SALAH satu dari sekian banyak keistimewaan bulan Ramadan adalah terdapatnya satu malam yang sangat berbeda dengan malam-malam yang lain. Malam tersebut dikenal dengan sebutan malam Lailatul Qadar. Keistimewaan dan kemuliaannya bisa kita lihat dalam Alquran surah Al-Qadr ayat 1 sampai ayat 5.
Informasi penting yang Allah SWT ingin sampaikan kepada umat manusia adalah peristiwa malam Lailatul Qadar merupakan malam di mana Alquran diturunkan. Atas izin-Nya malaikat turun ke muka bumi dengan membawa berkah dan rahmat. Kesejahteraan atau keselamatan tatkala itu ada sampai terbit fajar sehingga malam ini merupakan malam yang sungguh luar biasa keagungannya.
Kandungan surah Al-Qadr, terutama pada ayat ke-3 menjelaskan bahwa Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Keutamaan ini akan semakin terlihat lebih fantastis jika kita rasionalkan menggunakan angka matematis.
Jika pada malam biasanya (di luar Lailatul Qadar) keuntungan dari suatu amal kebaikan yang kita kerjakan mendapatkan ganjaran 10 kali lipat dengan perhitungan dalam semalam minimal mendapatkan 10 kebaikan, maka pada saat malam Lailatul Qadar, keuntungan tersebut meningkat secara drastis menjadi 300.000 kali lipat. Kelipatan tersebut diperoleh dengan perhitungan 1000 bulan x 30 hari x 10 kebaikan.
Ilustrasi tersebut memberikan pemahaman bahwa jika ingin mendapatkan ganjaran 300.000 kali lipat di luar malam Lailatul Qadar harus memiliki usia sekitar 30.000 tahun. Usia ini tentu mustahil bagi kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Karena rata-rata usia manusia saat ini beda dengan usia umat terdahulu yang bisa saja mencapai 1000 tahun atau bahkan lebih. Kalau kita ittiba’ pada usia Nabi Muhammad SAW. batas usia manusia saat ini tidak akan lebih dari usia 60 tahun. Meskipun ada yang lebih, pasti tidak akan menyamai atau mencapai usia 30.000 tahun.
Selain sebagai malam yang bersejarah dan sakral dalam kehidupan umat manusia dengan berbagai macam keutamaannya, pada sisi lainnya, Lailatul Qadar merupakan momentum yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam untuk meraup keuntungan yang sangat fantastis dari amal kebaikan yang telah mereka lakukan hanya dengan kurun waktu yang sangat singkat, yaitu dengan satu malam saja.
Maka menghidupkan malam-malam di bulan Ramadan sejak awal hingga akhir bulan Ramadan merupakan rutinitas yang senantiasa kita lakukan secara istiqamah. Sebab, tidak ada satu orang pun yang mengetahui kapan peristiwa Lailatul Qadar itu akan terjadi. Dengan begitu, kita pun harus senantiasa termotivasi untuk selalu memaksimalkan berbagai kebaikan secara penuh dari awal sampai akhir dari bulan Ramadan.
Kita bisa membayangkan, bagaimana jika seandainya peristiwa Lailatul Qadar diterangkan dengan ketentuan waktu yang sangat jelas. Hal ini akan menimbulkan kesan negatif terhadap umat Islam bahwa mereka akan semangat dan fokus pada satu malam saja. Sementara di malam lainnya tidak. Bahkan yang lebih parah lagi, mereka bisa saja mengabaikan karena sudah merasa dirinya beribadah pada malam yang setara dengan seribu bulan.
Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW tetap memberikan isyarat kepada umatnya perihal turunnya Lailatul Qadar. Beliau menjelaskan bahwa Lailatul Qadar diturunkan pada sepuluh terakhir Ramadan, tepatnya di setiap malam-malam ganjil seperti 21, 23, 25, 27 dan 29. Sebagaimana bunyi hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim: ”Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan”.
Hadis tersebut mengisyaratkan kepada seluruh umat Islam agar sanantiasa berkomitmen dan istiqamah dalam melakukan amal ibadah kepada Allah SWT. Lebih-lebih pada saat sepuluh mal am terakhir Ramadan. Sungguh sangat merugi bagi siapa saja yang hadir di bulan suci ini menyia-nyiakannya, bahkan tidak ikut serta mencari keutamaan-keutamaan yang terdapat pada bulan suci Ramadan. Terutama memburu malam Lailatul Qadar.
Marilah kita senantiasa meningkatkan dan memaksimalkan kembali sisa-sisa Ramadan ini dengan meningkatkan kembali amaliah ibadah seperti melakukan iktikaf di masjid, tadarus Alquran, berzikir, menghidupkan malam (qiyamullail), dan amalan-amalan lainnya yang mampu mengantarkan diri ini senantiasa dekat kepada Allah SWT. Dengan penuh harap, Lailatul Qadar juga dapat kita raih.
Semoga kita senantiasa mendapatkan segala limpahan kemuliaan, rahmat, rida, dan ampunan dari Allah SWT. Yang pada gilirannya mampu mengantarkan kita pada golongan orang-orang yang beruntung fiddunya wal akhiroh. Pada hakikatnya keberuntungan dalam bulan suci Ramadan bukan dilihat dari seberapa besar kita mendapatkan tunjangan hari raya (THR) dan bukan pula seberapa mahal baju yang kita pakai saat Lebaran. Keberuntungan yang sebenarnya adalah ketika kita diberikan kemampuan dalam memaksimalkan ibadah di bulan Ramadan, serta diberikan kesempatan melakukan amal ibadah pada malam Lailatul Qadar, sehingga kita pun menjadi hamba yang mendapatkan rida dan ampunan-Nya.
*)Alumnus Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin Laden Pamekasan