22.8 C
Madura
Tuesday, March 28, 2023

Kualitas dan Kuantitas Garam Bagus, Harga Justru Turun

SAMPANG – Produksi garam di Sampang tahun ini ditargetkan 270 ribu ton. Target  tersebut diproyeksikan dari sekitar tiga ribu hektare lahan produktif. Saat ini sebagian petani mulai panen dengan kualitas bagus.

Kualitas hasil produksi garam tahun ini lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Hal itu karena petani sudah banyak yang menggunakan geomembran dan sistem pengolahan sesuai standar. Akan tetapi, di tengah meningkatnya kuantitas produksi, harga garam malah turun. Petani memilih menimbun garam sambil lalu menunggu harga stabil.

Marjui, 45, petani garam di Desa Aeng Sareh, Kecamatan Sampang, menuturkan, harga garam turun drastis dan tidak sesuai harapan. Garam kualitas satu (kw-1) yang sebelumnya Rp 130 ribu turun menjadi Rp 100 ribu per karung. Garam kw-2 semula Rp 115 ribu melorot Rp 90 ribu per karung. Sedangkan kw-3 dari Rp 95 ribu menjadi Rp 75 ribu sekarung.

Baca Juga :  Penyerapan Garam Harus Maksimal

Menurut dia, harga garam saat ini sangat merugikan petani. Sebab, harga tersebut belum bisa menutupi biaya produksi dan ongkos pekerja. Pria asal Banyuwangi itu mengaku mulai resah dengan merosotnya harga.

Sementara, hasil produksi diperkirakan lebih banyak dari tahun sebelumnya. ”Semoga harga garam bisa segera normal. Penyerapan garam oleh gudang atau pabrik juga bisa maksimal,” tuturnya Jumat (6/7).

Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Sampang Moh. Mahfud mengatakan, hasil produksi garam di Kota Bahari cukup melimpah. Sementara permintaan dari gudang belum meningkat. Akibatnya, harga garam belum stabil dan cenderung murah.

”Petani atau petambak garam yang sekarang panen rata-rata petani yang menggunakan geomembran. Sedangkan petani yang memproduksi dengan cara manual belum bisa panen. Harga garam akan stabil, kami harap petani lebih bersabar dan terus memproduksi,” ucapnya.

Pihaknya meyakini kualitas hasil produksi garam Sampang tahun ini lebih bagus dan bisa bersaing dengan produksi garam luar daerah. Kuantitas produksi juga lebih melimpah. Sebab sebagian besar petani sudah menggarap lahan dengan menerapkan sistem lahan terintegrasi yang dilengkapi dengan meja kristal garam dan tandon air.

Baca Juga :  PT Garam Gelar Diskusi Bersama Wartawan

Penerapan sistem lahan terintegrasi bisa lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Luas lahan minimal 15 hektare dengan didukung akses jalan memadai. Seperti lahan pangaraman garam di Desa/Kecamatan Pangarengan dan Desa Dharma Camplong, Kecamatan Camplong.

Keunggulan sistem lahan terintegrasi dan meja kristalisasi garam lebih mempercepat proses produksi. Jika menggunakan sistem manual, masa produksi garam membutuhkan waktu minimal 15 hari. Dengan sistem itu maksimal hanya 7-10 hari. Sehingga, selama musim produksi petani bisa panen berkali-kali.

”Program itu kami jalankan secara bertahap. Kami juga membentuk koperasi atau BUMDes garam di sejumlah wilayah produksi,” tandasnya.

SAMPANG – Produksi garam di Sampang tahun ini ditargetkan 270 ribu ton. Target  tersebut diproyeksikan dari sekitar tiga ribu hektare lahan produktif. Saat ini sebagian petani mulai panen dengan kualitas bagus.

Kualitas hasil produksi garam tahun ini lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Hal itu karena petani sudah banyak yang menggunakan geomembran dan sistem pengolahan sesuai standar. Akan tetapi, di tengah meningkatnya kuantitas produksi, harga garam malah turun. Petani memilih menimbun garam sambil lalu menunggu harga stabil.

Marjui, 45, petani garam di Desa Aeng Sareh, Kecamatan Sampang, menuturkan, harga garam turun drastis dan tidak sesuai harapan. Garam kualitas satu (kw-1) yang sebelumnya Rp 130 ribu turun menjadi Rp 100 ribu per karung. Garam kw-2 semula Rp 115 ribu melorot Rp 90 ribu per karung. Sedangkan kw-3 dari Rp 95 ribu menjadi Rp 75 ribu sekarung.

Baca Juga :  Penyerapan Garam Harus Maksimal

Menurut dia, harga garam saat ini sangat merugikan petani. Sebab, harga tersebut belum bisa menutupi biaya produksi dan ongkos pekerja. Pria asal Banyuwangi itu mengaku mulai resah dengan merosotnya harga.

Sementara, hasil produksi diperkirakan lebih banyak dari tahun sebelumnya. ”Semoga harga garam bisa segera normal. Penyerapan garam oleh gudang atau pabrik juga bisa maksimal,” tuturnya Jumat (6/7).

Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Sampang Moh. Mahfud mengatakan, hasil produksi garam di Kota Bahari cukup melimpah. Sementara permintaan dari gudang belum meningkat. Akibatnya, harga garam belum stabil dan cenderung murah.

”Petani atau petambak garam yang sekarang panen rata-rata petani yang menggunakan geomembran. Sedangkan petani yang memproduksi dengan cara manual belum bisa panen. Harga garam akan stabil, kami harap petani lebih bersabar dan terus memproduksi,” ucapnya.

- Advertisement -

Pihaknya meyakini kualitas hasil produksi garam Sampang tahun ini lebih bagus dan bisa bersaing dengan produksi garam luar daerah. Kuantitas produksi juga lebih melimpah. Sebab sebagian besar petani sudah menggarap lahan dengan menerapkan sistem lahan terintegrasi yang dilengkapi dengan meja kristal garam dan tandon air.

Baca Juga :  Agrowisata Taman Anggur, Inovasi Berbuah Juara Desa BRILian

Penerapan sistem lahan terintegrasi bisa lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Luas lahan minimal 15 hektare dengan didukung akses jalan memadai. Seperti lahan pangaraman garam di Desa/Kecamatan Pangarengan dan Desa Dharma Camplong, Kecamatan Camplong.

Keunggulan sistem lahan terintegrasi dan meja kristalisasi garam lebih mempercepat proses produksi. Jika menggunakan sistem manual, masa produksi garam membutuhkan waktu minimal 15 hari. Dengan sistem itu maksimal hanya 7-10 hari. Sehingga, selama musim produksi petani bisa panen berkali-kali.

”Program itu kami jalankan secara bertahap. Kami juga membentuk koperasi atau BUMDes garam di sejumlah wilayah produksi,” tandasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/