21.8 C
Madura
Saturday, June 3, 2023

Baju Baru, Ujub dan Korupsi

Oleh MOH. SUBHAN*

Baju baru alhamdulillah
Tuk dipakai di hari raya
Tak punya pun tak apa apa
Masih ada baju yang lama

PENGGALAN lagu berjudul Baju Baru itu populer di era 1980 hingga 1090-an. Saya sangat menyukai lagu yang dipopulerkan Dhea Ananda itu. Bahkan, hingga sekarang masih sering mendengarkan.

Lagu ciptaan Jhon Dayat itu bercerita tentang tradisi mengenakan pakaian baru pada Hari Raya Idul Fitri. Lagu itu juga mengingatkan kita agar tidak memaksakan keinginan di luar kemampuan.

IDUL FITRI: Kru Jawa Pos Radar Madura mengucapkan minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir batin. (UBAIDILLAHIR RA’IE/JPRM)

Tradisi menggunakan pakaian baru pada Hari Raya Idul Fitri juga terjadi di Madura. Menjelang Lebaran, para orang tua pasti sibuk menyiapkan kebutu- han anaknya.

Tidak ada yang salah dengan tradisi itu karena tidak bertentangan dengan agama. Nabi Muhammad malah menganjurkan menggunakan pakaian terbaik pada hari besar tersebut.

Tentu harus disesuaikan dengan kemampuan ma- sing-masing. Sebab, ukuran baik tiap orang tidak sama. Baik bagi saya belum tentu baik untuk orang lain. Begitu pun sebaliknya.

Bagi saya, yang pendapatannya pas-pasan, menggunakan pakaian dengan harga puluhan hingga ratusan ribu sudah lebih dari cukup. Tidak bisa disamakan dengan pengusaha kaya raya, levelnya tentu lebih tinggi.

Menggunakan pakaian bagus di momen Idul Fitri tidak boleh ada niat untuk sombong, apalagi pamer kekayaan kepada yang lain. Dua sifat ujub itu dilarang agama.

Dalam kitab Al-Bariqah Al-Muhamamadiyah Abu Said menyatakan, anjuran memakai baju bagus bertujuan untuk mengagungkan hari raya dan malaikat yang juga hadir untuk memeriahkan. Bukan agar terlihat baik dalam pandangan manusia.

Baca Juga :  BRI Peduli Salurkan Sembako Kepada Panti Asuhan

Beberapa pekan lalu, publik dihebohkan dengan aksi Mario Dandy. Dia ditangkap polisi atas dugaan penganiayaan terhadap salah seorang anak pengurus organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).

Yang menghebohkan publik bukan pada materi kasus hukum yang dihadapinya. Namun, karena Mario sebelumnya kerap pamer barang mewah di media sosial (medsos). Seperti mobil Rubicon dan motor gede Harley Davidson.

Gaya pamer harta ini menjadi bumerang. Memicu kecurigaan publik. Kekayaan ayah Mario Dandy, Rafael Alunn Trisam- bodo, dinilai tak wajar. Sebab, dia bukan pengusaha sukses sekelas Sandiaga Uno. Hanya pejabat di Ditjen Pajak yang digaji pemerintah.

Persoalan tersebut merembet ke mana-mana. Sejumlah oknum pejabat atau keluarganya dikuliti oleh netizen karena kerap memamerkan harta bendanya. Memosting barang-barang bermerek yang dibeli di luar negeri.

Beberapa pejabat tinggi negara juga bereaksi atas kebiasaan pejabat dan keluarga pamer harta. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan bawahannya agar menghentikan kebiasaan itu.

Sorotan publik membuat mereka takut. Akun medsos yang kerap digunakan untuk menunjukkan hartanya mendadak tidak bisa diakses. Sebagian unggahannya sudah dihapus.

Selain dinilai tidak pantas, aksi pamer harta menimbulkan asumsi negatif bahwa kekayaan mereka tidak didapat dengan cara yang baik. Mengingat, harga barang yang mereka pamerkan tidak sebanding dengan pendapatannya sebagai seorang abdi negara.

Baca Juga :  Jangankan Duka, Pesta pun Pasti Berakhir

Kecurigaan publik itu diperkuat dengan penetapan Rafael sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi antirasuah itu akhirnya menahan ayah Mario Dandy atas dugaan menerima gratifikasi selama 12 tahun terakhir.

Hari Raya Idul Fitri ini adalah momentum untuk kembali fitrah. Setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, kita berharap lahir kembali menjadi manusia yang lebih baik.
Dalam konteks duniawi, sudah sepantasnya umat Islam belajar meneladani sikap keluarga dan sahabat Rasullah SAW yang selalu menerapkan hidup sederhana. Walaupun bergelimang harta seperti Utsman bin Affan.

Bahkan, putri Rasulullah, Fatimah, di satu momen Hari Raya Idul Fitri tidak punya baju baru untuk anaknya, Hasan dan Husein. Hingga pada malam Idul Fitri, Allah mengutus malaikat untuk mengirimkan baju lengkap untuk kedua putranya.

Dari kisah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa bagi hamba Allah yang takwa, harta bukanlah menjadi prioritas dalam hidupnya. Sebab, kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat nanti.

Bahkan, ada yang berpenda- pat saking tidak pentingnya harta, Allah juga memberikan harta itu kepada orang yang tidak mengimaninya. Berbeda dengan Hidayah, yang hanya diberikan kepada hamba yang dicintaiNya. Allahu a’lam. (*)

*)Redaktur Pelaksana Jawa Pos Radar Madura

 

Oleh MOH. SUBHAN*

Baju baru alhamdulillah
Tuk dipakai di hari raya
Tak punya pun tak apa apa
Masih ada baju yang lama

PENGGALAN lagu berjudul Baju Baru itu populer di era 1980 hingga 1090-an. Saya sangat menyukai lagu yang dipopulerkan Dhea Ananda itu. Bahkan, hingga sekarang masih sering mendengarkan.


Lagu ciptaan Jhon Dayat itu bercerita tentang tradisi mengenakan pakaian baru pada Hari Raya Idul Fitri. Lagu itu juga mengingatkan kita agar tidak memaksakan keinginan di luar kemampuan.

IDUL FITRI: Kru Jawa Pos Radar Madura mengucapkan minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir batin. (UBAIDILLAHIR RA’IE/JPRM)

Tradisi menggunakan pakaian baru pada Hari Raya Idul Fitri juga terjadi di Madura. Menjelang Lebaran, para orang tua pasti sibuk menyiapkan kebutu- han anaknya.

Tidak ada yang salah dengan tradisi itu karena tidak bertentangan dengan agama. Nabi Muhammad malah menganjurkan menggunakan pakaian terbaik pada hari besar tersebut.

Tentu harus disesuaikan dengan kemampuan ma- sing-masing. Sebab, ukuran baik tiap orang tidak sama. Baik bagi saya belum tentu baik untuk orang lain. Begitu pun sebaliknya.

- Advertisement -

Bagi saya, yang pendapatannya pas-pasan, menggunakan pakaian dengan harga puluhan hingga ratusan ribu sudah lebih dari cukup. Tidak bisa disamakan dengan pengusaha kaya raya, levelnya tentu lebih tinggi.

Menggunakan pakaian bagus di momen Idul Fitri tidak boleh ada niat untuk sombong, apalagi pamer kekayaan kepada yang lain. Dua sifat ujub itu dilarang agama.

Dalam kitab Al-Bariqah Al-Muhamamadiyah Abu Said menyatakan, anjuran memakai baju bagus bertujuan untuk mengagungkan hari raya dan malaikat yang juga hadir untuk memeriahkan. Bukan agar terlihat baik dalam pandangan manusia.

Baca Juga :  Direksi Tinjau Langsung Layanan BRI untuk Kenyamanan Nasabah

Beberapa pekan lalu, publik dihebohkan dengan aksi Mario Dandy. Dia ditangkap polisi atas dugaan penganiayaan terhadap salah seorang anak pengurus organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).

Yang menghebohkan publik bukan pada materi kasus hukum yang dihadapinya. Namun, karena Mario sebelumnya kerap pamer barang mewah di media sosial (medsos). Seperti mobil Rubicon dan motor gede Harley Davidson.

Gaya pamer harta ini menjadi bumerang. Memicu kecurigaan publik. Kekayaan ayah Mario Dandy, Rafael Alunn Trisam- bodo, dinilai tak wajar. Sebab, dia bukan pengusaha sukses sekelas Sandiaga Uno. Hanya pejabat di Ditjen Pajak yang digaji pemerintah.

Persoalan tersebut merembet ke mana-mana. Sejumlah oknum pejabat atau keluarganya dikuliti oleh netizen karena kerap memamerkan harta bendanya. Memosting barang-barang bermerek yang dibeli di luar negeri.

Beberapa pejabat tinggi negara juga bereaksi atas kebiasaan pejabat dan keluarga pamer harta. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan bawahannya agar menghentikan kebiasaan itu.

Sorotan publik membuat mereka takut. Akun medsos yang kerap digunakan untuk menunjukkan hartanya mendadak tidak bisa diakses. Sebagian unggahannya sudah dihapus.

Selain dinilai tidak pantas, aksi pamer harta menimbulkan asumsi negatif bahwa kekayaan mereka tidak didapat dengan cara yang baik. Mengingat, harga barang yang mereka pamerkan tidak sebanding dengan pendapatannya sebagai seorang abdi negara.

Baca Juga :  Membayangkan Video Dan Grafik Lion

Kecurigaan publik itu diperkuat dengan penetapan Rafael sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi antirasuah itu akhirnya menahan ayah Mario Dandy atas dugaan menerima gratifikasi selama 12 tahun terakhir.

Hari Raya Idul Fitri ini adalah momentum untuk kembali fitrah. Setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, kita berharap lahir kembali menjadi manusia yang lebih baik.
Dalam konteks duniawi, sudah sepantasnya umat Islam belajar meneladani sikap keluarga dan sahabat Rasullah SAW yang selalu menerapkan hidup sederhana. Walaupun bergelimang harta seperti Utsman bin Affan.

Bahkan, putri Rasulullah, Fatimah, di satu momen Hari Raya Idul Fitri tidak punya baju baru untuk anaknya, Hasan dan Husein. Hingga pada malam Idul Fitri, Allah mengutus malaikat untuk mengirimkan baju lengkap untuk kedua putranya.

Dari kisah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa bagi hamba Allah yang takwa, harta bukanlah menjadi prioritas dalam hidupnya. Sebab, kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat nanti.

Bahkan, ada yang berpenda- pat saking tidak pentingnya harta, Allah juga memberikan harta itu kepada orang yang tidak mengimaninya. Berbeda dengan Hidayah, yang hanya diberikan kepada hamba yang dicintaiNya. Allahu a’lam. (*)

*)Redaktur Pelaksana Jawa Pos Radar Madura

 

Artikel Terkait

Lapangkan Jalan Pulang

Lebaran

Tebar Pesona di Tahun Politik

Most Read

Artikel Terbaru

/