SUMENEP – Jahe masih menjadi salah satu komoditas rempah yang dibudidayakan oleh petani di Desa Basoka, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Meski harganya tidak semahal rempah lain seperti cabai jamu, tetapi jahe masih tetap tumbuh subur di lahan-lahan pertanian di desa tersebut.
Dari pengamatan Jawa Pos Radar Madura (JPRM), di Desa Basoka banyak terdapat tanaman jahe. Tanaman tersebut tumbuh di lahan pertanian yang berada di kanan-kiri jalan. Tanaman yang memiliki banyak khasiat ini memang menjadi tanaman wajib bagi para petani di desa tersebut.
Menurut Zaini Amal, 46, salah seorang warga Desa Basoka mengungkapkan, sudah sejak puluhan tahun lalu dia dan keluarganya menanam jahe. Selain dijual, hasil panen jahe miliknya biasanya dikonsumsi sendiri untuk bumbu masakan atau jamu. ”Kalau panen dijual, tapi pasti ada sisa untuk dikonsumsi sendiri dirumah,” katanya.
Selain dijual ke pasar, Zaini sudah memiliki langganan penjual jamu yang rutin membeli jahe miliknya. Dalam satu petak lahan, Zaini mengaku dapat memanen sekitar satu sampai dua ton jahe segar. ”Panennya tidak bareng. Memang sengaja supaya panenya lama. Tapi kalau ditotal bisa sekitar dua sampai tiga ton,” jelasnya.
Zaini menjelaskan, harga jahe relatif stabil. Satu kilogram jahe dijual dengan harga Rp 14 ribu. Dalam sekali siklus panen, Zaini bisa meraup untung sekitar Rp 14 juta. Namun, tetap tidak mencukupi. ”Itu kalau perhitungan logika. Kenyataannya tetap nggak pegang uang, tetap miskin,” tandasnya.