SEPULUH tahun yang lalu ada seorang remaja biasa yang begitu getol melanggengkan cita-citanya menjadi jurnalis. Menurutnya, impian ini merupakan satu syarat bisa meluncurkan idealisme. Termasuk, demi hasrat memberikan kabar kepada khalayak sesuai hobinya yaitu ngobrol ”ngalor ngidul saja”.
Akan tetapi, keinginan tersebut tidak juga tercapai. Bahkan, si bocah desa ini merasa prihatin dan mulai pesimistis kalau cita-cita indahnya menjadi wartawan akan diterbangkan angin serupa mimpi saja.
Untunglah, kebiasaannya menyimpan bundel media Jawa Pos Radar Madura berbagai periode waktu berhasil memantik api asanya yang mulai padam. Dalam paradigma yang mulai tergerus, dia mencoba bangkit untuk menulis secara sederhana tentang apa saja yang dilihat. Lalu, mulai dikirimkan ke media top Madura ini melalui surel yang masih sangat sederhana di kala itu.
Tak dinyana, beberapa kali jungkir balik akibat ratusan tulisan yang ditolak. Belum lagi ratusan bungkus rokok dan saset kopi yang tak terhitung terbuang percuma. Si bocah haus buku Manusia Madura ini akhirnya juga mendapatkan kesempatan untuk memajang karyanya di Radar Madura. Fase awal sebelum dia benar-benar menjadi jurnalis kawakan.
Kisah nyata di atas membuktikan bahwa Jawa Pos Radar Madura benar-benar menjadi inspirasi calon jurnalis dari kalangan remaja. Berita berimbang dengan berupaya mengupas secara independen dan mendalam terkait dengan Madura dan kemaduraan membuatnya dikenal sebagai media pemotivasi khalayak.
Satu kata untuk Jawa Pos Radar Madura, ”lanjutkan”.
AGUS HERIYANTO
Bergiat di LKSB Pangesto Net_Tink Sumenep. Jurnalis LidiNews.com
SEPULUH tahun yang lalu ada seorang remaja biasa yang begitu getol melanggengkan cita-citanya menjadi jurnalis. Menurutnya, impian ini merupakan satu syarat bisa meluncurkan idealisme. Termasuk, demi hasrat memberikan kabar kepada khalayak sesuai hobinya yaitu ngobrol ”ngalor ngidul saja”.
Akan tetapi, keinginan tersebut tidak juga tercapai. Bahkan, si bocah desa ini merasa prihatin dan mulai pesimistis kalau cita-cita indahnya menjadi wartawan akan diterbangkan angin serupa mimpi saja.
Untunglah, kebiasaannya menyimpan bundel media Jawa Pos Radar Madura berbagai periode waktu berhasil memantik api asanya yang mulai padam. Dalam paradigma yang mulai tergerus, dia mencoba bangkit untuk menulis secara sederhana tentang apa saja yang dilihat. Lalu, mulai dikirimkan ke media top Madura ini melalui surel yang masih sangat sederhana di kala itu.
Tak dinyana, beberapa kali jungkir balik akibat ratusan tulisan yang ditolak. Belum lagi ratusan bungkus rokok dan saset kopi yang tak terhitung terbuang percuma. Si bocah haus buku Manusia Madura ini akhirnya juga mendapatkan kesempatan untuk memajang karyanya di Radar Madura. Fase awal sebelum dia benar-benar menjadi jurnalis kawakan.
Kisah nyata di atas membuktikan bahwa Jawa Pos Radar Madura benar-benar menjadi inspirasi calon jurnalis dari kalangan remaja. Berita berimbang dengan berupaya mengupas secara independen dan mendalam terkait dengan Madura dan kemaduraan membuatnya dikenal sebagai media pemotivasi khalayak.
Satu kata untuk Jawa Pos Radar Madura, ”lanjutkan”.
- Advertisement -
AGUS HERIYANTO
Bergiat di LKSB Pangesto Net_Tink Sumenep. Jurnalis LidiNews.com