22.1 C
Madura
Thursday, June 8, 2023

Pondok Pesantren Assirojiyyah Kajuk, Kelurahan Rongtengah, Sampang

Lulusan Tidak Memiliki Ijazah

Dana pembangunan Pondok Pesantren Assirojiyyah berasal dari alumni dan simpatisan. Termasuk arsitekturnya dan pekerjanya dari alumni. Sejak awal, pondok ini memang berusaha untuk mandiri. Terbaru, pondok membangun rumah Betang, rumah kayu khas Kalimantan Barat. Semua bahan kayu dikirim dari Kalimantan.

HENDRIYANTO, Sampang, Jawa Pos Radar Madura

Pondok Pesantren Assirojiyyah berada di Jalan Pemuda 52 C Kampung Kajuk, Sampang. Pesantren ini sudah memiliki 2,5 ribu santri putra dan 450 santri putri. Santri terbanyak dari Madura berasal dari Bangkalan dan Sampang. Santri dari luar Madura berasar dari Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Sedangkan santri paling banyak justru dari Pontianak, Kalimantan Barat.

”Alumninya saja di Kalimantan Barat mencapai seribu. Kemarin alumni Kalimantan Barat membangun rumah kayu Betang. Itu arsitek dan tukangnya dari alumni semua,” terang Pengasuh Ponpes Assirojiyyah KH Atoullah Bushiri kepada Tim Acabis JPRM.

Sistim pendidikan di Assirojiyyah salaf murni. Hal ini memang atas arahan dari pengasuh pertama Kiai Bushiri. Untuk tingkatan pendidikan dibagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkat Tahdiri yaitu untuk santri baru kelas pemula yang belum memenuhi syarat mengikuti tingkat Sanawi.

Baca Juga :  Yuk, Bersama Raih Skor IELTS Tinggi dengan Metode Belajar Teruji!

Kemudian tingkat Sanawi ditempuh selama empat tahun. Setara dengan tsanawiyah dan aliyah. Setelah itu tingkat nidhomiyah, yaitu ditempuh selama empat tahun. Lalu dilanjutkan dengan Khususiyah diikuti lulusan Nidhomiyyah. Yang terakhir tingkat Asatidz untuk para ustaz. Di samping mengajar, mereka juga belajar untuk menambah referensi keilmuan.

”Pondok kami salaf murni. Rata-rata yang mondok lamanya 10 sampai 15 tahun,” tambah kakak Ketua PCNU Sampang KH Itqon Bushiri itu.

Walaupun salaf, sejak tahun 80-an santri diperbolehkan ikut sekolah formal. Tapi di luar pondok. Seperti di SMP, SMA, SMK, dan MAN. Akan tetapi, santri harus tetap patuh pada aturan pondok dan mengikuti semua tahapan madrasan di pondok.

BERKESAN: Lingkungan pondok terdapat masjid Pondok Pesantren Assirojiyyah yang juga digunakan santri untuk mengaji kitab. (ROZY/RadarMadura.id)

Bagi santri yang ingin mendapatkan ijazah formal biasanya mengikuti sekolah formal di luar pondok. Selama ini, beberapa sekolah itu sudah bekerja sama dengan pihak pondok. Santri banyak juga yang sambil sekolah di luar. Biasanya wali santri yang ingin  anaknya punya ijazah formal sambil menyekolahkan anaknya ke sekolah diluar.

Baca Juga :  DPMD Minta Perangkat Desa Pahami Regulasi tentang Cukai Tembakau

”Muadalahnya langsung ke Allah saja. Kami tidak memiliki ijazah yang diakui kementerian. Jadi benar-benar salaf,” tegas Kiai Atoullah sembari tersenyum.

Menurutnya, pondok belum begitu mementingkan ijazah. Yang lebih urgen itu keilmuannya. Sebab esensi mondok itu memperbaiki ahlak dan keilmuanya. Walaupun salaf para santri diajari berbagai disiplin ilmu lainnya. Seperti kursus Bahasa Inggris, komputer, menjahit, dan elektronik.

”Walaupun kami salaf tetap menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” tambahnya.

Pihaknya berpesan kepada para santri agar tidak merisaukan masa depan. Walaupun tidak memiliki ijazah formal, urusan rejeki itu sudah diatur tuhan. Asalkan memperbaiki dulu ilmu agamanya.

”Kepada semua santri, maksimal belajar ilmu agama dulu. Urusan dunia biasanya akan mengikuti. Jadi jangan hawatir pasti mendaptkan pekerjaan,” pungkasnya. (*/luq)

Dana pembangunan Pondok Pesantren Assirojiyyah berasal dari alumni dan simpatisan. Termasuk arsitekturnya dan pekerjanya dari alumni. Sejak awal, pondok ini memang berusaha untuk mandiri. Terbaru, pondok membangun rumah Betang, rumah kayu khas Kalimantan Barat. Semua bahan kayu dikirim dari Kalimantan.

HENDRIYANTO, Sampang, Jawa Pos Radar Madura

Pondok Pesantren Assirojiyyah berada di Jalan Pemuda 52 C Kampung Kajuk, Sampang. Pesantren ini sudah memiliki 2,5 ribu santri putra dan 450 santri putri. Santri terbanyak dari Madura berasal dari Bangkalan dan Sampang. Santri dari luar Madura berasar dari Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Sedangkan santri paling banyak justru dari Pontianak, Kalimantan Barat.


”Alumninya saja di Kalimantan Barat mencapai seribu. Kemarin alumni Kalimantan Barat membangun rumah kayu Betang. Itu arsitek dan tukangnya dari alumni semua,” terang Pengasuh Ponpes Assirojiyyah KH Atoullah Bushiri kepada Tim Acabis JPRM.

Sistim pendidikan di Assirojiyyah salaf murni. Hal ini memang atas arahan dari pengasuh pertama Kiai Bushiri. Untuk tingkatan pendidikan dibagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkat Tahdiri yaitu untuk santri baru kelas pemula yang belum memenuhi syarat mengikuti tingkat Sanawi.

Baca Juga :  Argo Beno Lutfi Saputra, Atlet Perbakin Peraih Dua Medali Emas

Kemudian tingkat Sanawi ditempuh selama empat tahun. Setara dengan tsanawiyah dan aliyah. Setelah itu tingkat nidhomiyah, yaitu ditempuh selama empat tahun. Lalu dilanjutkan dengan Khususiyah diikuti lulusan Nidhomiyyah. Yang terakhir tingkat Asatidz untuk para ustaz. Di samping mengajar, mereka juga belajar untuk menambah referensi keilmuan.

”Pondok kami salaf murni. Rata-rata yang mondok lamanya 10 sampai 15 tahun,” tambah kakak Ketua PCNU Sampang KH Itqon Bushiri itu.

- Advertisement -

Walaupun salaf, sejak tahun 80-an santri diperbolehkan ikut sekolah formal. Tapi di luar pondok. Seperti di SMP, SMA, SMK, dan MAN. Akan tetapi, santri harus tetap patuh pada aturan pondok dan mengikuti semua tahapan madrasan di pondok.

BERKESAN: Lingkungan pondok terdapat masjid Pondok Pesantren Assirojiyyah yang juga digunakan santri untuk mengaji kitab. (ROZY/RadarMadura.id)

Bagi santri yang ingin mendapatkan ijazah formal biasanya mengikuti sekolah formal di luar pondok. Selama ini, beberapa sekolah itu sudah bekerja sama dengan pihak pondok. Santri banyak juga yang sambil sekolah di luar. Biasanya wali santri yang ingin  anaknya punya ijazah formal sambil menyekolahkan anaknya ke sekolah diluar.

Baca Juga :  Sampang Masih Posisi Terendah

”Muadalahnya langsung ke Allah saja. Kami tidak memiliki ijazah yang diakui kementerian. Jadi benar-benar salaf,” tegas Kiai Atoullah sembari tersenyum.

Menurutnya, pondok belum begitu mementingkan ijazah. Yang lebih urgen itu keilmuannya. Sebab esensi mondok itu memperbaiki ahlak dan keilmuanya. Walaupun salaf para santri diajari berbagai disiplin ilmu lainnya. Seperti kursus Bahasa Inggris, komputer, menjahit, dan elektronik.

”Walaupun kami salaf tetap menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” tambahnya.

Pihaknya berpesan kepada para santri agar tidak merisaukan masa depan. Walaupun tidak memiliki ijazah formal, urusan rejeki itu sudah diatur tuhan. Asalkan memperbaiki dulu ilmu agamanya.

”Kepada semua santri, maksimal belajar ilmu agama dulu. Urusan dunia biasanya akan mengikuti. Jadi jangan hawatir pasti mendaptkan pekerjaan,” pungkasnya. (*/luq)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/