21.2 C
Madura
Monday, May 29, 2023

Turun Hujan, Petani Mulai Simpan Garam

SAMPANG – Hujan mulai mengguyur Sampang sejak beberapa hari terakhir. Perubahan cuaca ini membuat petani garam waswas. Mereka tidak langsung menjual hasil produksi, melainkan memilih menimbun untuk ditunda di kemudian hari.

Fauzan, 46, petani garam di Kecamatan Pangarengan mengatakan, cuaca berpengaruh terhadap kualitas garam. Jika hujan terus turun tidak memungkinkan memproduksi garam. ”Tahun ini sepertinya musim kemarau pendek. Banyak pedagang dan petani garam sudah tidak menjual. Sudah mau disimpan,” katanya Senin (25/9).

Menurut dia, harga garam kian mahal masih mungkin. Itu bisa terjadi jika garam impor tidak datang. Sebaliknya, jika garam luar negeri itu datang, harga garam lokal otomatis akan turun. ”Karena faktor cuaca tidak menentu, petani khawatir untuk menjual hasil garamnya kepada tengkulak atau pedagang,” paparnya.

Baca Juga :  Kenapa Harus Memiliki Blog?

Menurut Fauzan, harga garam saat ini masih stabil. Kualitas satu (kw-1) Rp 1,8 juta per ton, kw-2 Rp 1,6 juta–Rp 1,7 juta per ton, dan Rp 1,5 juta per ton untuk kw-3, serta kw-4 Rp 1,4 juta. ”Kalau cuaca ke depan bagus, insya Allah produksi garam akan lama,” katanya.

Kabid Perikanan dan Budidaya Dinas Perikanan Sampang M. Mahfud mengatakan, tahun ini target produksi di Kota Bahari 250 ribu ton. Tahun sebelumnya hanya 230 ribu ton. ”Cuaca sudah tidak menentu. Kalau saat ini terus hujan, tidak akan mencapai target. Kalau misalkan dua bulan lagi ada yang produksi, pasti mencapai target,” katanya.

Pencapaian target biasanya ketika akhir musim pada November. Bantuan geomembran dan pompa air sudah terealisasi. ”Kalau infrastruktur dan gudang proses pengerjaan,” pungkasnya.

Baca Juga :  BRI Bidik Jadi Leading Global Bank Terbaik Dari Sisi Implementasi ESG

SAMPANG – Hujan mulai mengguyur Sampang sejak beberapa hari terakhir. Perubahan cuaca ini membuat petani garam waswas. Mereka tidak langsung menjual hasil produksi, melainkan memilih menimbun untuk ditunda di kemudian hari.

Fauzan, 46, petani garam di Kecamatan Pangarengan mengatakan, cuaca berpengaruh terhadap kualitas garam. Jika hujan terus turun tidak memungkinkan memproduksi garam. ”Tahun ini sepertinya musim kemarau pendek. Banyak pedagang dan petani garam sudah tidak menjual. Sudah mau disimpan,” katanya Senin (25/9).

Menurut dia, harga garam kian mahal masih mungkin. Itu bisa terjadi jika garam impor tidak datang. Sebaliknya, jika garam luar negeri itu datang, harga garam lokal otomatis akan turun. ”Karena faktor cuaca tidak menentu, petani khawatir untuk menjual hasil garamnya kepada tengkulak atau pedagang,” paparnya.


Baca Juga :  Wujud Kolaborasi Tebarkan Social Value “Memberi Makna Indonesia”

Menurut Fauzan, harga garam saat ini masih stabil. Kualitas satu (kw-1) Rp 1,8 juta per ton, kw-2 Rp 1,6 juta–Rp 1,7 juta per ton, dan Rp 1,5 juta per ton untuk kw-3, serta kw-4 Rp 1,4 juta. ”Kalau cuaca ke depan bagus, insya Allah produksi garam akan lama,” katanya.

Kabid Perikanan dan Budidaya Dinas Perikanan Sampang M. Mahfud mengatakan, tahun ini target produksi di Kota Bahari 250 ribu ton. Tahun sebelumnya hanya 230 ribu ton. ”Cuaca sudah tidak menentu. Kalau saat ini terus hujan, tidak akan mencapai target. Kalau misalkan dua bulan lagi ada yang produksi, pasti mencapai target,” katanya.

Pencapaian target biasanya ketika akhir musim pada November. Bantuan geomembran dan pompa air sudah terealisasi. ”Kalau infrastruktur dan gudang proses pengerjaan,” pungkasnya.

Baca Juga :  Kenapa Harus Memiliki Blog?

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/