24.8 C
Madura
Saturday, June 3, 2023

Lapangkan Jalan Pulang

Oleh: Hariyanto
Koordinator Liputan Jawa Pos Radar Madura

BERDASAR hasil sidang isbat, pemerintah melalui Kemenag RI menetapkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu (22/4). Hari kemenangan itu pun disambut penuh sukacita oleh umat Islam di seluruh jagat. Termasuk saya, keluarga, dan rekan-rekan yang ada di Indonesia maupun di mancanegara.

Cara merayakan Hari Raya Idul Fitri pun beragam. Disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing. Sebagaimana peribahasa yang pernah saya dengar, Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi. Itu saya maknai sebagai bentuk rasa syukur seusai beribadah di bulan Ramadan.

Itu disampaikan relasi saya, Bang Budi Wardiman, yang kini merayakan Lebaran bersama keluarga di Ankara. Maklum saja, dia mendapat amanah dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai salah satu staf di kantor Kedutaan Besar RI di Turki. Tahun ini merupakan Lebaran yang ketiga.

Meski jauh dari kampung halaman, pria yang akrab disapa BW tersebut tetap bersyukur. Sebab, bisa berlebaran bersama keluarga kecilnya, rekan, serta warga Indonesia yang sedang bekerja atau menempuh studi di negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan tersebut.

Baca Juga :  Bupati Ra Latif Ikuti Rakor dengan KPK

”Semuanya harus kita syukuri. Tetap jaga kesehatan dan salam buat teman-teman ya, Ryan,” pesan pria yang tetap mengonsumsi kaldu kokot di Turki tersebut.

Suasana Lebaran di Jerman juga tidak kalah seru. Hal itu diungkapkan rekan saya, yaitu Bang Shinto BG Silitonga. Alumni akademi kepolisian (akpol) 1999 tersebut menikmati suasana Lebaran di rumah Dubes RI di Berlin. ”Minal aidin wal faizin,” ungkapnya usai menghadiri open house di rumah Arif Havas Oegroseno.

Saya, keluarga, dan kawan-kawan patut bersyukur. Sebab, ada sebagian relasi saya yang justru berduka. Tidak merayakan Lebaran bersama keluarga terkasih. Sebab, ada saudaranya yang tutup usia pada bulan Ramadan. Bahkan, ada pula orang tua teman saya yang dipanggil Sang Pencipta.

Tuhan telah menetapkan skenario terbaik. Sebagai ciptaan Tuhan, kita harus menerima dan yakin bahwa kehendak Sang Pencipta adalah yang terbaik. Karena pada esensinya, siapa pun akan meninggalkan dan ditinggalkan. Karena itu, mari melapangkan jalan pulang.

Baca Juga :  Urus E-KTP, 43.986 Warga Hanya Dapat Suket

Saya mengajak pembaca kembali ke topik. Perihal Lebaran, Hari Raya Idul Fitri. Bagi umat Islam, Lebaran adalah momen spesial. Sebagian penganut agama lainnya juga ikut merayakan Lebaran. Hari di mana beberapa keluarga akan berkumpul menjadi satu. Saling maaf memaafkan. Dengan atau tanpa jabat tangan ataupun berpelukan sebagai bentuk kasih dan sayang.

Biasanya, setelah berlebaran, masyarakat mengunjungi destinasi wisata. Entah itu ke pantai, gunung, tempat rekreasi, dan tempat menarik lainnya. Karena itu, sejumlah objek wisata pun ramai dijubeli pengunjung. Khusus di Madura, perayaan itu akan berlangsung hingga tujuh hari.

Saya berharap masyarakat pembaca tetap hati-hati saat berkendara. Selamat sejak berangkat hingga kembali ke rumah bersama keluarga terkasih. Semoga kembali dipertemukan dengan Ramadan dan khusyuk beribadah. Kembali bermaaf-maafan dan mendoakan yang terbaik agar menjadi insan yang terbaik. Akhir kata, selamat membaik dan menjadi manusia baik. Salam. (*)

Oleh: Hariyanto
Koordinator Liputan Jawa Pos Radar Madura

BERDASAR hasil sidang isbat, pemerintah melalui Kemenag RI menetapkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu (22/4). Hari kemenangan itu pun disambut penuh sukacita oleh umat Islam di seluruh jagat. Termasuk saya, keluarga, dan rekan-rekan yang ada di Indonesia maupun di mancanegara.

Cara merayakan Hari Raya Idul Fitri pun beragam. Disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing. Sebagaimana peribahasa yang pernah saya dengar, Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi. Itu saya maknai sebagai bentuk rasa syukur seusai beribadah di bulan Ramadan.


Itu disampaikan relasi saya, Bang Budi Wardiman, yang kini merayakan Lebaran bersama keluarga di Ankara. Maklum saja, dia mendapat amanah dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai salah satu staf di kantor Kedutaan Besar RI di Turki. Tahun ini merupakan Lebaran yang ketiga.

Meski jauh dari kampung halaman, pria yang akrab disapa BW tersebut tetap bersyukur. Sebab, bisa berlebaran bersama keluarga kecilnya, rekan, serta warga Indonesia yang sedang bekerja atau menempuh studi di negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan tersebut.

Baca Juga :  Gaul Nggak Harus Lo Gue

”Semuanya harus kita syukuri. Tetap jaga kesehatan dan salam buat teman-teman ya, Ryan,” pesan pria yang tetap mengonsumsi kaldu kokot di Turki tersebut.

Suasana Lebaran di Jerman juga tidak kalah seru. Hal itu diungkapkan rekan saya, yaitu Bang Shinto BG Silitonga. Alumni akademi kepolisian (akpol) 1999 tersebut menikmati suasana Lebaran di rumah Dubes RI di Berlin. ”Minal aidin wal faizin,” ungkapnya usai menghadiri open house di rumah Arif Havas Oegroseno.

- Advertisement -

Saya, keluarga, dan kawan-kawan patut bersyukur. Sebab, ada sebagian relasi saya yang justru berduka. Tidak merayakan Lebaran bersama keluarga terkasih. Sebab, ada saudaranya yang tutup usia pada bulan Ramadan. Bahkan, ada pula orang tua teman saya yang dipanggil Sang Pencipta.

Tuhan telah menetapkan skenario terbaik. Sebagai ciptaan Tuhan, kita harus menerima dan yakin bahwa kehendak Sang Pencipta adalah yang terbaik. Karena pada esensinya, siapa pun akan meninggalkan dan ditinggalkan. Karena itu, mari melapangkan jalan pulang.

Baca Juga :  Madura Darurat Radikalisme

Saya mengajak pembaca kembali ke topik. Perihal Lebaran, Hari Raya Idul Fitri. Bagi umat Islam, Lebaran adalah momen spesial. Sebagian penganut agama lainnya juga ikut merayakan Lebaran. Hari di mana beberapa keluarga akan berkumpul menjadi satu. Saling maaf memaafkan. Dengan atau tanpa jabat tangan ataupun berpelukan sebagai bentuk kasih dan sayang.

Biasanya, setelah berlebaran, masyarakat mengunjungi destinasi wisata. Entah itu ke pantai, gunung, tempat rekreasi, dan tempat menarik lainnya. Karena itu, sejumlah objek wisata pun ramai dijubeli pengunjung. Khusus di Madura, perayaan itu akan berlangsung hingga tujuh hari.

Saya berharap masyarakat pembaca tetap hati-hati saat berkendara. Selamat sejak berangkat hingga kembali ke rumah bersama keluarga terkasih. Semoga kembali dipertemukan dengan Ramadan dan khusyuk beribadah. Kembali bermaaf-maafan dan mendoakan yang terbaik agar menjadi insan yang terbaik. Akhir kata, selamat membaik dan menjadi manusia baik. Salam. (*)

Artikel Terkait

Baju Baru, Ujub dan Korupsi

Lebaran

Tebar Pesona di Tahun Politik

Most Read

Desak Pemkab Tambah Mobil Damkar

Pelayanan Datuk Duda Tak Maksimal

Tur Panjang yang Mengcewakan

Artikel Terbaru

/