, dia tetap percaya diri dan berprestasi. ”Kami akan mengawal sampai nanti Indah melanjutkan ke perguruan tinggi,” katanya.