21.4 C
Madura
Friday, June 2, 2023

Suami Wafat, Berharap Bantuan Pemerintah

Roqibah, Janda Empat Anak Asal Batorasang, Tambelangan, Sampang

Dibanding tetangganya, beban hidup Roqibah tidak ringan. Sebab, dia harus menafkahi empat buah hatinya sendirian. Sebab, sejak awal 2020, warga Dusun Bungkak, Desa Batorasang, Kecamatan Tambelangan, itu ditinggal pergi suaminya untuk selama-lamanya.

MA’RUF, Sampang, Jawa Pos Radar Madura

UNTUK bisa menemui Roqibah tidak sulit. Dia bisa ditemui di emperen toko yang ada di Dusun Bungkak, Desa Batorasang, Kecamatan Tambelangan. Sebab, sehari-hari dia menjaga toko tersebut. Toko peracangan tersebut merupakan warisan dari mendiang suaminya.

Saat ditemui Jawa Pos Radar Madura (JPRM), wajah perempuan berusia 40 tahun itu kecapekan. Dia berbincang dengan koran ini sambil menidurkan anak bungsunya, Lailatul Mustafida. Roqibah mengakui, sejak hidup menjanda, perekonomian tidak seperti dulu. ”Sebab, kebutuhan anak-anak semakin besar,” katanya.

Roqibah menuturkan, anak sulungnya, Khoirul Rosiqin, 15, kini sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Selanjutnya, anak ketiga bernama Amir Rouf, 13, dan anak kedua bernama Yasin Bustomi. Dia masih duduk di bangku kelas III SD. ”Anak bungsu saya, Lailatul Mustafida, 4, rencananya mau masuk PAUD,” jelasnya.

Baca Juga :  Kendaraan Dinas Tak Boleh Dipakai Liburan

Karena anak-anaknya semakin besar, Roqibah harus semakin bekerja keras. Tidak bisa lagi mengandalkan penghasilan dari toko. ”Kalau saya beruntung, sehari bisa mendapatkan Rp 100 ribu. Tapi kalau sepi pembeli, tidak sampai Rp 50 ribu. Tapi, saya tetap bersyukur,” tuturnya.

Roqibah menyatakan sudah puluhan tahun tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Baik bantuan langsung tunai (BLT) maupun program keluarga harapan (PKH). ”Dulu sempat dapat beras dari Bulog. Tapi, setelah itu tidak menerima (bantuan) lagi,” ungkapnya.

Arif, salah satu keponakaan Roqibah, kepada koran ini mengatakan, kehidupan kerabatnya memang miris. Sebab, pernah tidak punya beras untuk dimasak. Bahkan, saat Lebaran tidak memiliki ayam untuk dihidangkan buat anak-anaknya. ”Padahal, tetangga yang lain potong ayam,” terangnya.

Baca Juga :  Sebulan Blangko E-KTP Kosong

Karena tidak tega, Arif minta bibinya untuk membeli ayam. Sebab, dirinya tidak tega mendengar pertanyaan sepupunya, Lailatul Mustafida, soal ibunya yang tidak menghidangkan ayam. ”Ekonomi bibi saya merosot sejak diitinggal suaminya. Barang dagangan di tokonya juga berkurang karena tidak punya modal,” tuturnya.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Sampang Mohammad Fadeli menuturkan, agar bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah, maka Roqibah harus dimasukkan dulu ke data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Caranya, harus mendapat persetujuan dari pemerintah desa dan kecamatan setempat.

”Jangan lupa menyertakan surat keterangan miskin. Setelah proses pengajuan selesai, kami akan melakukan peninjauan langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Kalau ditanya apakah nanti bisa atau tidak menerima bantuan, itu bergantung hasil survei,” pungkasnya. (c3/yan)

Dibanding tetangganya, beban hidup Roqibah tidak ringan. Sebab, dia harus menafkahi empat buah hatinya sendirian. Sebab, sejak awal 2020, warga Dusun Bungkak, Desa Batorasang, Kecamatan Tambelangan, itu ditinggal pergi suaminya untuk selama-lamanya.

MA’RUF, Sampang, Jawa Pos Radar Madura

UNTUK bisa menemui Roqibah tidak sulit. Dia bisa ditemui di emperen toko yang ada di Dusun Bungkak, Desa Batorasang, Kecamatan Tambelangan. Sebab, sehari-hari dia menjaga toko tersebut. Toko peracangan tersebut merupakan warisan dari mendiang suaminya.


Saat ditemui Jawa Pos Radar Madura (JPRM), wajah perempuan berusia 40 tahun itu kecapekan. Dia berbincang dengan koran ini sambil menidurkan anak bungsunya, Lailatul Mustafida. Roqibah mengakui, sejak hidup menjanda, perekonomian tidak seperti dulu. ”Sebab, kebutuhan anak-anak semakin besar,” katanya.

Roqibah menuturkan, anak sulungnya, Khoirul Rosiqin, 15, kini sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Selanjutnya, anak ketiga bernama Amir Rouf, 13, dan anak kedua bernama Yasin Bustomi. Dia masih duduk di bangku kelas III SD. ”Anak bungsu saya, Lailatul Mustafida, 4, rencananya mau masuk PAUD,” jelasnya.

Baca Juga :  Si Jago Merah Menyembur dari Sumur Bor Warga Sampang

Karena anak-anaknya semakin besar, Roqibah harus semakin bekerja keras. Tidak bisa lagi mengandalkan penghasilan dari toko. ”Kalau saya beruntung, sehari bisa mendapatkan Rp 100 ribu. Tapi kalau sepi pembeli, tidak sampai Rp 50 ribu. Tapi, saya tetap bersyukur,” tuturnya.

Roqibah menyatakan sudah puluhan tahun tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Baik bantuan langsung tunai (BLT) maupun program keluarga harapan (PKH). ”Dulu sempat dapat beras dari Bulog. Tapi, setelah itu tidak menerima (bantuan) lagi,” ungkapnya.

- Advertisement -

Arif, salah satu keponakaan Roqibah, kepada koran ini mengatakan, kehidupan kerabatnya memang miris. Sebab, pernah tidak punya beras untuk dimasak. Bahkan, saat Lebaran tidak memiliki ayam untuk dihidangkan buat anak-anaknya. ”Padahal, tetangga yang lain potong ayam,” terangnya.

Baca Juga :  Usulan Pokir Dewan Tidak Dibatasi

Karena tidak tega, Arif minta bibinya untuk membeli ayam. Sebab, dirinya tidak tega mendengar pertanyaan sepupunya, Lailatul Mustafida, soal ibunya yang tidak menghidangkan ayam. ”Ekonomi bibi saya merosot sejak diitinggal suaminya. Barang dagangan di tokonya juga berkurang karena tidak punya modal,” tuturnya.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Sampang Mohammad Fadeli menuturkan, agar bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah, maka Roqibah harus dimasukkan dulu ke data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Caranya, harus mendapat persetujuan dari pemerintah desa dan kecamatan setempat.

”Jangan lupa menyertakan surat keterangan miskin. Setelah proses pengajuan selesai, kami akan melakukan peninjauan langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Kalau ditanya apakah nanti bisa atau tidak menerima bantuan, itu bergantung hasil survei,” pungkasnya. (c3/yan)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/